LINE Indonesia, bersama dengan induk perusahaannya LINE Plus Corporation di Korea dan jaringan media global The Associated Press (“AP”), pada Jumat lalu (2//9/2019) mengadakan acara seminar edukasi untuk para penggunanya yang bernaung di bawah kampanye “Stop Fake News”. Kampanye “Stop Fake News” merupakan bentuk komitmen LINE dalam menjawab permasalahan mengenai berita palsu dan misinformasi di media daring.
LINE Indonesia pun melibatkan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) untuk ikut ambil bagian dalam seminar ini. Seminar ini ditujukan untuk para pelajar (terutama dari jurusan jurnalistik dan anggota pers mahasiswa) serta para pekerja profesional dari ragam bidang. Isi dari seminar meliputi asal muasal dari berita palsu, pemaparan riset global perihal berita palsu, ragam tipe berita palsu, dan bagaimana masyarakat dapat menyikapi berita palsu.
“Berita palsu selalu menjadi perhatian utama kami dan penting bagi kami untuk selalu memberikan informasi edukatif kepada para pengguna kami mengenai bahaya dari berita palsu. Sebagai platform komunikasi dan platform konten yang dominan untuk para milenial di Indonesia, merupakan kewajiban kami untuk mengedepankan hal ini. Ini juga yang menjadi alasan dibalik inisiasi kampanye “Stop Fake News” oleh LINE Plus Corporation di Korea untuk komunitas global termasuk Indonesia, yang didukung oleh AP,” ucap Dale Kim, Managing Director LINE Indonesia.
Melalui acara ini, para peserta seminar belajar mengenai perkembangan berita palsu dari masa ke masa. Walau terkesan sebagai fenomena baru, nyatanya berita palsu sudah ada bahkan sejak tahun 1700-an. Fenomena berita palsu semakin berkembang seiring dengan bertumbuhnya dunia internet dan digital. Outlet fact-checking pun semakin bertumbuh di berbagai penjuru dunia untuk melawan berita palsu. Menurut Duke Reporter’s Lab di Juni (Poynter), daerah Asia memiliki pertumbuhan fact-checking paling tinggi.
Para peserta juga diberitahukan cara untuk melakukan fact-checking akan konten-konten yang dikonsumsi. Ragam konten yang harus diperhatikan pun beragam, dari konten berita teks, foto, konten video termasuk deepfake, bahkan meme. Dalam kurun dua tahun belakang, AP mengamati bahwa fenomena tipe konten misinformasi sudah berubah dari yang awalnya teks menjadi gambar, termasuk screenshot. Peserta diingatkan untuk berhati-hati dalam menerima dan membagikan informasi. Perlu diingat bahwa informasi bisa berubah seiring berjalannya waktu. Tajuk berita juga bisa menggunakan clickbait, jadi para pembaca harus lihai dalam menganalisa akurasi dari berita tersebut.
Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) juga menjelaskan peran dari outlet atau organisasi fact-checking dalam memberantas berita palsu. MAFINDO mengingatkan bahwa sekarang para pembaca bisa dengan mudah menggunakan outlet fact-checking ini jika merasa tidak yakin akan suatu informasi. Sama seperti AP, MAFINDO juga menghimbau masyarakat untuk tidak mudah percaya atau dengan mudah membagikan informasi. Masyarakat harus bisa menganalisa berita dengan melihat sumber situs, detail visual, profil dari sumber berita, serta konten berita itu sendiri.
LINE Today, platform konten dari LINE, juga memberitahukan inisiatifnya dalam memberantas berita palsu. Beberapa di antaranya adalah dengan bermitra dengan media terpercaya, kurasi dan verifikasi oleh tim editorial berpengalaman, serta menyediakan kompilasi kabar hoaks yang beredar selama sepekan di setiap hari Sabtu beserta klarifikasinya.
“… jangan mudah percaya atau dengan mudah membagikan informasi, masyarakat harus bisa menganalisa berita dengan melihat sumber situs, detail visual, profil dari sumber berita, serta konten berita itu sendiri.”
Selain seminar, kampanye Stop “Fake News” ini juga merilis video edukasi berbentuk animasi yang berisi proses bagaimana cara mengecek kredibilitas dari berita sebelum membagikannya kepada orang lain. Video edukasi ini akan tersedia dalam 5 bahasa: bahasa Inggris, Thailand, Indonesia, Mandarin, dan Jepang.
Seminar “Stop Fake News” juga diadakan di negara lain seperti di Thailand dan Taiwan. Di Indonesia sendiri, seminar ini dihadiri oleh 100 mahasiswa dan pekerja. “Kami yakin acara seperti ini dapat membantu para pengguna kami yang didominasi pengguna muda untuk lebih mengerti lagi bahaya dari Berita Palsu dan bersama bisa menanggulangi Berita Palsu. Kami harap kampanye ini bisa membuka jalan juga untuk ragam solusi lain di kedepannya,” tutup Dale Kim.