Mencegah barus revolusi rakyat Iraq?
Opini Mutawakkil Abu Ramadhan
Ternyata pembunuhan jendral besar Iran oleh AS dilakukan untuk mengalihkan isu kerusuhan sosial yang baru baru ini meledak di kota kota besar di Iraq. Kerusuhan sosial massif ini dipicu oleh kesulitan hidup rakyat Iraq akibat hancurnya ekonomi Iraq oleh kasus kasus mega korupsi yang dilakukan oleh politisi politisi Syiah yang konon nilainya ratusan kali lipat dari nilai korupsi di Indonesia.
Amerika sedang menyelamatkan muka kekuasaan Syiah di Iraq lewat dramatisasi horornya perang besar Timur Tengah, sebuah pepesan kosong tercanggih di awal abad ini.
Trump menyatakan tidak akan berperang dengan Iran, dia lebih suka menerapkan sangsi ekonomi yang lebih luas. Di sisi lain, pemimpin Syiah Iran Khamenei dan pemimpin Syiah Iraq Muqtada Sadr bertemu di Teheran menyatakan tidak akan ada perang.
Bayangkan! Iraq adalah penyimpan cadangan migas terbesar setelah Saudi, produksi per barelnya akan menyamai Saudi Arabia dalam waktu dekat. Namun kehidupan rakyatnya lebih buruk dari orang Indonesia. Baghdad kini menjadi salahsatu kota terkumuh dimuka bumi.
Menurut wartawan Mesir Saabir Masyhur, uang minyak iraq adalah bancakan korupsi terbesar dalam sejarah manusia yang pernah dilakukan oleh entitas kolonial Amerika dan para politisi Syiah Iraq secara bersamaan.
Amerika tidak mau kehilangan risiko dengan membiarkan kekuasaaan para politisi Syiah Iran jatuh ke tangan kubu reformis Iraq yang dimotori oleh para anak muda Iraq yang sudah tidak peduli mana itu Syiah dan Sunni. Mereka mau makan dan pekerjaan yang layak.
Apalagi gerakan reformasi modern Arab sudah lama terkenal dimotori oleh gerakan Ikhwanul Muslimin, Iraq memiliki banyak intelektual berbasis ikhwanul Muslimin.
Jika rakyat Arab mampu menang dalam memberontak terhadap para elit Arab yang korup dan kejam maka ini akan menjadi ancaman langsung terhadap eksistensi Zionisme Israel.
Termasuk ancaman kepada sistem monarki absolut di Saudi Arabia, bahrain dan Emirat Arab. Adapun monarki di Kuwait, Qatar, Maroko, dan Jordania berusaha menerima demokratisasi dan keterbukaaan.
Tidak heran mengapa antara Israel, Amerika, Iran, Rusia, Saudi Arabia, Emirat Arab dan China memiliki hubungan yang kuat. Saudi, Emirat dan Amerika berada dibelakang Israel, Iran berada dibelakang Rusia dan China, kesan awalnya gaduh dan bising namun mereka memiliki common enemy (musuh bersama): Gerakan revolusi rakyat Arab
Belajar dari sejarah Arabic spring, gerakan gerakan pro demokrasi yang reformis dan gerakan gerakan Islam politik yang Sunni senantiasa mendapatkan serangan serangan politik yang mematikan oleh sistem monarki dan geopolitik Amerika, russia dan China.
Jadi, ini bukan masalah ancaman perang dunia, namun masalah menjaga status quo di Timur Tengah agar tidak jatuh ketangan kaum reformis agar Islam tidak bisa bangkit.
Cakep kan akal bulusnya?!