Senin, Desember 23, 2024

Thales

Must read

2.600 tahun lalu di kota Miletus, seorang genius linglung bernama Thales suka berjalan-jalan di malam hari sambil menatap bintang, sehingga sering kali terjatuh masuk got.

Mungkin dari bertanya ke bintang,Thales menemukan bahwa kematian bukanlah sebuah akhir tetapi sebuah transformasi, dan bahwa air adalah asal dan makna segala kehidupan. Bukan dewa-dewa. Gempa bumi terjadi karena laut bergerak dan mengganggu daratan, bukan karena kemarahan Poseidon.

Mata dapat melihat bukan karena anugerah ilahi, tetapi karena ia merefleksikan realitas sebagaimana sungai merefleksikan semak belukar di tepiannya. Dan gerhana terjadi bukan karena matahari menyembunyikan diri dari murka Olympus, tetapi karena bulan menutupi matahari.

Thales, yang sudah mulai belajar berpikir ketika di Mesir, dengan tepat meramalkan gerhana, menentukan dengan tepat jarak kapal yang sedang datang dari laut lepas, dan menentukan dengan tepat tinggi piramid Keops dengan mengukur bayangannya. Satu dari empat teori terkenal dikaitkan dengannya, termasuk empat lainnya, bahkan ia dianggap penemu listrik.

Tetapi nampaknya prestasi terhebatnya justru tentang sesuatu yang sama sekali lain: ia hidup tak bertuhan, tanpa pelipuran agama, tanpa pernah mau kompromi tentangnya.

Mirrors
Eduardo Galeano

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article