Jumat, Oktober 11, 2024

Homer

Must read

Tiada apapun, takpun orang. Bahkan bayangan pun. Tak sesuatu pun kecuali bebatuan bisu, dan satu atau dua ekor domba yang mencari rumput di tengah reruntuhan .Tetapi penyair buta itu melihat kota besar yang telah punah itu. Ia melihatnya dikelilingi tembok, tinggi di atas bukit menghadap teluk. Dan ia mendengar pekik dan gemuruh perang yang meluluh-lantakkannya.

Dan ia bernyanyi untuknya. Itulah penemuan kedua Troya, terlahir baru lewat ungkapan kata-kata Homer, empat setengah abad setelah kota itu dihancurkan. Dan Perang Troya, yang seolah tertakdir dilupakan, menjadi perang yang paling terkenal dari antara semua perang.

Para ahli sejarah menyebutnya perang dagang. Bangsa Troya menguasai jalan ke Laut Hitam dan menetapkan pajak masuk sangat tinggi. Bangsa Yunani melibas Troya untuk membuka jalur ke wilayah Asia lewat Dardanela. Tetapi bukankah semua atau hampir semua perang adalah perang dagang. Mengapa perang yang satu ini, yang tak beda dengan lainnya, begitu penting untuk diingat? Bebatuan Troya telah hancur menjadi pasir sebagaimana ketentuan alam ketika Homer melihat dan mendengar mereka berbicara.

Apakah nyanyiannya datang dari imajinasinya?

Apakah skuadron seribu duaratus kapal yang meluncur merebut kembali Helen, ratu yang lahir dari sebutir telur angsa, hanya fantasi belaka?

Apakah bagian tentang Achilles menyeret Hector yang kalah dan tewas, di belakang kereta yang beberapa kali mengitari tembok kota yang terkepung itu, hanya karangan Homer saja?

Dan cerita tentang Aphrodite yang membungkus Paris dalam kabut ketika dilihatnya ia mulai kalah, apakah itu hanya igauan saat mabuk?

Dan Appolo yang memandu anak panah ke tungkai Achilles?

Odysseus, alias Ulysses kah, yang membuat kuda kayu yang berhasil mengecoh orang-orang Troya?

Apakah betul Agamemnon, sang pemenang yang kembali pulang dari perang sepuluh tahun, mati dibunuh istrinya di bak mandi?

Perempuan-perempuan dan laki-laki itu, dan dewi-dewi dan dewa-dewa itu, yang tidak beda dengan kita, iri hati, pendendam, pengkhianat, sungguh pernah adakah mereka?

Entahlah.

Yang pasti mereka semua memang ada.

Mirrors
Eduardo Galeano

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article