Apapun yg terjadi kita harus berpikir dengan jernih dan tidak panik. Setiap kota kondisinya berbeda. Kemampuan nya pun juga berbeda. Masyarakatnya pun punya sikap yang tidak sama.
Jogja mendasarkan pada gerakan riil yang nyata akan mengurangi dan memutus mata rantai sebaran virus Corona. Bukan aksi-aksian saja.
Dengan lockdown atau karantina wilayah apakah kita sdh siap? Apakah warga siap hanya di rumah saja? Apakah kita semua sdh siap punya logistik utk makan pada saat semua produktivitas ekonomi menurun semua? Apakah pemerintah cukup dana untuk menyiapkan logistik seluruh kota dalam waktu sebulan atau dua bulan? Bayangkan jika semua kota-kota me-lockdown-kan diri.
Bagaimana kehidupan dan bagaimana memenuhi kebutuhan sehari-harinya kita. Tahukan kondisi teman- teman dan saudara kita di Jakarta, membeli barang kebutuhan saat ini dengan belanja online. Menerima barang dengan jarak tertentu dan uang langsung masuk dalam plastik dan langsung semprot pula. Karena tidak percaya semuanya bersih.
Betapa Jakarta memang kondisinya sudah sedemikian rupa dan harus dengan tangan yang kuat agar tidak merembet kemana-mana.
Tapi apakah kota lain sudah seperti yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya? Berapa yang sudah positif? Berapa yg sdh PDP? Berapa yang ODP? Dan yang paling penting berapa jumlah warga yang sdh diperiksa?
Yogya alhamdulillah selama bulan Maret (1-28) ada 9.000 orang sudah diperiksa di Puskesmas, RS Jogja dan RS Pratama.
Siapa mereka, sebagian besar adalah mereka yang baru pulang dari bepergian, dan mungkin juga yang sudah mudik. Itulah kesadaran warga, datang sendiri dan memeriksakan diri.
Hasilnya?
Dari 9.000 yang diperiksa 267 ODP, 9 PDP dan 2 positif. Yang positif ini, satunya sebenarnya sudah sehat dan sudah lewat masa inkubasinya, tinggal menunggu hasil uji lab akhirnya saja.
Sebelumnya, di Keparakan ada balita positif, dan dua orangtuanya PDP, dan serumahnya total 19 orang ODP. Alhamdulillah semua sdh sembuh.
Sedangkan yg 9 PDP itu, semula ada 23 dan 14 sudah sembuh. Dan di Jogja tidak ditemukan kasus dari ODP naik jadi PDP.
Alhamdulillah berkat kerja keras teman-teman Dinkes, RS Jogja, RS Pratama dan Puskesmas serta kesadaran masyarakat, semuanya masih bisa ditangani. Kita terus berharap semoga Allah senantiasa memberikan perlindungan kepada kita, agar mampu mengatasi semuanya.
Itulah kenapa kita masih mampu mengatasi. Di samping perlindungan Allah, kesadaran masyarakat yang pulang dari bepergian segera periksa, kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungannya dengan terus bersih dan semprot secara mandiri dan semangat, atas kerjasama semua pihak, sehingga kita bisa terus menanganinya.
Sampai 28 Maret, sudah hampir 75% wilayah Jogja di kampung-kampung sudah melakukan semprot disinfektan. Hampir semua pertokoan, pasar, tempat publik menyediakan tempat cuci tangan, yang istimewanya dilakukan secara swadaya masyarakat. Sekali lagi, itulah istimewanya warga Jogjaakarta.
Saya berharap dengan hal tersebut di atas, kita selalu saling menjaga, saling melindungi dengan penuh kasih sayang. Saudara kita yang baru datang atau mudik, kita dorong untuk diperiksa di Puskesmas, kita dorong melakukan isolasi diri selama 14 hari.
Hal itu karena atas kesadaran saling mengasihi dan melindungi untuk memberikan keselamatan bersama, keselamatan orangtua dan saudara-saudaranya, keselamatan tetangganya dan keselamatan seluruh masyarakat Jogja yang selalu terbuka dan saling menghormati.
Mari kita jaga Jogja agar terus bisa memutus mata rantai sebaran virus Corona karena kebersamaan kita semua.
Karena kasih sayang di antara kita semua, karena keinginan untuk saling menyelamatkan seluruh masyarakat Yogyakarta.
Semoga Allah SWT senantiasa menjaga dan melindungi kita semua. Jangan bosan menyebar virus kebaikan, agar kebaikan itu menular kemana-mana.
Ayo, kita putus mata rantai sebaran virus Corona.
Yogyakarta, 28 Maret 2020
Heroe Poerwadi
Wawali Kota Jogya
Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Jogja