Catatan Anang Yaqeen
Pernah nggak kita dulu diberi kesempatan memilih, pada rahim siapa kita hendak dikandung sampai lahir? Itu urusan Sang Pencipta, bukan? Nah, dalam keadaan sudah di dunia sekarang, dalam keadaan sudah bisa berpikir dan memiliki pengertian kehidupan pasca dunia, kita tetap tidak bisa memilih di mana tempat kita nanti. Itu pun urusan Yang Maha Menempatkan. Kita hanya diminta berkontribusi memperbaiki kehidupan dunia. Itulah amanat yang dititipkan kepada kita.
Urusan perbaikan seperti apa yang ada di pundak manusia? Perbaikan wujud fisik dan non fisik dunia yang disebut sebagai jagat badag (alam) dan jagat alus (akhlak). Dan itu sekecil apapun kedua hal itu menjadi tanggungjawab manusia. Nah, pada sebagian umat (masing-masing umat) Pencipta memiliki utusan yang disebut Rasul. Pada dirinyalah praktik keseharian menjaga jagad badag dan jagat alus dicontohkan oleh Tuhan untuk mencapai keseimbangan.
Jadi, pengertian kita tentang ibadah, tentang aktivitas kita sebagai manusia, harus dilandasi oleh fundamen kemanusiaan seperti ini. Sehingga kita bisa menjadi manusia sejati.
Segala macam struktur fisik dan non fisik manusia diciptakan untuk kondisi ini. Termasuk alat-alat pengendalinya yg dititipkan oleh Tuhan kepada Rasul-Nya yg sering disebut ibadah. Aktivitas ibadah, bukan untuk Tuhan, tapi untuk menjaga totalitas pengendalian kemanusiaan dengan mengingat Tuhan sebagai pencipta. Dengan demikian manusia akan ingat terhadap amanah yang ada di pundaknya. yakni memperbaiki dunia pada dua unsur tadi. Jahat badag dan jagat alus.
Tanamkanlah pengertian ini pada diri kita. Soal urusan tempat kita pasca dunia, percayalah itu urusan Tuhan, seperti Dia telah menempatkan kita di rahim ibu kita. Wanita yang rahimnya dipilihkan oleh Pencipta bukan oleh kita. Amin.
Serua, 22 Juli 2019