Oleh Jeffrey Wibisono V.
Seiring mendunianya wabah Covid-19 dalam hitungan hari, topik paling panas di seantero jagad adalah stay home you safe lifes. Jargon berupa tagar #DiRumahAja milik Indonesia dan #TravelTomorrow milik UNWTO, bertebaran.
Ada lagi jargon yang lain? Ada, dan sedang viral di dunia adalah #WhenWeTravelAgain. Editor perjalanan di Irish Independent bernama Pol O Conghaile @poloconghaile yang memulai tagar tersebut di Twitter.
Tagar ini mendapatkan banyak reaksi sebab menandakan kebebasan dan memberikan gambaran masa depan.
Saya — mestinya semua kolega– sebagai pekerja pariwisata dan perhotelan mempunyai pertanyaan selanjutnya seperti: Apa dampak Covid-19 bagi Indonesia? Kira-kira pola traveling pasca pandemi seperti apa ya?
Untuk ini, saya memikirkannya dari sudut pandang optimis #ExcitedForTomorrow. Saya menaruh harapan untuk esok hari, membuat cita-cita baru, yaitu new skills – menguasai beberapa keahlian baru selama masa karantina mandiri #DiRumahAja.
Di luar kesadaran kita, momentum wabah Covid-19 ini membuat kita semua mengerjakan banyak hal secara digital. Kita, mulai dari pelajar yang harus belajar di rumah dan sebagian tutorialnya dengan cara teleconference. Kemudian, pekerja dengan status WFH – work from home, pertemuan hariannya secara live teleconference menggunakan tool Zoom dari masing-masing gadget.
Lebih jauh lagi, golongan menengah ke bawah, jadi belajar untuk berbisnis di lingkungannya. Sementara ojol dan beragam fasilitas digital makin menunjang banyak orang untuk belajar bisnis. Di sini termasuk kita yang pada belajar berbelanja konsumsi makanan melalui online.
Situasi ini bisa terjadi karena dipaksa oleh keadaan harus tinggal di rumah plus jaga jarak aman.
Saya meyakini, pasca Covid-19, Indonesia akan aman, maju dan malah lebih sehat.
Bisnis menyebar ke daerah, bisnis menengah ke bawah tumbuh, dan swadesi meningkat. Inilah yang saya sebut konsep percepatan “digitalisasi revolusi industri gen 4.0 menggunakan momentum wabah Covid-19”.
Transaksi menggunakan uang fisik kertas dan koin akan jauh berkurang, karena sudah tersedia virtual payment gateway.
Pembayaran instan tunai yang menguntungkan penjual karena cash flow tetap berjalan, dan memberi manfaat juga kepada pembeli karena tidak perlu menyimpan uang kembalian yang dicurigai mengandung banyak virus karena telah dipegang banyak tangan dalam peredarannya.
Mari kita lanjutkan fokus ke pola traveling dan tuntutan traveler pasca Covid-19. Sudah pasti tuntutan traveler nomer satu terhadap suatu destinasi adalah sehat, aman dan nyaman. Ya, urutan nomer satu menjadi “sehat” menggantikan yang sebelumnya “aman”.
Dengan mengusung pengetahuan tentang Covid-19 ini — melarang kita untuk menyentuh permukaan-permukaan barang, dan harus rajin cuci tangan — maka jalan keluarnya adalah “personalized all services” dan salah satunya adalah go digital.
Beragam teknologi untuk pelayanan sudah dipikirkan, dikembangkan dan tersedia saat ini. Untuk customer service dengan menghargai dan menjaga health concious customer, maka layanan harus dilakukan dalam jarak aman.
Jadi, banyak barang cetakan yang berupa directory, informasi, promosi, menu restoran, menu room-service dan delivery service dan banyak lagi harus digitalkan. Kemudian materi digital tersebut bisa diakses langsung oleh customer dari ponsel masing-masing.
Inilah solusi gen 4.0 yang murah bermanfaat dan memberikan kenyamanan kepada customer karena tidak perlu menyentuh barang yang sudah dipegang banyak orang. Kebiasaan sesuai generasinya yang tadinya kita sebut hubbing, selfish karena tidak berinteraksi dengan orang lain, sekarang menjadi “sah”.
Untuk menghadapi era revolusi industri 4.0 yang masih tergolong baru ini, diperlukan persiapan dan pelatihan khusus yang mendukung. Kita sudah mulai dibiasakan beribadah yang menampilkan pimpinan umat atau imam agama di rumah masing-masing dengan live-streaming.
Kemudian berolah raga ala klub kebugaran pun dipandu dengan live streaming. Di antara banyak perusahaan yang terpuruk, saat ini bisnis penyedia jaringan internet yang meraup penghasilan paling tinggi sesuai kebutuhan masyarakat dunia.
Pernah merasakan kalau kita kehabisan pulsa? Pasti kita tidak mau kejadian tersebut terulang lagi.
Saat ini, Indonesia sudah mulai menggarap revolusi industri 4.0, terlihat dari banyaknya perusahaan yang telah menerapkan sistem jaringan internet untuk memudahkan akses-akses informasi internal, pengawasan karyawan, sampai pembukuan.
Pastilah perusahaan semacam itu, kita sebut dengan istilah smart company. Kita sudah terbiasa dengan smart phone dengan segala fiturnya bukan?
Di balik kemudahan standar era kekinian yang kita rasakan di era komunikasi ini, dalam revolusi industri 4.0, ada 9 teknologi yang menjadi pilar utama untuk mengembangkan sebuah industri biasa, menuju industri yang siap digital.
Saya percaya banyak di antara kita yang telah mendengar sampai paham bahkan telah bekerja sama dengan peranti robotic ini.
Di antaranya adalah:
- Internet of Things (IoT)
- Big Data
- Argumented Reality (AR)
- Cyber Security
- Artifical Intelegence
- Addictive Manufacturing
- Simulation
- System Integeration
- Cloud Computing
Nah, pasca pandemik Covid-19, perilaku dan kebiasaan orang seluruh dunia akan berubah menjadi new normal. Salah satunya adalah kita sendiri dan jangan ragu lagi untuk bekerja sama dengan robot.
Robot bukan untuk menggantikan manusia apalagi customer service di industri pariwisata, tetapi cara kerja robot dengan memori buatannya mempermudah banyak pekerjaan manusia terutama perkerjaan yang sama dilakukan berulang.
Jadi tunggu apalagi mari #ExcitedForTomorrow, bersiap #WhenWeTravelAgain sambil menguasai #NewSkills pada saat wabah yang harus kita waspadai dan jalani telah berlalu.