Jumat, November 15, 2024

Gojek masuk BIRD tapi PHK 430 orang

Must read

Oleh Eddy Herwanto

Pembatasaan pergerakan warga untuk mencegah penyebaran wabah Covid-19 secara langsung memukul kinerja PT Blue Bird (ticker: BIRD). Pendapatan perusahaan transportasi itu terus merosot: Maret turun 50%, kemudian April turun 70%.

Harga sahamnya di Bursa Efek Indonesia langsung tenggelam, dan gelagatnya sulit untuk jauh di atas Rp1.000/ lembar hingga kuartal ketiga 2020. Efisiensi dilakukan dengan mengurangi operasi armada taksinya, tapi belum membantu memperbaiki kinerjanya.

Sebagai pemegang saham baru di BIRD, Gojek (PT Aplikasi Karya Anak Bangsa) jelas prihatin. Semester pertama tahun ini, Gojek melakukan dua aksi korporasi penting: pertama, membeli saham PT Blue Bird dari pendirinya, dan kedua menambah modal dengan menerbitkan saham baru untuk Facebook dan PayPall.

Aksi korporasi pertama menarik karena Gojek membeli saham PT PT Pusaka Citra Djokosoetono, pemegang saham pengendali Blue Bird, seharga Rp3.800/lembar pada 14 Februari 2020.

Gojek konon mengeluarkan Rp411,18 miliar untuk membeli 4,3% saham (sebanyak 108,21 juta lembar) dari PT Pusaka Citra Djokosoetono. Disebut menarik karena Gojek membeli dengan harga premium pada saat harga BIRD di Bursa berada pada kisaran Rp2.400 – Rp2.500/lembar di bulan Februari.

Listing pada 5 Oktober 2014, Blue Bird dijual Rp6.500 dan sempat naik Rp7.200 pada penawaran perdana. Kinerjanya makin payah sejak Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menerapkan Pembatasan Sosial Bersakala Besar (PSBB) mulai 9 April 2020 yang membatasi pergerakan warga Jakarta.

Akibatnya, saham BIRD sempat tenggelam pada harga Rp755 (18 Mei 2020), bersama banyak saham perusahan lainnya. Indeks Harga Saham Gabungan juga remuk.

Sekalipun performance harga sahamnya mengkhawatirkan, kinerja keuangan BIRD cukup kuat dengan tingkat utang moderat. Dari utang Rp2,28 triliun, utang bank jangka panjang (setelah dikurangi utang jatuh tempo setahun) tercatat Rp778 miliar per Maret 2020. Pendapatannya turun dari Rp977 miliar (Maret 2019) ke Rp 885 milyar (Maret 2020).

Masuknya perusahaan applikasi seperti Gojek dan Grab yang juga melayani pemesanan kendaraan roda empat imbasnya sangat terasa ke perusahaan jasa transportasi.

Agar kemerosotan penjualan jasanya tidak makin jatuh maka sejak Maret 2017, Blue Bird dan Gojek menjalin kerjasama kemitraan sehingga konsumen bisa memesan taksi dari dasboard Gojek dengan mengklik ikon Go-Blue Bird. Konsumen jadi punya pilihan selain memesan mobil mitra Gojek lewat ikon GoCar.

Toh kemudahan memesan Blue Bird lewat aplikasi Go Blue Bird tetap belum bisa menaikkan arus kas masuk. Arus kas masuknya turun dari Rp985 miliar (Maret 2019) ke Rp918 miliar (Maret 2020).

Kinerja BIRD pada kuartal kedua dan ketiga tahun berjalan tampaknya akan berat mengingat selama pembatasan pergerakan warga – di Jakarta dan kota kota besar di luar Jawa – membuat konsumen lebih banyak berkurung di rumah. Apalagi transportasi udara, laut, dan darat (bis antarkota dan kereta api) juga stop.

Percaya diri Gojek masuk ke Blue Bird cukup tinggi, sekalipun keluar uang cukup banyak untuk mengakuisisi saham Blue Bird dengan harga pemium, Gojek mendapat tambahan darah baru dari Facebook dan PayPal.

Sebelum itu, Google dan Tencent juga membeli saham baru yang diterbitkan sehingga saham para pendiri seperti Nadiem Makarim mengecil dalam persentase; namun masuknya para raksasa teknologi itu membuat valuasi saham Gojek makin tinggi.

Yang mengejutkan tak lama setelah mendapat darah segar dari Facebook dan Paypall, Gojek pada 23 Juni 2020 mengumumkan PHK 430 karyawannya (9% dari seluruh tenaga kerjanya).

Mereka sebelumnya pernah melayani GoMassage, dan GoClean (sebelumnya juga termasuk GoAuto, GoDaily, GoLaundry, GoFix, GoGlam, dan Service Market Place. Tapi usaha membesarkan layanan itu tidak berhasil hingga pada akhir 2019 ditutup).

Akibatnya kelak mulai 27 Juli di dashboard Gojek tidak akan ditemui lagi ikon GoMassage dan GoClean bagian dari GoLife dan GoFood Festival. Arus kas Gojek rupanya merosot setelah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada 9 April 2020 mengumumkan pelarangan ojol membawa penumpang melalui Keputusan Gubernur No.33 Tahun 2020 mengenai Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Keputusan Gojek masuk ke Blue Bird rupanya terlalu dini, dan tidak melihat akibat wabah Covid-19 di Wuhan, Cina.

Sejak itu para mitra ojol lebih banyak merenung. Karena PSBB, order ke GoRide atau GoCar turun jauh; mitra ojek online lebih banyak berkurung di rumah. Keharusan menjaga jarak dan kontak pisik juga menurunkan permintan ke fasilitas GoMassage.

Arus kas Gojek pasti tertekan selama kuartal kedua 2020. Namun permintaan akan layanan GoFood, GoSend, atau GoMart naik tajam, tapi belum sehebat inflow GoRide dan GoCar yang merupakan cashcow Gojek. Mitra kerjanya: Blue Bird (GoBluebird) juga merasakan penurunan pemesanan taksinya.

Pukulan pandemi Covid-19, selain pedih buat para mitra ojol, tentu juga dirasakan pahit buat Gojek. Investasinya untuk memiliki moda angkutan darat ternyata tidak bisa memberikan imbal hasil memuaskan dalam jangka pendek.

Bayangkan hanya dalam tempo kurang dari enam bulan, nilai investasinya merosot lebih dari separuh. Pandemi Covid-19 diperkirakan tidak akan cepat reda, karenanya pelaku usaha perlu memiliki nafas panjang untuk melalui masa sulit ini.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article