Selaku perusahaan pengelola PLB e-commerce pertama di Indonesia, PT Uniair Indotama Cargo (UIC) akan segera melakukan pengapalan pertama menggunakan fasilitas PLB e-commerce, akhir bulan Desember tahun ini. Menurut Presiden Direktur (Presdir) UIC Lisa Juliawati di Jakarta, Selasa (10/12), pertengahan bulan ini produk-produk milik IKM dan UKM yang siap ekspor akan mulai masuk ke gudang PLB e-commerce di kawasan berikat Marunda Centre, Jakarta Utara.
“Setelah itu kami akan tutup kontainer, dan rencananya kapal akan segera berangkat ke Tiongkok. Setibanya barang-barang tersebut di Tiongkok, maka produk-produk tersebut akan dimasukkan ke gudang PLB e-commerce di sana, sambil mitra dari UIC di sana meng-upload produk-produk tersebut, untuk dipasarkan baik di Tiongkok maupun di luar Tiongkok sebagai bagian dari ekspansi (perluasan) pasar.
Arahnya adalah ke negara-negara tujuan di luar Tiongkok, namun masih termasuk dalam katalog yang ditawarkan, seperti misalnya ke Singapura, Malaysia, sampai ke Rusia, dan Amerika Serikat. Mengapa Tiongkok menjadi pililhan pertama kami dalam pemanfaatan ekspor produk-produk IKM, sebab selain daya tarik dalam hal jumah penduduk, kami mengharapkan mereka juga tertarik membeli produk-produk IKM Indonesia yang dikenal spesifik dan memiliki daya saing cukup kuat.”
Untuk dapat masuk ke pasar ekspor secara online dalam rangka tes pasar, satu hal yang saya tekankan adalah kemasan produk harus bagus. Demikian pula sejumlah peraturan menyangkut standar dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) bagi produk pangan dan produk pangan UMKM, minimal harus memiliki nomor Produk Industri Rumah Tangga P-IRT. Saat ini sejumlah produk yang cukup diminati di pasaran ekspor seperti Tiongkok misalnya, adalah makanan ringan (snack), kopi, dan biskuit. Ada juga yang mencari produk perawatan rambut (hair treatment).
Indonesia menurut Lisa, jangan sampai kalah bersaing dengan negara lain yang sudah sejak lama memanfaatkan fasilitas gudang berikat PLB e-commerce nya. Dalam kaitan tingginya pemanfaatan sistem digital di Indonesia, maka seharusnya Indonesia menjadi pemain e-commerce nomor empat dunia.
Data yang dipetik dari Kementerian Perdagangan, hasil penelitian Google-Temasek-Bain (2019) mencatat peningkatan transaksi Gross Merchandise Value (GMV) e-commerce Indonesia mencapai USD 21 miliar. Transaksi ini diperkirakan meningkat menjadi USD 82 miliar pada 2025.
PLB e-commerce Fasilitas yang Dibutuhkan Di Era Digitalisasi Ini
Secara terpisah, M. Rudy Salahuddin selaku Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dalam kesempatan berbicara pada Forum e-commerce di Jakarta, mengemukakan, apabila melihat manfaatnya yang membantu dari segi logistik, maka pemerintah sangat mendukung PLB e-commerce, sebagai fasilitas yang dibutuhkan di era digitalisasi ini, dan menjadikan pengiriman barang khususnya milik para IKM dan UKM menjadi lebih efisien.
“Pertimbangannya karena dengan PLB e-commerce, barang yang akan diantar (delivery) tidak perlu menunggu antara 3 sampai 4 hari sampai di Indonesia, melainkan hanya membutuhkan waktu pengiriman sekitar tiga jam dari gudang PLB e-commerce ke daerah tujuan seluruh Indonesia.
Demikian juga barang dari dalam negeri juga akan lebih mudah untuk penetrasi pasar ekspor, kalau sebelumnya sudah dibantu masuk gudang berikat PLB e-commerce. Dengan terdapatnya juga gudang milik PLB e-commerce di negara tujuan ekspor, maka sebenarnya hal ini mempermudah produk Indonesia sampai di negara tujuan ekspor secara lebih cepat.
Baru 14% UMKM Lakukan Ekspor
Sedangkan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Suhanto usai menyaksikan penandatanganan MoU (Memorandum of Understanding) pelaku usaha UKM dapat melakukan konsolidasi data di Jakarta, Senin (9/12), mengemukakan saat ini dari total jumlah 62 juta UMKM di Indonesia, ditengarai baru 14% UMKM yang melakukan ekspor.
Untuk itu, pihaknya sudah menugaskan dua BUMN yakni PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) dan PT Sarinah (Persero) sebagai fasilitator yang akan mengumpulkan semua produk yang siap diekspor, termasuk produk milik IKM, dalam sistem yang kami namakan sebagai PLB e-commerce Distribution Centre (EDC).
Melalui penandatanganan MoU, maka pemilik barang dengan kesepakatan pihak-pihak tersebut, diberi kemudahan menggunakan PLB e-commerce, sehingga barang mereka masuk ke PLB e-commerce di kawasan berikat Marunda Centre, setelah itu dikirim ke gudang berikat PLB e-commerce di Tiongkok. Di sana produk-produk tersebut dijual dengan sistem daring (online).
“Karena itu jika pesanan sudah muncul dengan sistem online, maka tidak akan butuh waktu lama untuk menjual barangnya, karena barang dimaksud sudah tersedia di gudang berikat. Hal seperti ini memudahkan pelaku usaha dalam menjual produknya. Sebab para IKM-UKM memiliki keterbatasan dalam hal volume penjualan produk, sehingga memfasilitasi mereka secara kolektif melalui konsolidasi BUMN, termasuk juga perusahaan logistik, akan mempermudah mereka saat menjual produknya di pasaran ekspor.
Apalagi produk yang akan difasilitasi ini, terlebih dulu dikurasi baik oleh BUMN dan juga perusahaan pengelola PLB e-commerce seperti PT UIC, termasuk juga koperasi sehingga mereka hanya akan mengirim produk yang memenuhi selera pasar ekspor, termasuk juga produk yang laku dijual di negara tujuan ekspor. Selain itu produk-produk tersebut juga dijual secara daring (online), sehingga turut berperan mendukung ekspor nonmigas dari Indonesia, yang merupakan negara kepulauan.“ (Nonie Mariani)