Sabtu, Desember 7, 2024

Imam Bukhari Muslim, mengolah salak dengan teknologi zowat

Must read

Salak adalah tanaman buah yang banyak tumbuh di Indonesia. Sejenis palma, dikenal juga sebagai sala. Dalam bahasa Inggris salak disebut snake fruit, karena kulitnya mirip dengan sisik ular, sementara nama ilmiahnya adalah Salacca zalacca.

Adalah Imam Bukhori Muslim, yang terpikir untuk memanfaatkan buah bersisik tersebut. “Tantangannya adalah mengolah salak menjadi makanan yang mempunyai nilai tambah, sayang sekali kalau produk tersebut melimpah, harganya murah, bahkan sering terbuang percuma,” katanya.

Pria kelahiran Malang (Jawa Timur) 24 Juni 1993 itu akhirnya menemukan berbagai cara mengolah salak, dengan teknologi “zowat” alias zero waste. Zowat adalah filosofi yang dijadikan sebagai gaya hidup demi mendorong siklus hidup sumber daya sehingga produk-produk bisa digunakan kembali. 

Photo by Pixabay

Artinya, dari sebuah salak tidak ada sampah yang terbuang, “Karena semuanya bisa diolah menjadi makanan, mulai dari buahnya, bijinya, bahkan kulitnya,” ujar lulusan IKIP PGRI Jember tahun 2017  itu. 

Dari berbagai eksperimennya, Imam menghasilkan berbagai produk dari turunan salak. Di antaranya adalah kerupuk salak yang diberi merek Simbok, kemudian ada permen salak cap Simbok. Itu yang dari buahnya.

Dari kulit salak, Imam juga menghasilkan tepung zalacca, yang diberi nama Kokusa. Tepung ini bisa diminum dengan mencampurkan dengan air, dan diseduh seperti minuman kopi atau teh. “Ini minuman herbal yang bermanfaat untuk mencegah diabetes, gangguan kolesterol, asam urat, bahkan menurunkan darah tinggi,” jelasnya. 

Bagaimana dengan biji salak? Imam menfermentasinya hingga menjadi semacam “manisan” yang siap makan. Produk ini disebut Ferbisa (atau “singkatan dari fermentasi biji salak”).

Asal tahu saja, salak mengandung gizi yang tak kalah banyak dari buah-buahan lainnya. Ada proteinnya, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, juga vitamin C. Kandungan serat yang tinggi dalam buah salak dapat membantu tubuh mengatasi dan menyembuhkan berbagai penyakit. 

Produk-produk yang diproduksi Imam sebenarnya bukan hal baru di Jember dan sekitarnya, hanya saja saat ini kurang populer. Imam ingin menjadikan produk-produk tersebut menjadi makanan khas daerahnya, dan mempopulerkannya secara nasional.  

Saat ini Imam baru bisa memproduksi 10 kilogram salak per bulannya, yang diambil dari petani-petani salak di sekitarnya. Selain Jember, Lumajang, misalnya, yang berada di wilayah Jawa Timur, termasuk salah satu penghasil salak terbesar – meski belum sepopuler Bali atau Yogyakarta, misalnya. 

Dengan dana hibah dari Diplomat Success Challenge (DSC) 2018, Imam yang kini dibantu oleh empat karyawan, ingin memperbesar usahanya, selain network serta jaringan pemasaran yang lebih luas, tentu saja. “Masih banyak PR-nya,” katanya. 

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article