DSC – Apindo jembatani UMKM dapat dana pinjaman bergulir dari LPDB-KUMKM
Diplomat Success Challenge (DSC) persembahan PT Wismilak Inti Makmur Tbk yang didukung Wismilak Foundation sebagai salah satu ajang kompetisi wirausaha, melalui Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bidang UMKM – IKM berkomitmen menjembatani para pengusaha UMKM – IKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah-Industri Kecil dan Menengah), dalam upaya memperoleh dana pinjaman bergulir dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Mengengah (LPDB-KUMKM), Badan Layanan Umum (BLU) dari Kementerian Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah (KUMKM).
Keikutsertaan DSC – Apindo UMKM & IKM dalam Indonesia Syariah Fair (Insyaf) selama tiga hari 27 – 29 November 2018, bertujuan untuk pembinaan UMKM – IKM sampai akhirnya mereka layak memperoleh kredit dalam bentuk dana bergulir, berbunga rendah dari LPDB – KUMKM.
Usai pembukaan Insyaf Fair 2018 di Jakarta, Selasa (27/11), Ketua Apindo Bidang UMKM – IKM, Ronald Walla yang juga penggagas dan konsisten menyelenggarakan DSC menyampaikan, selama delapan tahun penyelenggaraannya, sampai memasuki tahun ke-9 tahun 2018, keberadaan DSC adalah untuk memperkuat ekosistem kewirausahaan di Indonesia.
Dengan total pendaftar kompetisi DSC sejumlah 24.700 orang sampai 2017 ditambah 7994 peserta tahun ini sehingga mencapai lebih dari 32.000 an yang merupakan usaha mikro, kecil dan menengah adalah peluang bagi LPDDB-KUMKM untuk menyalurkan dana pinjamannya.
Gayung pun bersambut. Ini suatu kolaborasi yang saling mendukung. Bukan hanya di tataran wacana, tapi sudah pada pelaksanaannya. Kami memiliki banyak data dari para pengusaha mikro, kecil dan menengah dari pendaftar DSC, dan LPDB-KUMKM memiliki dana yang memang dipersiapkan pemerintah khusus untuk mereka.
DSC sendiri memiliki alumni dari finalis DSC yang tergabung dalam Diplomat Entrepreneur Network (DEN). Sampai saat ini telah terhimpun sekitar 475 anggota DEN. DEN ini telah dibimbing dan didampingi oleh DSC dalam pengembangan usahanya, di mana mereka mendapat hadiah yaitu hibah modal usaha yang setiap tahun menanjak nilainya, dan beberapa tahun belakangan ini berjumlah total Rp 2 miliar.
“Setelah hibah modal usaha terpakai semua, maka waktunya mandiri dengan pinjaman modal usaha dengan sistem konvensional maupun syariah yang bagi hasilnya rendah dari LPDB-KUMKM,” papar Walla yang dalam kesempatan tersebut didampingi anggota Kemitraan Usaha Apindo, Edric Chandra.
“Itu sebabnya DSC menargetkan sebanyak mungkin LPDB KUMKM dapat membiayai para DEN. Namun apabila LPDB-KUMKM dapat membiayai lebih dari Rp 10 mililar, berarti kami harapkan lebih dari 10 DEN dapat memperoleh persetujuan dana bergulir dari LPDB – KUMKM. Asumsinya, apabila masing-masing DEN memperoleh Rp1 miliar, itu sudah luar biasa,” tegas Walla.
Meurut Walla, saat ini proposal dari DEN yang masuk 72 (jenis usaha), dengan permintaan injeksi dana sekitar Rp24,8 miliar.
Biayai ide bisnis dan usaha yang sudah berjalan
Dalam kesempatan sama, Edric menambahkan, selama ini DSC memberikan hibah modal usaha, baik bagi mereka yang usahanya masih berbentuk ide bisnis, ataupun mereka yang usahanya berusia kurang dari dua tahun. Ini sebabnya kami dapat mengisi ruang yang terbuka dalam rangka kerjasama dengan LPDB – KUMKM.
“… Setelah hibah modal usaha terpakai semua, maka waktunya mandiri dengan pinjaman modal usaha dengan sistem konvensional maupun syariah yang bagi hasilnya rendah.”
“Jadi setelah dua tahun kami bina di DSC, maka selanjutnya mereka dapat diarahkan kepada LPDB – KUMKM. Ini menjadi kesempatan yang baik untuk men-scale up para mitra binaan kami, di mana setelah memperoleh hibah modal usaha dari DSC, mereka dapat mengajukan permohonan pembiayaan dana bergulir dari LPDB – KUMKM,” jelas Edric.
Selama tiga hari penyelenggaraan Insyaf, alumni DSC yang tergabung dalam komunitas Diplomat Entrepreneur Network (DEN) akan mengajukan dana bergulir kepada LPDB – KUMKM dalam kesempatan table top.
Untuk itu mereka akan dipertemukan dengan tiga pihak yakni pihak LPDB – KUMKM sebagai lembaga pengelola dana bergulir, lembaga pembiayaan, dan juga lembaga penjamin.
“Nantinya selain para DEN yang sudah mendapatkan pendanaan dari DSC, partisipan yang belum berkesempatan mendapatkan modal hibah usaha dari DSC, juga diajak ikut serta pada ajang Insyaf. Jadi nantinya ada yang sudah kami berikan dana hibah modal usaha sebagai modal awal, di sisi lain juga ada mitra binaan kami, yang membutuhkan dana untuk meningkatkan skala usahanya. Jadi ada dua kategori, yang masih membutuhkan pendanaan.”
Sementara sektor usaha apa saja yang dapat dibiayai oleh DSC, Edric menjawab, spirit DSC adalah bersedia memberikan hibah modal usaha kepada semua sektor usaha secara luas. Kendati diakui secara statistik, sektor usaha makanan dan minuman (food and beverage) adalah sektor yang paling diminati, diikuti oleh sektor perdagangan, industri kreatif, teknologi digital, dan industri agro.
Diakui di era millenials ini, sektor food and beverage adalah sektor usaha yang paling mudah dijalani, istilahnya easy come, easy go.
“Kami melihat akan lebih baik, apabila ke depannya ada sektor usaha yang kami biayai dalam bentuk hibah modal usaha di sektor energi, kriya, dan industri kreatif, serta sektor agro,” katanya.
Satu mitra binaan DSC bergerak di sektor produksi alat musik, Ryan Ade Pratama, pemenang kompetisi DSC tahun 2014. Kendalanya sampai sekarang belum terbentuk Asosiasi Produsen Alat Musik di Indonesia. Padahal seperti Ryan yang mampu memproduksi cajon, sebenarnya akan lebih baik apabila tergabung dalam asosiasi sejenis. Diharapkan dengan peluang usaha yang semakin terbuka, akan semakin banyak produsen alat musik di Indonesia.
Dikaitkan dengan Industri 4.0, salah satu sektor usaha yang sudah siap memasuki tahapan industri 4.0 adalah sektor industri elektronika.
“Saat ini kami mengamati industri gitar listrik dan alat musik elektronik, juga termasuk dalam sektor industri elektronika. Karena itu kami melihat nantinya, mitra binaan kami (para DEN) juga dapat mengembangkan usahanya lebih besar, dengan tingkat suku bunga yang ringan, melalui pendanaan dari LPDB – KUMKM, misalnya. Selain itu diharapkan usahanya dapat berkembang lebih efisien,” pungkas Edric.