Novel Arjuna Mencari Cinta karya Yudhistira ANM Masardi, pernah fenomenal. Setelah 42 tahun terbit perdana pada 1977, novel yang pernah menuai kontroversi pada zamannya itu diluncurkan kembali di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta, Rabu, 10 Juli 2019.
Peluncuran tersebut ditandai dengan pembacaan beberpa bagian novelnya, musik, dan visualisasi. Ada Sujiwo Tejo yang membacakan bab pertama, sesuai degan interpretasinya sendiri ala dalang mbeling. Ada Arie Dagienkz yang bermonolog, serta pembacaan duet oleh Sal Priadi dan Vira Talisa.
Di bagian berikutnya ada Iga Massardi (anak sulung Yudhistira, juga dikenal sebagai anak band Barasuara), Sir Dandy, penyanyi folk Endah Widiastuti, seta komedian Soleh Solihun. Gaya mereka sangat spontan dan sering mengundang tawa.
Peristiwa ini memang patut diabadikan, dan berikut adalah laporan pandangan mata dari Yanto Musthofa, seorang penulis profesional dan writing trainer, yang dimuat di blognya:
Arjuna Menuai “Karma” di GIK
Kalau ada yang bilang novel Arjuna Mencari Cinta (AMC) lucu, jenaka atau kocak, itu tidak aneh. Sudah dari dulu, sudah “bawaan sejak orok”. Di masanya (ketika terbit pertama kali tahun 1977), pembaca yang paham seluk-beluk kesenian wayang bisa terbahak-bahak, tapi sambil waspada tengok kanan-kiri. Soalnya, penguasa Orde Baru tidak suka dengan cara novel itu “merisak” pakem perwayangan. Nama-mana tokohnya diambil dari nama-nama tokoh wayang, tapi isi ceritanya tentang dunia asmara remaja yang penuh gejolak, bengal, tragis dan sekaligus lucu.
Itu sebabnya, ketika novel karya Yudhistira ANM Massardi itu “naik” ke layar lebar, jalannya tidak mulus. Film yang menampilkan sederet bintang tenar saat itu (Herman Felani, Lidya Kandaw, Junaidi Salat, Arie Koesmiran dan Ita Mustafa) itu terpaksa tampil dengan judul yang diamputasi: Mencari Cinta (tanpa Arjuna).
Untungnya, saat itu di dunia penerbitan tidak ada lembaga sensor yang bisa menggunting-gunting naskah seperti di film atas nama kehendak penguasa negara. Sehingga, sewaktu diterbitkan, judulnya ya tetap Arjuna Mencari Cinta. Bahkan, novel itu “lolos” melejit ke puncak penghargaan sebagai novel bacaan remaja terbaik versi Yayasan Buku Utama, yang notabene lembaga plat merah di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Jadi, kalau ada yang menyebut AMC lucu, itu biasa. Yang tidak biasa adalah saat diterbitkan kembali setelah 42 tahun, AMC menjadi sasaran “perisakan” oleh sederet seniman panggung millennial dan seorang seniman senior yang mengaku-ngaku temannya seniman millennial. Begitulah “nasib” AMC (yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama) dalam acara peluncuran di Galeri Indonesia Kaya (GIK), Jakarta, Rabu sore hingga malam (10/7/2019).
“Saya temannya Iga,” kata seniman serba bisa Sujiwo Tejo, penampil pertama, menyebut nama putra sulung Yudhistira Massardi, yang juga turut menyemarakkan acara. Dengan gaya teatrikal seraya meminjam tatakrama dalang dalam bercerita, Sutejo mengalirkan kisah bab pertama AMC. Sebagai penampil yang berusaha menjadi sebagai “bukan temannya Yudhistira”, Sutejo memelesetkan cerita dengan idiom-idiom era kekinian, seperti handphone dan media sosial.
Namun, ketika sampai di bagian yang menghadirkan sosok Arjuna yang bengal dan pemberani, Sujiwo akhirnya tergoda membuat perbandingan antara generasi dulu dan generasi sekarang. “Yang hilang dari lelaki di jaman sekarang adalah kejantanan dan keberanian.” Nah, jelaslah senioritas Sujiwo, bahwa dia berasal dari generasi yang sesungguhnya lebih dekat dengan angkatan Yudhistira Massardi.
Selain Sujiwo para penampil pada acara di hadapan sekitar 200-an penonton adalah seniman-seniman milenial. Ada penyiar Arie Dagienkz. Ada duet musikus Sal Priadi dan Vira Talisa. Hadir juga komikus Sabariman “Paman Kikuk” Rubianto, yang mengetengahkan tafsir visual atas AMC. Juga yang seru dan mengocok perut penonton, persekutuan Iga Massardi dengan Sir Dandy, komedian Soleh Solihun, dan Endah Widiastuti.
“… Praktis, persekutuan ini mengandalkan spontanitas improvisasi bertutur dengan plesetan-plesetan bernuansa situasi dan isu-isu kontemporer.”
Berbeda dengan penampilan pada peluncuran beberapa buku puisi Yudhistira sebelumnya, yang mengandalkan tafsir musikal, kali ini Iga tidak mengandalkan sehelaipun senar gitar. Hanya Endah, yang oleh Iga dijuluki sebagai Duta Gitar Pamulang, yang sempat memainkan gitar saat kisah AMC memunculkan lagu Beatles, Help!
Praktis, persekutuan ini mengandalkan spontanitas improvisasi bertutur dengan plesetan-plesetan bernuansa situasi dan isu-isu kontemporer. Misalnya, Iga, yang mengawali “perisakan” Bab Lima AMC, tiba-tiba menyebut Arjuna tergugah untuk berdakwah, dan mengimajinasikan gitaris Jimmi Hendrix “jadi mualaf”. Soleh menceritakan Arjuna berteriak-teriak memanggil Anggraini tapi tak didengar, karena dia berada dalam mobil dan kacanya belum dibuka dengan engkolnya. Endah menghadirkan drama insyafnya (atau kebingungan) Arjuna akibat ulah yang dia buat terhadap para acar dan teman-temannya sendiri.
“Help! I need somebody, Help! Not just anybody, Help! You know I need somebody!”
Di ujung acara, Yudhistira menukilkan cerita keputus-asaan dan pelarian Arjuna, yang tanpa bekal pakaian ganti, nekat naik kereta api menuju rumah eyangnya di Yogyakarta. Di perjalanan, dengan suasana hati yang gundah gulana, Arjuna tetap Arjuna dengan mata yang tetap cekatan memindai perempuan cantik dan spontanitas kebengalan serta keusilannya.
Penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU) merilis versi komplet kisah Arjuna yang semula terbagi dalam tiga buku trilogi, yakni Arjuna Mencari Cinta (1977), Arjuna Mencari Cinta Part II (1980) dan Arjuna Wiwahahahaha… (1984). Acara peluncuran kemarin sekurang-kurangnya membuktikan kejenakaan AMC cukup mulus menyeberangi generasi setelah 42 tahun.