Indonesia Negara Paling Percaya Diri dalam Mencapai Peluang di Asia Tenggara
Jaringan profesional terbesar di dunia LinkedIn meluncurkan LinkedIn Opportunity Index 2020, 12 Februari. Indeks tersebut adalah kumpulan data yang berupaya memahami bagaimana orang-orang mengartikan peluang dan yang lebih penting, kesenjangan dalam mendapatkan peluang tersebut.
Penelitian ini mensurvei lebih dari 30.000 responden di 22 negara secara global, termasuk 1.010 responden dari Indonesia.
Penelitian ini menemukan bahwa upaya jangka panjang masyarakat Indonesia untuk mendapatkan kualitas hidup yang baik pada akhirnya ditentukan oleh “kesehatan yang baik”.
Namun, saat ini, tujuan karier dan kehidupan adalah yang paling penting bagi mereka. Secara khusus, orang Indonesia tertarik untuk mencari peluang yang memungkinkan mereka untuk memiliki keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan (work-life balance), peluang yang selaras dengan minat mereka dan peluang yang dapat memaksimalkan keterampilan mereka.
Tetapi, pada saat mencari peluang-peluang yang ada, mereka terhalang oleh adanya “kesenjangan peluang (opportunity gaps)”, atau hambatan yang dapat menghalangi mereka untuk mendapatkan peluang tersebut, seperti kurangnya jaringan dan koneksi, status keuangan, usia dan pasar kerja yang sulit.
Indonesia menunjukkan optimisme akan stabilitas masa depan
Berdasarkan survei, Indonesia paling percaya diri untuk mencapai peluang di Asia Tenggara, sama halnya dengan negara berkembang lainnya yang juga merasa optimis untuk mengakses peluang.
Hal tersebut didorong oleh kepercayaan masyarakat terhadap potensi pertumbuhan ekonomi mereka, serta keyakinan dalam mendapatkan akses untuk mencapai peluang yang mereka anggap penting.
Dengan 44% orang Indonesia mencari peluang untuk mengejar minat mereka serta pandangan yang kuat tentang keuangan pribadi mereka dalam 12 bulan ke depan, tidak mengherankan bahwa hampir satu dari tiga orang Indonesia menginginkan untuk memulai bisnis mereka sendiri.
Indonesia bersama dengan Filipina dan Meksiko unggul dalam hal ini, dibandingkan dengan negara-negara lainnya.
Penelitian ini juga mengungkapkan optimisme yang lebih tinggi di antara orang Indonesia yang tinggal di daerah perkotaan, serta mereka yang memiliki tingkat pendapatan dan pendidikan yang lebih tinggi. Secara keseluruhan, sebagian besar orang Indonesia merasa bahwa mereka secara finansial lebih baik daripada orang tua mereka ketika berada di usia yang sama.
Tenaga kerja multigenerasional menghadirkan peluang baru
Dengan populasi yang muda dan terus bertambah, tidak mengherankan jika generasi Millenial mulai mewarnai dunia kerja di Indonesia. Hanya dalam beberapa tahun, generasi tersebut akan mewakili demografis terbesar di semua tempat kerja. Sebagai contoh, kabinet presiden Indonesia yang baru terpilih dan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merekrut lebih banyak talenta muda untuk bergabung sebagai manajemen senior mereka.
Penelitian kami juga menunjukkan bahwa usia lebih banyak menjadi hambatan utama bagi generasi yang lebih tua dengan proporsi Gen X dan Boomer yang lebih tinggi mengatakan kesulitan dalam mengatasinya, dibandingkan dengan Gen Z dan Millenial.
Menariknya, usia bermanifestasi sebagai peluang yang berbeda untuk kelompok umur lainnya. Misalnya, usia adalah tantangan bagi kaum muda dengan pengalaman kerja yang tidak mencukupi (25% dari Gen Z), dan mereka yang tidak memiliki koneksi yang tepat (25% dari generasi Millenial).
“Untuk pertama kalinya, empat generasi bekerjasama. Sudah waktunya bagi perusahaan untuk mengesampingkan diskriminasi terhadap usia di tempat kerja, dan menjadikan tenaga kerja multigenerasi sebagai peluang,” ungkap Olivier Legrand, Managing Director, LinkedIn Asia Pacific.
“Kesenjangan keterampilan terbesar yang kita lihat saat ini adalah soft skill di antara Gen Z dan Millennial, dan keterampilan teknologi di antara generasi yang lebih tua. Kami mendorong perusahaan untuk merekrut untuk keterampilan tambahan dan untuk mempromosikan kolaborasi serta bimbingan dua arah di antara tenaga kerja mereka.”
“Hal ini juga merupakan perjalanan yang kami lalui di LinkedIn karena kami percaya bahwa tenaga kerja multigenerasi dan keberagaman pekerja dapat menguntungkan perusahaan serta mendorong pertumbuhan,” tambah Legrand.
Referendum
LinkedIn menugaskan perusahaan riset independen, GfK untuk melakukan penelitian LinkedIn Opportunity Indext pada September dan Oktober 2019. Survei ini dilakukan kepada responden yang berusia diantara usia 18 hingga 65 tahun di 22 negara melalui wawancara online.
Survei ini memiliki lebih dari 30.000 responden:
- Amerika Utara: Kanada, Amerika Serikat
- Amerika Latin: Brasil, Meksiko
- Timur Tengah: Uni Emirat Arab
- Eropa: Perancis, Jerman, Irlandia, Italia, Belanda, Spanyol, Swedia, Swiss, Inggris
- Asia Pasifik: Australia, Cina, India, Indonesia, Jepang, Malaysia, Filipina, Singapura
Kelompok umur diklasifikasikan sebagai berikut:
- Gen Z (18 – 22 tahun)
- Millennials (23 – 38 tahun)
- Gen X (39 – 54 tahun)
- Boomer (55 – 65 tahun)
Metodologi
LinkedIn Opportunity Index mengukur tingkat kepercayaan negara terkait dengan ekonomi dan usaha dalam pencapaian peluang dengan menggunakan “100” sebagai skor dasar. Skor yang lebih tinggi menunjukkan optimisme yang lebih besar dari responden yang tinggal di negara tertentu.
Tujuh faktor yang berkontribusi terhadap pengukuran indeks gabungan sama dengan LinkedIn Opportunity Index 2018, sebagai berikut:
Persepsi seputar faktor sosial ekonomi dan gaya hidup
- Prospek ekonomi selama 12 bulan ke depan
- Pandangan tentang situasi keuangan responden selama 12 bulan ke depan
- Kualitas hidup khususnya kebahagiaan
- Kualitas hidup dibandingkan dengan generasi sebelumnya / orangtua
Persepsi tentang peluang:
- Ketersediaan peluang di suatu negara
- Penilaian tentang aksesibilitas peluang selama 12 bulan ke depan
- Keyakinan dalam mencapai kesuksesan
Tentang LinkedIn
LinkedIn menghubungkan para profesional di dunia untuk menjadikan mereka lebih produktif dan sukses dan mengubah cara perusahaan mempekerjakan, memasarkan, dan menjual.
Visnya adalah menciptakan peluang ekonomi bagi setiap anggota angkatan kerja global melalui pengembangan berkelanjutan Grafik Ekonomi pertama di dunia. LinkedIn memiliki lebih dari 675+ juta anggota dan memiliki kantor di seluruh dunia.