Jumat, November 15, 2024

Red wine and French paradox

Must read

WINE mulai menjadi bagian dari gaya hidup kota-kota besar, tak terkecuali Jakarta. Tidak susah mendapatkan wine di Ibukota, tidak hanya di wine cellar di hotel-hotel berbintang, tapi juga wine lounge yang tersebar di berbagai tempat.

Konsumen wine pada dasarnya terbagi menjadi tiga kategori. Pertama, mereka yang minum wine memang budayanya. Kedua, mereka yang menikmati wine karena ingin merasakan sensasinya, juga sebagai social drink dalam komunitasnya. Dan ketiga, mereka yang memandang wine sebagai “obat”.

Yup, banyak yang meyakini, segelas wine, tepatnya red wine sehari membuat hidup menjadi sehat. Kandungan flavonoid dalam anggur merah sudah dibuktikan oleh orang Perancis dapat menurunkan kadar kolesterol jahat dan mendongkrak kalesterol baik, sehingga melindungi kesehatan jantung.

Banyak riset ilmiah yang menunjukkan korelasi antara penurunan angka kematian akibat penyakit jantung dengan konsumsi wine. Dalam Wine, Alcohol, Platelets and the French Paradox for Coronary Heart Desease (1992), dua orang peneliti Perancis yang berbasis di Lyon, Serge Renaud dan Michel de Lorgeril, melaporkan bahwa masyarakat di Perancis Selatan dan Mediterania, yang sehari-hari mengonsumsi lemak dalam porsi tinggi dan merokok, serta berolah raga secukupnya, justru memiliki angka kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung rendah.

Mereka menyimpulkan, semua itu dikarenakan tingginya konsumsi masyarakat Perancis akan wine. Inilah yang disebut sebagai “French Paradox”.

“… Kandungan flavonoid dapat menurunkan kadar kolesterol jahat dan mendongkrak kalesterol baik, sehingga melindungi kesehatan jantung.”

Dari situlah muncul kesadaran baru bahwa wine yang memabukkan kalau mengonsumsinya berlebihan, ternyata juga menyehatkan. Para ahli dan ilmuwan AS pun dari penelitiannya menyimpulkan: wine menurunkan risiko penyakit jantung koroner sehingga memungkinkan berusia lebih panjang.

“Orang yang minum wine satu-tiga gelas per hari memiliki 40-50% peluang untuk terhindar dari penyakit pembuluh koroner daripada mereka yang sama sekali tidak minum,” demikian publikasi American College of Cardiology tahun 1996.

Begitulah, minuman beralkohol yang dibuat dari sari anggur jenis Vitis vinifera ini ternyata bukan minuman biasa. Wine dibuat melalui fermentasi gula yang ada di dalam buah anggur, yang biasanya tumbuh di area 30 hingga 50 derajat lintang utara dan selatan. Ada beberapa jenis wine, yakni red wine, white wine, rose wine, sparkling wine, sweet wine, dan fortified wine.

Tapi yang diyakni mengandung obat adalah red wine yang dibuat dari anggur merah (red grapes). Beberapa jenis anggur merah yang terkenal di kalangan peminum wine di Indonesia adalah merlot, cabernet sauvignon, syrah/shiraz, dan pinot noir.

Tentu ini berita baik bagi penggemar wine. Bahkan dalam penelitian terbaru pun ditemukan pula bahwa mengomsumsi secara moderat red wine akan menurunkan risiko paru-paru pada pria. Demikian hasil yang diperoleh Chun Chao dari Department of Research and Evaluation, Kaiser Permanente Southern California.

Dalam penelitian tersebut, para responden (sebanyak 84.170 orang) diminta untuk mengonsumsi segelas red wine per hari selama sebulan. Hasilnya, risiko mereka terkena kanker paru-paru berkurang 2%, dengan yang paling besar adalah pria perokok yang mengonsumi 1 – 2 gelas red wine per harinya, risiko penurunannya mencapai 60%.

Penelitian tersebut cukup, tapi Chun Chao memberikan peringatan merokok sambil minum red wine bukanlah gaya hidup yang sehat. Apalagi, tidak sedikit laporan penelitian yang menunjukkan bahwa setiap alkohol, termasuk red wine, dapat meningkatkan risiko kanker lain, seperti kanker payudara. Nah, lo! Ini juga paradoks yang lain. So, minumlah wine dengan cerdas dan bijak. (Burhan Abe)

Artikulli paraprak
Artikulli tjetër
- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article