Jumat, Desember 20, 2024

Enigma Rusdi Kirana

Must read

Oleh Emmy Hafild

Kita barangkali punya perasaan yang campur aduk mengenai seorang Rusdi Kirana. Dialah pelopor penerbangan murah di Indonesia. Berkat Lion Air, jutaan rakyat Indonesia menikmati penerbangan murah, hal yang tidak mungkin terjadi sebelumnya. Dia juga yang berhasil menembus isolasi daerah-daerah terpencil dengan Wings Air membangun jaringan penerbangan paling banyak menghubungkan kota-kota kecil seluruh Indonesia melebihi yang dilakukan Merpati Air

Dia juga membangun penerbangan yang juga menjangkau kelas menengah Indonesia lewat Batik Air. Kemudian dia juga membangun penerbangan regional dan berhasil menembus kota-kota di negara lain di Asia untuk membawa penumpang ke Indonesia. Dia juga merambah pasar tetangga, mendirikan Malindo Air yang beroperasi dari Malaysia, kebalikan dari Air Asia yang berbasis di Malaysia dan mendirikan perusahaan di Indonesia.

Ketika dia ditunjuk jadi Wantimpres, kemudian diangkat jadi Duta besar RI untuk Malaysia, saya terperangah, dan banyak orang mengernyitkan kening. Dugaan orang, pasti karena dia telah mengeluarkan banyak uang untuk kemenangan Jokowi. Tetapi saya baru sadar, ternyata dia memang orang yang selalu menerobos dan selalu berpikir out of the box.

Sebagai dubes, dia membuka pelayanan pembuatan paspor dan keimigrasian lainnya di Kedubes RI di Malaysia dari 8 jam menjadi 24 jam, tiga shift pegawai untuk melayani 700 orang Indonesia yang tiap hari memerlukan pelayanan. Mereka ini tadinya mulai antre sejak jam 02.00 pagi hanya untuk mendapatkan nomor antrean.

Mereka antre di luar kompleks kedutaan, tidur-tiduran, dan memenuhi kebutuhannya termasuk (maaf) buang air kecil di jalanan. Sehingga tempat itu kumuh dan bau pesing. Sangat tidak manusiawi. Semua ini merendahkan martabat bangsa kita di mata orang Malaysia. Dia pun lalu memindahkan tempat antrean ke basement tempat parkir di dalam kompleks kedutaan. Toilet dan mushala untuk shalat pun dibuatkan. Parkir mobil dipindah keluar. Dengan demikian kompleks kedutaan sekarang rapih dan bersih serta rakyat Indonesia dilayani secara manusiawi di dalam kompleks.

Dengan membuka pelayanan 24 jam, calo-calo pun berhenti beroperasi, karena tidak ada kebutuhan untuk jasa mereka. Apalagi sekarang pendaftaran gratis. Pembuatan pasporpun digratiskan. Sebelumnya, untuk pendaftaran saja RM 10.

Orang-orang ini kemudian terdaftar sebagai penduduk Indonesia yang tinggal di Malaysia, sehingga dari pendatang ilegal bisa menjadi pendatang legal. Pembukaan pelayanan 24 jam ini berhasil meningkatkan DPT Malaysia, dari 400.000 orang tahun 2014 menjadi 1,1 juta orang tahun 2019.

Ilustrasi oleh LEEROY Agency dari Pixabay

Tidak hanya itu. Dubes kita ini dalam tiga tahun berhasil membangun 70 sekolah di kebun-kebun yang mempekerjakan tenaga ilegal asal Indonesia. Gedungnya sangat sederhana, gurunya dikirim oleh Kementrian Pendidikan dari Indonesia. Dia membuat sekolah-sekolah ini karena menemukan kenyataan bahwa TKI ilegal yang di Malaysia itu kawin mawin sesamanya, dan beranak pinak. Kalau orang tuanya ilegal maka anakpun ilegal sehingga tidak bisa bersekolah di sekolah resmi. Dia kemudian bekerjasama dengan pemilik perkebunan untuk membangun sekolah-sekolah tersebut (SD dan SMP) sampai SMK (baru 3 buah).

Saya terperangah mendengar cerita ini. Seorang Rusdi Kirana, yang sering dituduh aseng (maaf), boleh keturunan Tionghoa, tapi hatinya lebih Indonesia dari kita semua. Dia memanusiakan bangsa Indonesia yang hidup seperti setengah budak di negara tetangga, karena negerinya belum mampu memberikan pekerjaan yang layak.

Teruslah menerobos Pak Rusdi Kirana, teruslah mendobrak hambatan-hambatan yang disebabkan kelemahan berpikir dan mental bangsa yang masih belum berpikiran maju, yang “complacent”, yang cepat puas diri dengan keadaannya. Bangsa ini masih membutuhkan Anda. Bagi saya, Andalah orang Indonesia sesungguhnya.

Jakarta, 24 Juli 2019

Sumber: Dinding FB Emmy Hafild

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article