Prediksi bahwa akan terjadi lonjakan signifikan pemudik yang melalui jalan tol, terbukti benar. Diprediksi, 40 persen pemudik akan melewati tol, khususnya tol Trans Jawa dan Trans Sumatera. Pemicu terhadap hal ini minimal ada tiga, yakni: 1) Harga tiket pesawat yang dirasa mahal, membubung tinggi; 2) Euforia ingin menggunakan tol Trans Jawa dan Trans Sumatera; dan 3) Jalan tol dianggap jalan alternatif yang aman, dan nyaman.
Terkait dengan hal itu, ruas jalan tol Jakarta Cikampek (Japek), dalam dua hari mudik, yakni Kamis-Jumat, 29-30 Mei, nyaris lumpuh. Sepanjang jalan Japek kendaraan bergerak seperti semut saja. Bahkan di area Cikarang Utama, pemudik tertahan hingga 4 jam lamanya. Padahal sudah dibantu dengan jurus contra flow, bahkan one way traffict.
Pertanyaannya, kenapa jurus itu tak ampuh mengatasi kemacetan di ruas Japek?
Berdasar pantauan tim YLKI, khususnya pada Kamis 30/05/19, ada beberapa sebab, antara lain: 1) Terjadi lonjakan volume traffict di ruas Japek, yang menurut Jasa Marga mencapai hingga 159,8 persen; 2) Terdapat bottle nect, seperti di tikungan Cikunir, jalan menikung dan ada titik temu dari ruas JORR dan tol dalam kota; 3) Keberadaan rest area, khusususnya di km 57. Di rest area ini energi pemudik lumayan terkuras, sudah mulai capek, khususnya pemudik dari Sumatera. Saat memasuki rest area, kendaraan melambat apalagi kapasitas rest area yang terbatas.
Jurus contra flow dan one way traffict mulai terasa manfaatnya secara signfikan selepas gerbang Cikampek Utama, dan memasuki ruas Cipali. Namun di banyak titik di ruas Cipali juga mengalami kemacetan, terutama saat pemudik akan berpindah lajur untuk ikut arus contra flow dan one way traffict. Bahkan pelambatan arus juga masih terasa sampai ke km 379, di area Batang.
Tulus Abadi, Ketua Pengurus Harian YLKI, mempunyai saran, sebaiknya ada petugas yang konsisten memandu saat pemudik ingin berpindah lajur untuk contra flow. Sebab perpindahan ini juga berkontribusi terhadap pelambatan lalin dan bahkan kemacetan. Sosialisasi yang terus menerus via media sosial dan radio adalah sangat penting untuk memandu pemudik agar bisa menggunakan jalan alternatif, jalan non tol. ”Jangan sampai jalan tol over kapasitas tetapi jalan non tol kosong melompong,” katanya.