M
emotret sudah menjadi bagian hidup saat ini. Entah itu pakai kamera SLR atau ponsel. Tidak jarang, ponsel masa kini bisa menghasilkan foto-foto bagus dengan resolusi yang tinggi — lebih dari cukup kalau sekadar untuk di-posting di media sosial. Teknologi yang memudahkan inilah yang membuat orang dengan muddy jeprat-jepret.
Tapi bisakah kebiasaan memotret tersebut dijadikan sebagai sumber pendapatan (orang menyebut sebagai pekerjaan profesional)?
Yang jelas, yang membedakan fotografer pro dan amatir hanyalah sumber pendapatannya, tidak ada hubungannya dengan kualitas foto yang dihasilkan. Fotografer pro adalah mereka yang mencari nafkah dari karya foto mereka. Sementara fotografer amatir adalah mereka yang menganggap fotografi sebagai murni hobi dan kegemaran, sementara pendapatan utamanya berasal dari pekerjaan utamanya. Bisa jadi yang amatir sesekali dapat uang dari fotonya, tapi itu sifatnya lebih kepada bonus. Asumsi bahwa fotografer pro pasti lebih jagoan dibanding yang amatir juga tidak benar. Yang benar, mereka yang pro adalah memang profesinya fotografer.
“… Asumsi bahwa fotografer pro pasti lebih jagoan dibanding yang amatir juga tidak benar. Yang benar, mereka yang pro adalah memang profesinya fotografer.”
Dalam bahasa Inggris, kata “amateur” didefinisikan sebagai: “one who does an activity for the sheer joy of doing it“, alias amatir adalah mereka yang mengerjakan sesuatu hanya karena memang senang melakukannya dan tidak mengharap imbalan komersial. Asal muasa kata amatir dari Bahasa Latin, “amour” yang artinya cinta.
Orang sah-sah saja ingin jadi fotografer pro dan meninggalkan pekerjaan utamanya, banyak yang berhasil banting setir dari amatir ke pro, namun terus terang saja lebih banyak yang gagal. Banyak yang kaget setelah menjadi fotogafer pro, mereka harus pintar mencari pasar. Mereka harus pintar marketing. Aktivitas memotret menjadi tidak se-menyenangkan seperti saat masih menjadi hobi, dan lain-lain. Ternyata untuk sukses menjadi seorang fotografer pro, pintar memotret saja sangat tidak cukup.
Peluang untuk jadi pro masih akan selalu terbuka lebar bagi yang serius. Semuanya akan lancar asalkan dilandasi kemampuan memotret yang bagus serta sikap dan kemampuan bisnis yang mumpuni. Masalahnya adalah banyak yang modalnya nekad, yang menjajakan jasa memotretnya dengan sangat murah sehingga secara jangka panjang bisnis fotografinya tidak langgeng.
Pada akhirnya, pilihan Anda bermuara pada dua hal: menjadi pro atau cukup menganggap fotografi sebagai sebuah hobi.
Fotografer pro adalah seorang pebisnis, entrepreneur yang harus memikirkan kelangsungan usahanya agar langgeng dan sehat secara finansial (mendatangkan profit). Pehobi fotografi adalah mereka yang membuat foto murni karena mencintai proses memotret itu sendiri dan memiliki profesi lain sebagai gantungan nafkahnya. Pilih secara bijaksana.
(Sumber: BELFOT.com)