Minggu, Oktober 13, 2024

Orangtua, narasumber handal pendidikan seksual

Must read

  • Sebuah hasil survei terhadap anak muda yang dilakukan di lima kota besar – Jakarta, Bandung, Medan, Surabaya, Yogyakarta – menemukan bahwa 61% anak muda merasa takut dihakimi oleh orang tua mereka ketika mereka ingin bertanya tentang pendidikan seksual. 
  • Setelah fase pubertas mereka berlalu, remaja merasa lebih nyaman mendiskusikan pendidikan seksual dan topik-topik organ reproduksi kesehatan dengan teman sebaya atau teman-teman mereka (41%), baru kemudian bersama orang tua mereka (24%) 
  • Sebanyak 73% responden remaja setuju bahwa topik pendidikan seksual dan reproduksi kesehatan dari sekolah mereka belum memadai. 
  • Durex meluncurkan kampanye edukatif, EDUKA5EKS – 5 langkah mudah memahami diri sendiri terkait pengetahuan kesehatan seksual dan reproduksi bersama Durex Indonesia. 
  • Laporan lengkap survei akan diluncurkan pada Hari AIDS Sedunia, 1 Desember 2019. 

Reckitt Benckiser (RB), sebuah perusahaan terkemuka untuk merek produk perlengkapan rumah tangga, perawatan kesehatan & pribadi, mengumumkan inisiatif survei pertamanya tentang pendidikan kesehatan seksual melalui merek alat kontrasepsi, Durex, yang mencakup 5 kota besar di Indonesia, yakni Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan Yogyakarta.

Pengumuman hasil survei ini disaksikan oleh perwakilan dari sejumlah pemangku kepentingan utama: Kementerian Kesehatan, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dan Pusat Studi Kesehatan Universitas Indonesia. 

Gambar oleh Robert-Owen-Wahl dari Pixabay

Hasil survei Durex tentang pendidikan seksual dan kesehatan organ reproduksi menunjukkan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk memberdayakan keluarga di Indonesia agar mengambil peran dan menjadi sumber informasi yang paling tepercaya bagi anak-anak mereka dan remaja terkait pendidikan seksual dan kesehatan organ reproduksi.

Dalam hal ini, sangat penting bagi orang tua untuk bersikap lebih terbuka dan ramah serta mengubah cara mereka mendidik dan berkomunikasi. Semua ini agar remaja merasa nyaman. 

Bersamaan dengan pengumuman hasil survei, Durex juga meluncurkan kampanye Corporate Social Responsibility (CSR) yang edukatif, EDUKA5EKS – 5 langkah mudah memahami pengetahuan tentang kesehatan seksual dan reproduksi bersama Durex Indonesia. Kampanye CSR ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat Indonesia tentang kesehatan seksual dan organ reproduksi bagi orangtua, pengantin baru, dan remaja. Inisiatif ini berisi lima langkah, yang setiap langkahnya memberikan pendidikan yang jelas bagi orang tua, pengantin baru, dan remaja.

Photo by Charles 🇵🇭 on Unsplash

Selain itu, Durex juga mendorong konsumen untuk secara proaktif berkonsultasi dan berpartisipasi dalam kampanye tersebut di media sosial dengan tagar #Enaknyadiobrolin. EDUKA5EKS ini terdiri dari 5 langkah mudah sebagai berikut: 

  1. Ayo Pahami – Sikap terbuka untuk memperoleh lebih banyak informasi tentang kesehatan seksual dan organ reproduksi.
  2. Mari Bicara – Berani untuk memulai percakapan 
  3. Saling Menghargai – Menghargai pendapat dan keputusan orang lain. 
  4. Selalu Bertanggung jawab – Bertanggung jawab atas diri sendiri, pasangan kita, dan keluarga kita. 
  5. Pemeriksaan Kesehatan – Mulai melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. 

Berdasarkan hasil survei Durex, ketika mengalami tanda pubertas pertama kali, mayoritas responden remaja memilih orang tua (52%) sebagai sumber informasi utama mereka untuk berkonsultasi dan mendiskusikan pengalaman pertama mereka.

Sayangnya, seiring berjalannya waktu, ketika responden kaum muda telah melewati tanda pubertas pertama (yaitu mimpi basah untuk anak laki-laki dan periode hari pertama haid untuk anak perempuan), mereka menjadi lebih nyaman membahas reproduksi kesehatan dan topik pendidikan seksual dengan teman atau teman sebaya (41%). Survei menyebutkan, fenomena ini terjadi karena mereka takut dihakimi oleh orang tua (61%) ketika mereka membahas topik tersebut. 

“Memahami situasi ini, kami mendorong keluarga di Indonesia untuk kembali mengambil peran mereka sebagai penasihat anak-anak mereka dan sumber informasi tepercaya tentang kesehatan seksual dan organ reproduksi serta menemani mereka melewati tahap pertumbuhan. Karena itu, sangat penting bagi remaja dan orang tua untuk bersikap saling terbuka terutama untuk mengetahui informasi penting tentang penyakit menular seksual (PMS), risiko kesehatan pada kehamilan dan pernikahan di bawah usia 20 tahun, serta perlindungan organ reproduksi yang belum disampaikan oleh keluarga sejak dini tentang pengetahuan hubungan seksual, yang dapat memengaruhi masa depan mereka,” ujar Srinivasan Appan, General Manager Reckitt Benckiser Indonesia. 

Hasil survei tentang kaum muda ini juga menunjukkan kurangnya informasi dan pengetahuan tentang STD (Penyakit Menular Seksual) dan bagaimana cara mencegahnya. Mayoritas pemuda (95%) telah mengetahui tentang Penyakit Menular Seksual (PMS), namun pengetahuan dan pemahaman mereka hanya terbatas pada HIV / AIDS, sementara penyakit menular lainnya kurang dipahami – Kencing nanah (Gonorrhea) (33%), Sipilis (Syphilis) (38%), Herpes atau HPV (54%), dan infeksi jamur Candida (Candidiasis) (57%). 

Gambar oleh Astryd_MAD dari Pixabay

Temuan lain mengungkapkan bahwa 57% anak-anak muda sepakat bahwa sekolah secara proaktif telah mengedukasi dan memberikan informasi tentang pendidikan seksual dan kesehatan organ reproduksi, termasuk tentang PMS, tetapi ironisnya, 73% responden anak-anak muda merasa topik tentang pendidikan seksual dan kesehatan organ reproduksi dari sekolah belum memadai.

Survei tersebut juga menemukan bahwa kaum muda memiliki informasi yang belum memadai mengenai kesehatan organ reproduksi dan pendidikan seksual. Hal ini dapat dilihat dari beberapa mitos yang salah dipahami oleh mereka, termasuk 54% anak muda tidak yakin bagaimana posisi seksual sambil berdiri dapat mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, dan 57% percaya bahwa pria yang melakukan masturbasi sebelum melakukan hubungan seksual akan mengurangi peluang kehamilan. 

Saat sesi talk show, dr. Helena Rahayu Wonoadi, Direktur CSR Reckitt Benckiser Indonesia mengatakan, “Data kami mengungkapkan bahwa teman sebaya dan internet merupakan sumber yang paling nyaman bagi anak-anak Indonesia untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan seksual dan organ reproduksi, meskipun faktanya, ada banyak konten yang tidak bisa dipercaya atau informasi yang salah yang tidak layak dikonsumsi mereka. Karena itu, kami datang dengan inisiatif lima langkah sederhana ini untuk lebih memahami tentang diri Anda dan juga pendidikan kesehatan seksual. EDUKA5EKS adalah cara kami untuk menjangkau kaum muda, orang tua, dan pasangan di Indonesia untuk memastikan peningkatan kesadaran tentang kesehatan seksual dan organ reproduksi.” 

Reckitt Benckiser Indonesia akan melanjutkan survei untuk menjangkau resposnden/ peserta yang lebih luas, mulai dari orang tua hingga pasangan yang telah menikah, serta membangun kemitraan dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia. Tujuannya untuk memperoleh perspektif yang lebih komprehensif tentang pendidikan seksual melalui metodologi kualitatif. Survei yang lebih detail (in-depth) akan meneliti tentang perbincangan terkait kesehatan reproduksi di kota-kota utama di Indonesia. Laporan survei lengkap dari orang tua, remaja, dan pengantin baru akan diluncurkan pada Hari AIDS Sedunia, 1 Desember 2019. 

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article