Minggu, Oktober 13, 2024

Penanganan pasca banjir di Bolaang Mongondow

Must read

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus melanjutkan penanganan pascabencana banjir dan longsor di Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur wilayah Bolaang Mongondow sejak pertengahan Juli 2020 menyebabkan beberapa oprit jembatan tergerus air area permukiman warga tergenang.

Puncaknya hujan lebat pada 30 Juli 2020 menyebabkan longsor di sejumlah titik jalan nasional dan 6 jembatan rusak dan hanyut yakni Jembatan Pakuku, Kosio, Sinandaka, Sinandaka II, Salongo I, dan Salongo III.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan agar seluruh Balai Kementerian PUPR di daerah-daerah selalu siap siaga terhadap bencana alam yang bisa terjadi sewaktu-waktu. “Terlebih saat Pandemi Covid-19, kondisi jalan dan jembatan harus terus kita jaga agar jalur logistik tidak terputus,” kata Menteri Basuki.

Penanganan darurat telah dilakukan Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) XV Manado Ditjen Bina Marga, Kementerian PUPR dengan mengerahkan alat berat seperti exavator, buldozer, dump truck untuk membersihkan material longsoran yang menutup badan jalan sehingga akses jalan yang menguhubungkan antar wilayah dapat terbuka.

Terdapat 38 titik longsor pada badan jalan dan lereng jalan yang tersebar di lima ruas jalan nasional, yakni Doloduo – Molibagu, Molibagu – Mamalia, Matali – Torosik, Onggunoi – Pinolosian, dan Naha – Tahuna.

Saat ini juga telah dilakukan penanganan darurat untuk 6 jembatan yakni : Jembatan Pakuku yang hanyut terbawa arus dengan membangun jalan dengan pengurugan dan pemadatan jalan di titik bekas jembatan. Pembukaan akses jalan baru ini untuk menghubungkan antar wilayah dan desa di Kabupaten Bolaang Mongondow yang sempat terisolasi.

Selanjutnya Jembatan Kosio yang putus diterjang arus Sungai Ongkak telah dilakukan penyambungan jembatan bailey dengan rangka besi dan papan lantai. Saat ini Jembatan Kosio sudah dapat dilalui kendaraan roada empat dengan batas maksimal 6 ton.

Selanjutnya untuk Jembatan Sinandaka dan Sinandaka II telah selesai dibangun jembatan darurat dengan rangka besi di sebelah jembatan rusak. Fondasi Jembatan Sinandaka terkikis sehingga konstruksinya miring. Kegiatan pembangunan jembatan darurat bertujuan untuk mengembalikan fungsi jalan dan jembatan guna memperlancar transportasi darat bagi masyarakat dan distribusi logistik khususnya dari dan ke wilayah Molibagu-Mamalia.

Penangan darurat Jembatan Salongo I dan Salongo III yang oprit tergerus air telah dilakukan dengan pemasangan rambu-rambu peringatan (police line), kemudian pemasangan bronjong pada area pasangan batu oprit yang tergerus, dan melakukan penimbunan pada badan jalan yang amblas.

Dampak dari kerusakan atau gerusan pada pasangan batu oprit jembatan tersebut adalah terjadinya amblesan pada badan jalan, sehingga memutus arus lalu lintas dari Desa Salongo dengan Desa Soguo.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article