Jumat, Oktober 4, 2024

Ekologi Jakarta

Must read

Ekologi Jakarta (dan Botabek) sudah rusak parah. Air dari langit hampir 100% langsung mengalir ke selokan dan sungai. Tipis ruang terbuka hijau agar air terserap ke bumi. Regulator, developer, dan warga tidak lagi mematuhi Tata Kota. Karena kebutuhan rumah tinggal, jalur hijau digasak; peruntukan wisma taman (rumah tinggal minimal 2 lantai) dijadikan tempat usaha; bahkan garis sempadan bangunan juga digasak.

Jika sungai atau selokan bisa menjerit mereka sudah lama sekarat. Bayangkan, garis sempadan sungai bahkan palung, diubah jadi fondasi rumah tinggal 2 lantai. Di hulu lebar sungai masih 2 sampai 6 meter, lewat Kemang atau Prapanca tinggal satu atau 2 meteran.

Dulu kecamatan Jagakarsa dan Pasar Minggu ditetapkan sebagai wilayah mixed farming dengan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maks 10%. Punya tanah 1.000 m2, rumah yang dibangun luasnya maksimum 100 m2. Tata Ruang diubah di kedua daerah itu, cluster tumbuh bak jamur. Tanah 700 m2 disulap jadi 8 rumah berlantai dua. Air dari langit mengalir melebihi kecepatan tikus berenang di selokan.

Kasihan Gubernur Anies menerima kerusakan yang diwariskan pendahulunya. Banjir hebat 1 Januari 2020 buah dari perubahan tata kota dan perilaku developer serta warganya. Sulit memulihkan Jakarta dalam bilangan jari tangan. Gubernur DKI tidak bisa memulihkannya sendiri. Sisi ini yang sering dilupakan para pengkritik gubernur DKI Jakarta. Sangat berat menyehatkan ekologi Jakarta. (EHE)

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article