Jumat, Oktober 11, 2024

Pemogokan merapatkan paha

Must read

Saat Perang Peloponnesia sedang berlangsung, para perempuan Athena, Sparta, Corinthia, dan Boeotia melakukan mogok.

Itu adalah pemogokan dengan cara merapatkan paha yang pertama dalam sejarah dunia. Pemogokan itu terjadi di panggung, lahir dari imajinasi Aristophanes, dan lewat comelan mulut Lysistrata, seorang matron dari Athena:

“Aku tak akan mengangkang dengan kaki menghadap ke langit, tidak akan juga nungging dengan pantat terangkat ke atas!”

Pemogokan berlangsung tanpa kompromi, sampai para serdadu yang dipaksa puasa bercinta menyerah. Lelah karena harus bertempur tanpa ada hiburan dan kaget atas pemberontakan para perempuan, mereka tidak punya pilihan kecuali mengucapkan selamat tinggal kepada medan pertempuran.

Demikian kurang lebih yang diceritakan Aristophanes, seorang konservatif penulis naskah sandiwara yang membela tradisi seolah ia mempercayainya, padahal di dalam hatinya tak ada sesuatu pun yang sakral kecuali hak untuk tertawa.

Dan perdamaian pun berlangsung, di panggung.

Tidak di kenyataan.

Bangsa Yunani telah berperang selama duapuluh tahun ketika sandiwara ini dipertunjukkan, dan pembantaian berlangsung sampai tujuh tahun setelahnya.

Perempuan tetap tidak punya hak mogok, tidak punya hak mengemukakan pendapat, tidak punya hak apapun, kecuali melaksanakan kewajiban sesuai jenis kelaminnya. Memainkan lakon sandiwara bukan salah satunya.

Perempuan boleh menonton pertunjukan sandiwara di kursi terjelek, tetapi tidak untuk bermain di panggung. Tidak ada pemain perempuan. Pada pertunjukan karya Aristophanes, Lysistrata dan beberapa protagonis lainnya dimainkan oleh lelaki yang memakai topeng.

Mirrors

Eduardo Galeano

Artikulli paraprak
Artikulli tjetër
- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article