Senin, November 18, 2024

Tragedi sang bohemian

Must read

“Hidupmu akan sangat sulit,” ucap Mary Austin (Lucy Boynton) kepada sang kekasih, Freddie Mercury (Rami Malek), dalam salah satu adegan di film Bohemian Rhapsody.

Ia tak  kuasa menutupi gundah, setelah menyadari hubungannya harus berakhir, karena Freddie diketahui terlibat percintaan sesama jenis. Ketika itu, Freddie dan grup Queen baru saja mendulang sukses lewat album A Night at The Opera, yang melambungkan lagu Bohemian Rhapsody. Ucapan Mary pun belakangan terbukti. Kisah hidup Freddie menjadi tragedi. Percintaannya dengan Paul Prenter (Allen Leech) tak hanya menghancurkan kehidupan Freddie, tetapi juga grup Queen.

Film besutan sutradara Brayn Singer ini mengisahkan perjalanan grup Queen, sejak menjadi band kampus hingga mencapai puncak kesuksesan. Termasuk kisah lahirnya ide-ide musikalitas yang brilian dari para anggota band: Freddie Mercury, Bryan May (Gwilym Lee), Roger Taylor (Ben Hardy), serta John Deacon (Joseph Mazello).

Kisah dalam film ini sebenarnya lebih didominasi oleh perjalanan hidup Freddie, beserta masalah yang dihadapinya.  Freddie terlahir sebagai keturunan Persia penganut Zoroaster, dengan nama asli Farrokh Bulsara. Freddie harus melawan kehendak sang ayah, yang tak mengiginkannya menjadi penyanyi. Bahkan Freddie pernah diikutkan latihan olahraga tinju.

Namun hasrat bermusik Freddie sangat kuat. Apalagi setelah bertemu Bryan May, Roger Taylor, dan John Deacon. Keberadaan Freddie, dengan segala pikiran liarnya, membawa pengaruh besar bagi Queen. Termasuk gagasannya untuk menjual mobil butut milik mereka, agar bisa menyewa studio rekaman. Setelah itu, lagu Seven Seas The Rhye yang dibuat tahun 1974, memikat pencari bakat dari perusahaan rekaman EMI.

Film yang ditulis Anthony McCarten ini mampu memberi gambaran tentang ide-ide liar para personel band. Misalnya, setelah Queen sukses dengan lagu Killer Queen, Freddie Mercury melontarkan gagasan yang membuat bingung bos perusahaan EMI, yakni membuat lagu bernuansa opera. Tentu saja perubahan konsep musik Queen ditolak pihak perusahaan, karena lagu opera dinilai tidak memiliki nilai jual. Namun proses kreatif Queen tak dapat diganggu gugat. Atas penolakan itu, para personel Queen sempat melempari kantor perusahaan dengan batu. “Queen tidak boleh dimaknai hanya oleh satu hal,” ucap Bryan May.

Dan benar saja, lagu Bohemian Rhapsody dalam album A Night at The Opera mendulang sukses, meski sempat disebut “meaningless” oleh pihak label. Yang menarik, film ini mampu menggambarkan proses kreatif penciptaan lagu Bohemian Rhapsodydi dapur rekaman, lewat sekuen-sekuen cepat. Termasuk adegan lucu saat take vocal.

Kisah cinta yang rumit antara Freddie dengan Paul Prenter menjadi titik balik dari kesuksesan Freddie dan Queen. Sikap Paul yang protektif membuat Freddie jauh dari Queen, serta orang-orang yang dicintainya.

“… Dengan tata artistik yang indah, film ini juga sukses membuat lagu-lagu Queen menjadi terasa lebih megah.”

Film Bohemian Rhapsody memang mampu menampilkan kisah hidup yang mengaduk emosi, terutama kisah cinta Freddie dan persahabatan anggota band. Tak  hanya itu. Dengan tata artistik yang indah, film ini juga sukses membuat lagu-lagu Queen menjadi terasa lebih megah. Terutama adegan-adegan yang memperlihat histeria, saat Queen tampil di panggung. Penampilan Queen dalam konser Live Aid tahun 1985, misalnya, dibuat sedemikian rupa seperti gambaran dalam video asli. Namun film ini memberikan detail pada  pada adegan tertentu, serta angle kamera yang indah, sehingga penonton film dapat merasakan gelora histeria konser Live Aid, yang digelar enam tahun sebelum Freddie meninggal akibat penyakit AIDS.

Penampilan apik Rami Malik dalam memerankan Freddie Mercury turut memberikan kontribusi positif  bagi film ini. Sehingga dalam durasi film ini sepanjang dua jam 15 menit, Freddy Mercury terasa hidup lagi. (Anton Bahtiar Rifa’i)

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article