Perum Produksi Film Negara, lahir kembali (reborn). Bekerjasama dengan PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (Persero) dan didukung sinergi ‘BUMN Hadir Untuk Negeri’ gandeng Lala Karmela untuk menggarap film baru, Kuambil Lagi Hatiku.
Film pertama PFN setelah hampir 26 tahun vakum dari perindustrian film Indonesia ini, menggandeng beberapa nama besar seperti Cut Mini, Lala Karmela, Dimas Aditya, Ria Irawan dan Dian Sidik. Bergenre drama keluarga berbumbu komedi dan menyasar para penggemar film remaja.
Terakhir kali PFN memproduksi film yaitu Surat untuk Bidadari (Sutradara Garin Nugroho, 1994) dan Pelangi di Nusa Laut (Sutradara MT Risyaf, 1992).
Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata (ELKP) Kementerian BUMN, Edwin Hidayat Abdullah mengatakan membuat film, lika likunya tidak mudah. Ia ingin membangkitkan kembali PFN dengan memproduksi film kembali, dan ini menjadi salah satu bukti bahwa BUMN serius dan berkomitmen untuk hal ini.
“Harapannya, PFN bisa bangkit kembali karya lewat film sehingga dapat mengedukasi masyarakat Indonesia dengan karya-karyanya. Apalagi, pesan cerita film ini adalah kehidupan yang damai dengan keberagamannya dan dapat menjadi hiburan, edukasi bagi masyarakat Indonesia,” ujar Edwin dalam acara Pre-Launch-Press Conference film, di Synergi Lounge Kementerian BUMN, Jakarta (30/8)
“…Maknanya juga dalam dan warna cerita ini menggabungkan dua culture, yaitu Indonesia dan India.”
Direktur Utama PFN, Mohamad Abduh juga berharap PFN dapat bangkit kembali di perindustrian perfilman di Indonesia. “Film ini merupakan langkah awal kebangkitannya,” ujar Abduh.
Abduh mengungkapkan, industri ekonomi kreatif saat ini menjadi salah satu andalan negara. Itu sebabnya PFN akan memulai langkah baru untuk bergerak di dunia layar lebar. Indonesia juga tak kalah kreatif dari segi seniman perfilman. Tak ada kata terlambat atau tak mungkin untuk kembali aktif dan produktif bagi PFN.
“Selama periode 2017, sebanyak 2 persen dari total pendapatan ekonomi kreatif mencapai Rp990 triliun, berasal dari industri film,” katanya.
Yang menarik, tambah Abduh produksi film ini memiliki latar belakang di Yogyakarta, tepatnya di beberapa Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Kawasan Candi Borobudur. Alasan PFN menggandeng nama Salman Aristo juga bukan tanpa sengaja. Nama Salman sudah dikenal di dunia perfilman tanah air.
“Kami bukan hanya ingin memperkenalkan Candi Borobudur sebagai tempat saja, tapi kami ingin memperkenalkannya sebagai ikon budaya, nilai-nilai dalam kehidupan,” ujar Edy Setijono, Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (Persero)
Sinergi BUMN yang turut mendukung proses produksi film ini di antaranya, Pertamina, Pelindo 3, PGN, Patra Jasa, WIKA, Waskita, Pembangunan Perumahan, Hutama Karya, Jasa Raharja, Bank Mandiri, BNI, BRI, BTN dan Pupuk Indonesia.
Film ini akan diproduseri oleh Salman Aristo dan disutradarai oleh Azhar ‘Kinoy’ Lubis. Mereka memulai proses syuting pada 5 September mendatang dan diharapkan dapat tayang pada awal 2019 mendatang.
“Bagi saya, PFN mempunyai sumbangsih besar dalam membentuk nilai-nilai dan cara pandang tentang Indonesia. Suatu kehormatan bagi saya bisa bekerja sama dengan PFN. Film Kuambil Lagi Hatiku merupakan hasil dari diskusi yang cukup panjang untuk membentuk nilai-nilai keberagaman budaya dan agama yang membuat film ini akan semakin ‘gurih’,” ucap Salman.
Salman merasa harus ambil peran dalam mengembangkan rumah produksi film milik negara. Salman sebagai generasi yang besar dengan hiburan milik PFN terpanggil dalam memajukan rumah produksi tanah air.
Pengambilan gambar dilakukan di lokasi Magelang dan Candi Borobudur selama tiga minggu dan di India untuk mengambil gambar kawasan Taj Mahal selama satu minggu.
Persiapan cast
Lala Karmela, pemeran utama di film Kuambil Lagi Hatiku mengaku sudah tak sabar untuk melakukan proses syuting.
Dalam film, Lala berperan menjadi Shinta, seorang gadis keturunan Indonesia yang jatuh cinta dengan laki-laki keturunan India. Lala mengaku sudah melakukan proses reading bersama para cast untuk membantu dalam mendalami perannya.
“Saya tertarik untuk memerankan karakter ini. Saya tertantang untuk belajar bahasa dan tarian India. Saya enggak sabar untuk mulai melakukan syuting,” kata Lala
Selain itu, dia juga jatuh cinta pada ceritanya. Dalam cerita ini, Shinta yang ingin menikah dengan kekasihnya, harus mengalami drama pada saat sang ibu, Widi yang diperankan Cut Mini, harus menceritakan masa lalu yang cukup kelam.
“Ceritanya romantis, bukan hanya antara laki-laki dan perempuan, tapi juga antara ibu dan anaknya. Maknanya juga dalam dan warna cerita ini menggabungkan dua culture yaitu Indonesia dan India,” sambungnya.
Di sisi lain, salah satu artis kawakan Indonesia, Ria Irawan juga akan ikut meramaikan film tersebut. Dia pun mengaku harus melakukan beberapa ‘penampilan khusus’ seperti tarian Jawa dalam film tersebut.