Jumat, Desember 6, 2024

Huawei dalam pertempuran dominasi AS dan China

Must read

By Hilman Fajrian/Arkademi

Jerman menciptakan mesin. Amerika menciptakan komputer. China (akan) mendefinisikan ulang internet.

Bila hari ini Anda menciptakan alat teleportasi, hal pertama yang harus anda lakukan bukanlah membayangkan bagaimana akan menghabiskan kekayaan dari paten penemuan tersebut. Tapi memikirkan bagaimana nyawa Anda tetap di kandung badan. Karena Anda resmi menjadi ancaman terbesar bagi pihak-pihak yang memiliki kekuasaan atas ekonomi, politik, dan pertahanan. Sebab merekalah yang harus menemukan teknologi tersebut. Bukan Anda.

Mungkin Anda berpikir ketika menciptakan alat teleportasi maka semua akan baik-baik saja dan dunia akan jadi lebih baik. Oh, tak semudah itu. Karena teknologi Anda akan merusak tatanan ekonomi bangsa-bangsa yang telah diatur sedemikian rupa oleh mereka yang berkuasa. Karena saat ini dan di masa depan hanya teknologi yang bisa menjadi generator ekonomi terbesar di planet ini.

Isu yang digunakan Amerika Serikat (AS) dalam menjegal Huawei adalah mata-mata. Isu keamanan dan pertahanan memang selalu seksi untuk dijadikan alasan oleh pemerintah untuk menyerang negara lain. Tapi pemerintah negara mana yang tidak melakukannya? Seseorang di NSA sana bisa tahu hari ini Anda pergi ke mana dan film bajakan apa yang Anda tonton. Karena alat pengawasan (surveillance) paling kuat di bumi ini selalu ada di tangan tiap orang: smart phone. Ini bukan berita baru. Dan juga bukan alasan utama mengapa AS dan para perusahaan teknologi AS menjegal Huawei.

Tema besar yang sesungguhnya dari konflik ini adalah perlombaan adu cepat pengembangan 5G antara AS dan China. Perlombaan yang menentukan supremasi dunia selanjutnya.

Sebelum saya menjelaskan mengapa 5G bisa menciptakan kekisruhan sebesar ini, mari kita mengilas balik ke 20-30 tahun lalu.

Gambar oleh TeroVesalainen dari Pixabay 

Bill Gates dan Ayah Kita

Perusahaan terbesar di abad ke-21 namanya Apple, Microsoft, Google. Tiga perusahaan tersebut tidak jatuh dari langit dan tiba-tiba jadi raksasa. Ketiganya dirintis antara tahun 70-90-an. Bill Gates, Steve Jobs, dan Larry Page bisa melahirkan bayi raksasa karena ekosistem yang mendukung; kemajuan teknologi AS. Bila tahun 1980-an Gates dan Jobs bermain-main dengan kode komputer dan prosesor, ayah kita mungkin ‘bermain’ dengan cangkul. Paling top mesin tik. Itu sebabnya bukan ayah kita yang mendirikan Microsoft atau Apple. Karena ayah kita (atas takdir Tuhan) tidak lahir di sebuah negara yang memiliki keunggulan teknologi. Ekosistem itu sangat penting. Karena kita tak bisa menumbuhkan pohon rambutan di gurun pasir.

Keunggulan teknologi AS di akhir abad ke-20 terus bergulir bak bola salju ke abad 21. Menciptakan teknologi-teknologi selanjutnya yang akhirnya menjadi mesin ekonomi baru yang mengalahkan minyak dan baja. Bola salju yang melahirkan para supreme baru lainnya yang mendominasi planet: Facebook, Amazon, Intel, Cisco, IBM. Para entitas yang mengubah konektivitas dan informasi menjadi komoditas dalam skala masif. Lapangan kerja dibuka, pajak yang gemuk disetor, dan layanan berbasis internet diekspor ke seluruh dunia. Merekalah yang menggerakkan mesin pencetak uang AS. Agar Paman Sam tetap punya fulus yang banyak, dan karenanya bisa tetap jadi negara dan bangsa paling digdaya di muka bumi. Sebab tak ada kedigdayaan tanpa uang.

Kemajuan teknologi itu mengubah ekonomi manusia, bangsa, dan dunia. Yang paling terasa adalah ketika konektivitas 4G diimplementasikan di pasar. Wajah dunia berubah karena 4G.

Dampak 4G

Gojek mustahil ada bila konektivitas masih 3G. Begitu juga dengan Grab, Tokopedia, Bukalapak, dan layanan lain yang berbasis internet — sekaligus yang tidak mungkin layanannya diantarkan dengan kualitas konektivitas rendah. Layanan-layanan ini telah membuka jutaan lapangan pekerjaan, peluang ekonomi baru, serta berkontribusi amat besar dalam perekonomian nasional. Hal yang sama juga terjadi dengan WhatsApp, Instagram, Facebook, atau Twitter. Kecepatan konektivitas 4G membuat kita semua bisa melakukan aktivitas ekonomi di internet secara lebih baik dan memperoleh keuntungan finansial. Mulai dari mempromosikan produk lewat gambar atau video, melayani konsumen via chat, atau bahkan mengumpulkan investasi lewat media sosial seperti yang dilakukan Arkademi.

Anda bahkan tak mau mengakses dan membaca artikel ini menggunakan konektivitas 3G. Semuanya tidak terjadi tanpa 4G. Internet tidak akan menarik bila untuk membuka sebuah gambar atau video perlu waktu 1-2 menit.

Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay

“… Semua sektor akan terdampak: transportasi (mobil otonom), kesehatan (bedah jarak jauh), konstruksi (operasi alat), hiburan (film dan musik), ritel (kecepatan akses layanan), Internet of Things (smart home, smart city), hingga agrikultur.”

Ketika 4G diimplementasikan, para raja teknologi AS mendulang makin banyak kekayaan karena semua orang di dunia telah mengakses internet dan menggunakan layanan mereka. Bagi generasi sekarang, hidup tanpa internet bukanlah hidup. Dengan uang yang makin banyak, mereka bisa menciptakan teknologi yang lebih maju untuk menghasilkan uang lebih banyak lagi dan mempertahankan dominasi. Dominasi para raksasa ini artinya dominasi untuk induk mereka: AS. Berkat 4G, AS mengalami kenaikan GDP sebesar USD 100 miliar. Belum termasuk yang dihasilkan oleh industri turunan. Kisah ini berubah sejak 5G.

5G: Revolusi Teknologi 

5G bukan sekadar 4G yang lebih cepat. 5G adalah revolusi dan keajaiban teknologi konektivitas. Ia bukan hanya jauh lebih kencang dan mampu membawa data lebih besar dibanding 4G. Namun ia hampir tak punya latensi atau jeda. Tak ada putus di tengah. Latensi adalah waktu jeda ketika data berjalan. Rata-rata latensi koneksi saat ini adalah 100 milidetik atau 0,1 detik. Dengan 5G latensinya hanya 1 milidetik atau 0,001 detik. Lebih cepat dibanding waktu yang anda butuhkan untuk berkedip.

Bila kecepatan 4G bisa mengubah wajah dunia dan bangsa-bangsa, lalu apa dampak yang bisa dihasilkan 5G yang kecepatannya 20 kali 4G dan tanpa latensi?

Soal Anda bisa mengunduh film dari sebelumnya 6 menit di 4G menjadi 3 detik di 5G, itu urusan lain. 5G adalah satu-satunya teknologi yang memungkinkan dilakukannya interkonektivitas secara real-time tanpa harus khawatir dengan keterlambatan transportasi data. Ini adalah teknologi yang dibutuhkan oleh mobil otonom, internet of things (IoT), dan pengoperasian alat jarak jauh. Semua sektor akan terdampak: transportasi (mobil otonom), kesehatan (bedah jarak jauh), konstruksi (operasi alat), hiburan (film dan musik), ritel (kecepatan akses layanan), IoT (smart home, smart city), hingga agrikultur.

5G membuka kemungkinan yang tak terbatas bagi teknologi lain atau layanan yang membutuhkan konektivitas real-time dengan ukuran data yang besar. Bila Anda mencoba berimajinasi, ingatlah bahwa dengan 5G langit adalah batasnya.

5G akan mengubah dunia. Jauh lebih berdampak ketimbang yang dilakukan 4G. Menurut estimasi, dengan 5G AS akan mendapatkan kenaikan GDP USD 300 miliar dan menciptakan 3 juta lapangan kerja baru.

Teknologi yang Bisa Mengubah Percaturan Dunia

Mengapa perlombaan ini maha-penting?

Karena kemajuan teknologi menciptakan ekosistem. Pada implementasi teknologi yang revolusioner, kecepatan sangat penting. Ingatlah lagi apa yang dilakukan oleh Steve Jobs, Bill Gates, dan Larry Page pada 20-30 tahun lalu yang melahirkan mesin ekonomi raksasa baru bagi AS. Semua terjadi karena ekosistemnya memungkinkan. Hal yang sama juga akan terjadi di China dengan 5G. Dengan lebih cepat dan majunya implementasi 5G di China yang dikenalkan oleh Huawei, maka perusahaan-perusahaan teknologi China akan lebih dulu mengadopsi, beradaptasi, dan mengembangkan teknologi atau layanan berbasis 5G dibanding negara manapun di dunia. Mereka akan dapat lebih cepat mengakuisisi dan menguasai pasar dunia pada segala sesuatu yang berbasis layanan 5G — internet yang lebih cepat dan tanpa jeda.

Singkatnya: dengan memenangkan perlombaan 5G China akan mampu menciptakan ‘internet baru’ dan menggeser AS sebagai dominator teknologi dunia. Kekayaan akan berpindah dari Paman Sam ke Kung Fu Panda.

Kelak kita akan mengenal Apple, Microsoft, Google, Facebook, IG, WhatsApp generasi baru yang berasal dari China. Segala komoditas teknologi software maupun hardware yang memungkinkan implementasi 5G pada semua tingkatan pasar.

Gambar oleh Pete Linforth dari Pixabay 

Bagi AS, khususnya Trump, hal ini tidak boleh terjadi. Karena Amerika harus “great again”. Melihat China bisa melompat menjadi runner-up negara dengan ekonomi terbesar dunia hanya dalam 30 tahun saja sudah meresahkan. Membiarkan mereka jadi nomor satu tentu bukan pilihan bagi AS. Celakanya China punya amunisi kuat untuk menohok ke peringkat teratas dalam liga. Namanya 5G.

Di abad ini hanya teknologi yang mampu menjadi generator ekonomi terbesar sebuah bangsa. Bukan lagi minyak, gas, atau senjata. Tapi bagaimanapun AS adalah pemenang Perang Dunia II dan terbiasa menjadikan perang sebagai generator ekonomi lewat industri senjata. Sebuah jalan yang masih dipertahankan dan dimanfaatkan untuk menghadapi mereka yang melawan: Vietnam, Korea, Irak, dan Afganistan.

Tapi kali ini berbeda. AS berhadapan dengan Naga. Pada padang Kurusetra yang benar-benar baru: ekonomi dan teknologi. Memperebutkan supremasi baru dunia. Pertempuran yang mungkin asing bagi bangsa yang sibuk bertengkar tentang perolehan suara.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article