“Saya hanya terbayang, bagaimana kalau yang diculik itu anak atau keponakan saya….”
Selasa pagi itu, seperti yang biasa ia lakukan setelah mengantar penumpang, Dadang menyempatkan mencari tempat mangkal, sekadar beristirahat sambil menunggu atau mencari penumpang baru. Selama pandemi Covid-19, hampir semua bidang industri, termasuk transportasi mengalami dampak yang sangat besar. Saat ini, Dadang sudah bersyukur apabila bisa melayani 2 hingga 3 permintaan konsumen per hari. “Namun, sebetulnya sangat tergantung pada keaktifan kita. Kalau hanya santai-santai dan menunggu memang tidak akan mendapatkan penumpang. Maka dari itu saya lebih condong ke “jemput bola” dan aktif mencari konsumen yang membutuhkan jasa saya,” ucap Dadang.
Karena keyakinan dan semangat juang tersebut, selama mau bergerak berarti akan ada harapan, maka ketika Dadang melihat wanita muda yang terlihat kebingungan dengan wajah yang lusuh, mata terlihat merah dengan hijab yang tergerai di dekat halte Taman Empu Sendok, Kebayoran Baru tempat ia sedang mangkal, Dadang menawarkan kepada wanita tersebut sekiranya ia memerlukan angkutan taksi.
Namun, tawaran yang Dadang berikan kepada wanita yang semula diharapkan jadi penumpang tersebut, ternyata menjadi cerita yang panjang.
Wanita tersebut, yang kemudian diketahui bernama Narmi Andriani, ternyata adalah gadis muda yang berasal dari Jambi yang sudah sejak tanggal 29 Mei dilaporkan sebagai orang hilang.
Meski gadis tersebut masih dalam keadaan kebingungan, Dadang mengetahui bahwa gadis tersebut sedang membutuhkan pertolongan. Setelah melalui mediasi dan komunikasi yang terbatas, Dadang diarahkan ke Narmi untuk menghubungi kerabat dan keluarganya melalui pesan di Facebook. Sembari menunggu jawaban, alangkah terkejutnya Dadang setelah melihat salah satu unggahan kerabat Narmi di Facebook, bahwa Narmi merupakan korban hilang sejak 29 Mei, atau lima hari yang lalu.
Singkat cerita, Narmi secara perlahan mulai dapat menceritakan bahwa ia berhasil melarikan diri karena berpura-pura pingsan dan dibuang di jalan di daerah Lampung dan kemudian Narmi naik, menumpang kendaraan bak terbuka, yang ia tidak tahu dan tidak kenal siapa pengendaranya.
Narmi menyampaikan sempat merasakan bergoyang-goyang karena kendaraan bak terbuka yang dinaikinya ternyata dinaikkan ke kapal dan akhirnya ia sampai di Jakarta.
Ketika Narmi berada di daerah halte Empu Sendok, ia tidak tahu telah berada di mana; karena pertanyaan pertama yang disampaikan ke Dadang: “Pak, ini hari apa, dan saya ini ada di mana?”
Ketika kemudian Dadang dapat berkomunikasi dengan ayah Narmi di Jambi; situasi mulai terang dan dapat dipecahkan.
Ayah Narmi meminta bantuan membawa Narmi ke Polres Senen, dan kemudian beberapa saudara Narmi menemui di Polres tersebut.
Ayah Narmi yang sempat menangis – karena haru mendengar Narmi ditemukan dan menghiba meminta bantuan kepada Dadang – malamnya berangkat dari Jambi menjemput Narmi ke Jakarta.
Sampai Narmi berangkat pulang kembali ke Jambi bersama ayahnya Rabu malam, Dadang masih terus teringat kondisi Narmi yang terkesan kebingungan, namun ia sungguh merasa ikut bahagia karena Narmi telah dapat berkumpul lagi bersama ayah, keluarga, dan saudara-saudaranya.
Ketika ditanyakan mengapa ia sampai mengorbankan waktu dan tenaganya, sementara hari itu ia terpaksa tidak bisa melanjutkan kegiatannya mencari penumpang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Dadang bergumam: “Saya tidak membayangkan sekiranya kejadian yang dialami Narmi itu terjadi pada anak atau keponakan saya.”
Kepolosan jawaban Dadang sesungguhnya menggambarkan kebesaran jiwa dan keikhlasannya; dia telah berbuat sesuatu untuk kebaikan dan kebahagiaan orang (lain); sementara ia tidak mengharapkan balasan apalagi pujian.
“Saya tidak mau diekspose, karenanya waktu saya mengantarkan Narmi di Polres, saya tidak mau difoto,” ujarnya.
“Saya melakukan ini sesuai yang saya yakini, dan sekarang saya bersyukur dapat bekerja di perusahaan Bluebird yang sesuai keyakinan saya, selalu berusaha memberikan keamanan dan kenyamanan bagi penumpang. Selain itu saya yakin bahwa jangan segan untuk menolong sesama, karena rezeki kita tidak akan lari ke mana-mana. Contohnya hari ini saya merasa sangat terhormat karena mendapat undangan untuk makan siang dan mendapatkan apresiasi dari pimpinan perusahaan atas kejadian kemarin,” jelas Dadang yang mau menyempatkan bercerita di sela-sela kegiatannya mencari penumpang.