Tim U23 Women Indonesia berhasil menjadi Juara Dunia dalam event IRF R6 World Rafting Championships 2019 yang diselenggarakan di Tully River, Cairns, Australia. Kemenangan ini dipastikan setelah menuai skor 301 di lomba pengarungan sungai jarak panjang (Down River Race) pada 19 Mei 2019.
Pada nomor ini tim memasuki garis finis pada urutan ketiga, terpaut 1,61 detik setelah tim tuan rumah Australia. Sebelumnya, tim yang mendapat dukungan penuh dari PB Federasi Arung Jeram Indonesia (PB FAJI) ini telah mendulang medali emas di nomor Head to Head (H2) atau pertarungan satu lawan satu dan di nomor Slalom. Total skor sebesar 943 diperoleh tim U23 Women Indonesia, jauh di depan tim New Zealand yang mendapat skor 907 dan tim tuan rumah Australia yang mendapat skor 863.
Pada nomor H2H, tim U23 Women Indonesia berpacu melawan tim Jepang di babak Semi Final dan unggul 11,89 detik di depannya. Pada babak Final A tim Indonesia susul menyusul melewati 2 buoyhingga akhirnya melaju meninggalkan tim New Zealand 15.69 detik di belakangnya. Pada nomor Slalom, Tim U23 Women Indonesia berhasil mencapai waktu 4:55,74 unggul mutlak 52 detik di depan tim Great Britain yang menempuh waktu 5:48,20 menit. Posisi ketiga diraih tim Jepang yang tertinggal 19 detik di belakangnya.
Sebagai pelatih tim, Aceng merasa haru dan bangga terhadap tim yang berasal dari desa di sekitar Sungai Citarik ini. ”Target kami awalnya hanya mendapat 1 emas dan masuk 3 besar, serta memperbaiki posisi tim U23 Women Indonesia sebelumnya. Target tersebut saya patok mengingat tim baru saja masuk ke tingkatan U23. Pada kejuaraan dunia sebelumnya tim masih bertanding pada klas U19. Terlebih lagi postur tubuh tim yang jauh lebih kecil dari lawan-lawannya. Dan, ketika pada akhirnya mereka berhasil merebut 2 emas, 1 perak dan 1 perunggu dan secara keseluruhan menjadi juara umum, saya merasa mereka telah berjuang secara luarbiasa” paparnya bangga dan dipenuhi rasa haru.
Tim U19 Men Indonesia, juga telah berhasil memperoleh posisi kedua dunia dengan skor 887 terpaut 85 poin di bawah tuan rumah, tim Australia yang berhasil mencapai skor 972. Pada nomor Sprint dan Down River Race atau pengarungan jarak panjang, walau dengan tubuh jauh lebih kecil dari lawan-lawannya, tim ini telah mampu bertarung lebih baik dari pesaing kuatnya Czech Republic. Posisi tim pada nomor Down River inilah yang akhirnya membawa tim pada peringkat II dunia. Absennya tim Turki yang pada WRC 2017 menduduki peringkat pertama pada semua mata lomba di divisi U19 Men juga turut mengangkat prestasi tim yang berlaga di nomor ini.
“Secara teknik tim bersaing secara merata, namun tim tertinggal di penguasaan medan serta mengalami kendala di peralatan yang digunakan,” papar pelatih tim, Wawan Purwana. Menurutnya latihan tim belum maksimal, sebelum latihan mereka pergi ke sekolah hingga sore hari dan harus naik motor ke lokasi latihan sejauh 40km dari Cianjur ke Sungai Citarum. Sehingga latihan baru dapat dimulai menjelang magrib. Sebagai pelatih “Kang Wawan” begitu julukannya sebenarnya mentargetkan untuk mendapat 2 emas, namun target ini belum dapat dicapai.
Diluar tim muda tersebut, Tim Open Men Indonesia masih harus mengakui keunggulan para legendaris di dunia arung jeram, seperti tim dari Brazil, tim yang selama 4x kejuaraan R6 terakhir menjadi juara dunia, yaitu pada 2011, 2013, 2015 dan 2017. Tim Indonesia pada akhirnya berada di urutan ke 8 di bawah Brazil, Russia, New Zealand, Japan, Czech Republic, China dan German. Tim China yang merupakan pendatang baru, pada nomor Head to Head dan Slalom tiba-tiba melejit ke nomor 1 dan 3, sementara di nomor Sprint dan Down River berada di urutan ke 13. Indonesia mencatat prestasi terbaiknya pada kelas ini ketika menjadi tuan rumah pada WRC 2015, yaitu peringkat ke-2 dunia.
“… Perjuangan mereka bukan hanya mengayuh dayung, tetapi juga beradaptasi dengan cuaca dingin dan hujan yang terus turun tanpa henti.”
Ketua Umum PB FAJI, Amalia Yunita yang pada event ini menjadi Official Judge turut menyaksikan keberhasilan tim di lokasi lomba. “Saya sangat mengapresiasi semua pihak yang terlibat dalam perjuangan ini, terutama kepada atlit, pelatih, manager dan juga rekan-rekan pengurus di pusat dan daerah yang telah bekerja keras bahu-membahu tanpa pamrih untuk dapat mendukung tim. Tim telah berjuang secara luarbiasa di luar kemampuan mereka. Kemenangan mereka adalah karena mereka memiliki mental baja dan sangat antusias untuk mengibarkan Merah Putih di negara Kangguru ini. Perjuangan mereka bukan hanya mengayuh dayung, tetapi juga beradaptasi dengan cuaca dingin dan hujan yang terus turun tanpa henti,” paparnya.
Sementara itu Ketua Bidang Bina Prestasi, Wien Soeharjo menuturkan, “Kami menyadari persaingan di kelas Open sangatlah berat. Untuk menembus angka 8 besar di kelas ini pun sudah prestasi yang luar biasa. Karena itu PB FAJI memilih memfokuskan dukungan pada tim U23 dan U19, dimana peluang untuk mendulang medali masih dimungkinkan”. Kelas U23 dan U19 baru mulai digelar pada tahun 2011 dan saat ini menjadi incaran.
IRF World Rafting Championship (WRC) adalah kejuraan dunia arung jeram yang digelar oleh International Rafting Federation (IRF) dalam kelas R6 dengan 6 orang pendayung dan R4 dengan 4 orang pendayung secara berseling setiap tahunnya. Indonesia pernah menjadi tuan rumah pada IRF WRC 2015 dan mendulang 24 medali, dimana 3 diantaranya adalah medali emas. Terdapat 4 nomor yang dilombakan pada kejuaraan ini, yaitu Sprint, H2H, Slalom dan Down River Race. Masing-masing nomor memiliki skor yang berbeda, dan pada akhir lomba skor tersebut dijumlahkan untuk mendapat peringkat. Keunggulan menjadi tuan rumah adalah penguasaan jalur terutama jalur pengarungan jarak panjang atau Down River Race.
Kejuaraan IRF R6 WRC 2019 ini, merupakan kejuaraan dunia ke -14. Berlokasi di Tully River, sungai yang memiliki tingkat kesulitan hingga kelas 4 (dari 6 kelas) diikuti oleh 48 tim dari 19 negara. Dari jumlah tim yang berlaga, terlihat angka penurunan, oleh karena hingga tahun 2017 kejuaraan ini selalu diikuti lebih dari 70 tim peserta. Sebenarnya, animo terhadap kegiatan ini meningkat di setiap negara, bahkan di negara seperti Columbia, arung jeram dianggap sebagai salah satu cara untuk meningkatkan harkat dan alat pemersatu bagi masyarakat yang didera konflik. Tim Open Columbia untuk pertama kalinya ikut dalam kejuaraan ini setelah mempelajari dan mengembangkan wisata arung jeram. Turunnya jumlah peserta, lebih banyak disebabkan sulitnya mendanai tim dengan jumlah besar, terlebih saat ini dilaksanakan di negara yang cukup jauh letaknya dari negera-negara lain.
Satu catatan sejarah telah diukir oleh Tim Indonesia, dengan segala kekuatan dan kelemahannya, saat ini Indonesia telah diperhitungkan sebagai salah satu tim unggul dunia. Maka hal ini selayaknya menjadi perhatian bagi semua pihak yang berkepentingan dalam dunia olah raga prestasi. Dengan demikian, Indonesia dapat bersatu mempertahankan dan memperbaiki catatan prestasi untuk Merah Putih. Semoga!