Hari ini, 22 Februari 2019 diperingati sebagai Hari Baden-Powell ke-162. Pendiri organisasi pramuka sedunia ini mengajak 21 remaja London untuk berkemah di Pulau Brownsea, Inggris. Konsep pendidikan lingkungannya terangkum dalam pernyataannya: “Pengetahuan tentang alam merupakan langkah untuk menyadari Tuhan. Kerendahan hati dan kepatuhan/ketaatan dapat diperoleh dengan berhubungan dengan alam di lautan, hutan, dan di antara gunung-gunung.”
E.E Reynolds dalam artikelnya Perkemahan Pramuka yang Pertama menyebut Baden-Powell (BP) membentuk suatu pola latihan dengan istilah: kehutanan, pengamatan, disiplin, kesehatan dan ketahanan, sifat ksatria, mempertahankan hidup serta patriotism.
Frans C. Verhagen, Direktur Eksekutif International Society of Ecological Educators dalam tulisannya berjudul Earth Literacy Education: What, Why and How? memasukkan model dan metode Baden-Powell kedalam enam fase tonggak pendidikan lingkungan di Amerika Utara.
Alam dan lingkungan menjadi unsur metode kepanduan dan menjadi kerangka yang ideal bagi kegiatan-kegiatan kepramukaan.
Umat manusia saat ini menghadapi bencana global berupa perubahan iklim. Prof Emil Salim memprediksi Indonesia akan tenggelam pada 2045 jika pemerintah tidak mengubah model pembangunannya saat ini.
Generasi milenial merupakan korban ketidakadilan iklim yang dilakukan orang dewasa. Ketika berbicara di COP Katowice dan WEF di Davos, Greta Thurnberg, remaja perempuan kelahiran 3 Januari 2003 dari Swedia menggugat ketidakpedulian pemimpin dunia dan bos-bos perusahaan besar.
Sebelum wafat, Baden-Powell memberi pesan terakhir kepada Gerakan Pramuka Sedunia:
“Dengan mempelajari alam anda akan tahu betapa Tuhan telah menciptakan alam yang indah dan menakjubkan untuk dinikmati … Usahakan dunia ini berada dalam keadaan yang semakin baik dari saat ini.”
Bagaimana relevansi ajaran BP di tengah era digital dan ancaman perubahan iklim? Simak paparannya dalam artikel di link INI.
Untung Widyanto [[email protected]]
Wartawan lingkungan, peneliti, trainer, anggota the Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) dan andalan (pengurus) Kwarnas Pramuka masa bakti 2018-2023.