Kamis, Desember 19, 2024

Blackout

Must read

Oleh Herman Darnel Ibrahim

Saya amati banyak diskusi tentang blackout PLN di berbagai grup Whats App. Berikut saya urun rembug tentang blackout secara umum dan pemulihannya.

Blackout atau gangguan besar seperti ini terjadi di mana-mana, termasuk di negara maju. Dan itu kejadian yg sangat jarang termasuk di sistem Jawa Bali. Interkoneksi membuat sistem jadi kuat, namun komponen sistem buatan manusia, sehingga tidak ada reliability yang 100%. Unreability yg walau hanya 0.0000 sekian persen itu bisa menjadi penyebab (Murphis Law).

Di sistem Jawa-Bali saya catat pernah terjadi blackout sebagai berikut: 13 April 1997, 18 Agustus 2005, 18 Maret 2009, 4 Agustus 2019. Jadi, kira-kira kejadiannya “periode” sekali dalam 5-10 tahunan. Umumnya gangguan diawali oleh gangguan dari luar, hubungan ke tanah atau lainnya. Kalau proteksi tak bekerja sempurna gangguan bisa meluas. Gangguan kadang juga terkait kelemahan pada komponen sistem, seperti kelurangan infrastruktur [N-1] ataupun terkait setting proteksi dan kontrol, dan lain-lain.

Kriteria sekuriti sistem PLN seperti dimuat dalma RUPTL adalah N-1, artinya sistem didisain untuk tetap aman jika 1 komponen sistem trip (tanpa load curtailment). Di sistem Jawa- Bali tidak semua N-1 terpenuhi, khususnya pada transmisi. Komposisi pembangkit dan beban bisa bervariasi, bisa ada saat-saat di mana ktiteria N-1 tersebut tak terpenuhi.

Sistem Jawa-Bali itu besar sekali dengan sekitar 500 gardu Induk dan 200-an unit pembangkit serta ribuan kms transmisi. Dengan interkoneksi sesungguhnya sistem jadi sangat kuat, sehingga jarang sekli terjadi gangguan pasokan yang disebabkan oleh pembangkit dan transmisi. Namun jika terjadi blackout akan membutuhkan waktu lama untuk pemulihan (karena besar dan kompleksnya). Prinsip operasi mencegah gangguan pasokan dan mengamankan sistem terhadap kemungkinan blackout. Tentu ini sudah dilakukan oleh utility seperti PLN.

Negara maju seperti AS juga pernah mengalami blackout. New York mengalami beberapa kali blackout yaitu: 13 Juli 1977, 14 Agustus 2003 dan bulan lalu, 14 Juli 2019. Jadi rata-rara 15-20 tahunan. Blackout New York tahun 2003 memerlukan waktu lebih dua hari untuk pulih sepenuhnya. Dan blackout 13 Juli 2019, lalu juga baru pulih setelah dua hari. California juga pernah mengalami blackout tahun 1996, 2011, 2018 dan 2019.

Untuk mengetahui akar penyebab blackout lazimnya (harus) dilakukan investigasi yang melibatkan para ahli dari luar utility, seperti halnya crash investigation. Semua data recorders dan data peralatan dikumpulkan dan dianalisa oleh tim penyelidik yang dibentuk. Kemudian dibahas kemungkinan-kemungkinan penyebab, lalu disimpulkan penyebabnya, misal kelemahan peralatan, defects pada komponen, kelemahan sistem proteksi atau setting-nya atau bisa juga faktor SDM alias human error.

Dalam konferensi CIGRE (Dewan Internasional Sistem Listrik Besar = Conseil International des Grands Reseaux Electriques) yang diselenggarakan tiap tahun genap di Paris, selalu ada sesi plenary khusus mempresentasikan kejadian blackout (large disturbances) yang terjadi di suatu negara.

Blackout itu sebuah musibah bagi utility, dan sudah menjadi SOP untuk mencegahnya supaya tidak terjadi. Musibah blackout itu layaknya kecelakaan pesawat atau kematian. Pada saat terjadinya lebih bijak jika memberi “empati” bukan mengumpat.

Sehubungan dengan penjelasan saya ini baiknya kita dapat menerima blackout ini sebagai musibah dan bersabar menunggu hasil penyelidikan. Jangan terlalu reaktif dengan analisa-analisa dan solusi-solusi yang spekulatif tanpa mengetahui rincian kejadian dan akar masalahnya.

Terakhir, yang sangat menarik ketika terjadi blackout di California pada 2011, gubernurnya berkomentar: ”Even new cars can get breakdown.”

Herman Darnel Ibrahim – Ketua CIGRE Indonesia

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article