Upaya pemerintah memberikan relaksasi bagi dunia properti mulai memperlihatkan hasil. Setelah selama beberapa bulan mengalami tekanan berat, bisnis properti residensial terlihat mulai menggeliat.
“Memang dengan adanya relaksasi dan new normal, mulai ada peningkatan pertumbuhan. Jadi kalau sebelumnya yang laku hanya rumah sederhana, sekarang mulai ada peningkatan pada segmen dengan nilai di bawah Rp1,5 miliar,” demikian penjelasan Paulus Totok Lusida, Ketua Umum DPP Real Estate Indonesia (REI) periode 2019-2022.
Sebagaimana diketahui, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menerapkan kebijakan pemberian stimulus bagi perekonomian dengan menerbitkan POJK No.11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease (Covid) 2019.
Stimulus yang berlaku sejak 13 Maret 2020 sampai dengan 31 Maret 2021 itu ditujukan untuk debitur khususnya UMKM dan sektor yang paling rentan terkena dampak seperti industri pariwisata, transportasi, perhotelan, perdagangan, pengolahan, maupun pertanian.
Paulus mengakui, masa PSBB selama 4 bulan kemarin merupakan pukulan yang sangat berat bagi para pelaku industri properti. Penjualan bisa dikatakan tidak menghasilkan pendapatan, sementara mereka tetap harus menanggung beban dari sisi pengeluaran.
“Seperti biaya langganan listrik, cicilan bunga dan pokok ke perbankan, termasuk biaya operasional karyawan karena pemerintah melarang pemutusan hubungan kerja (PHK). Tidak ada yang free,” paparnya.
Karena kondisi tersebut, pihak REI tetap minta tambahan relaksasi untuk sektor properti. Sampai saat ini, lanjut Paulus, REI terus berusaha melobi pemerintah untuk kembali memberikan relaksasi pajak. Antara lain dalam bentuk penghapusan PPh21, pengurangan PPh Badan, Penurunan PPh final sewa dari 10% menjadi 5%, sampai penurunan PPh final transaksi dari 2,5% menjadi 1% berdasarkan nilai actual transaksi dan bukan berdasarkan NJOP (nilai jual Obyek Pajak).
Dalam penjelasannya di hadapan awak media beberapa pekan silam, Paulus menjelaskan bahwa selama masa pandemi ini, performa sektor properti di segmen bisnis mal turun 85%, hotel anjlok 95%, perkantoran berkurang 74,6%, dan perumahan komersil ada penurunan sekitar 50-80%. “Khusus rumah masih tertolong karena masih ada yang subsidi pemerintah,” tambahnya.
Menurut Paulus, mau tidak mau pelaku industri properti harus siap melakukan perubahan sistem, strategi dan konsep hunian untuk menyesuaikan dengan habit konsumen dan kebutuhan baru konsumen di masa new normal. Dari sisi pemasaran, misalnya, mereka harus mampu menyinergikan antara strategi virtual dengan non virtual. Dalam hal ini, REI sendiri sudah berencana membuat sebuah pameran khusus yang melibatkan anggota-anggotanya yang terseleksi Oktober mendatang.
New Normal, Yiho Tawarkan Konsep Hunian Sehat seperti di Singapura
Selain perubahan dalam hal strategi pemasaran, penyesuaian lain yang harus diperhatikan oleh para pelaku industri properti di masa new normal adalah kebutuhan konsumen terhadap hunian sehat. Terkait kebutuhan itu, PT Yiho Jakarta Real Estate Development salah satu pengembang afiliasi global yang telah berpengalaman 20 tahun menawarkan sesuatu yang berbeda bagi konsumennya.
Berkolaborasi dengan Aesler Group – salah satu firma arsitektur yang sudah mendunia dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia, PT Yiho Jakarta Real Estate Development tengah membangun kawasan Sentosa Park dengan mengadopsi konsep hunian di Singapura yang tertib, aman, bersih, dan sehat serta memiliki fasilitas lengkap.
Berbagai fasilitas modern dengan paduan konsep rumah resort di Sentosa Cove Singapura, Sentosa Park direncanakan akan berkembang menjadi kompleks hunian yang harmonis dan penuh ketenangan.
Tak sekadar nyaman, Sentosa Park juga dirancang sebagai hunian yang adaptif dalam berbagai keadaan. Bangunan dalam kompleks ini didesain dengan mindset “antisipasi” terhadap kejadian tidak terduga di masa depan, melalui berbagai fitur yang ditujukan sebagai upaya untuk meminimalisasi stres.
Selain karena lokasinya yang terletak di boulevard utama dari Tangerang New City, konsep ini juga memberikan kepastian investasi bagi calon investor maupun end user hunian karena mampu menjaga “value” property tersebut jauh ke depan. Ia menjadi produk yang tahan banting terhadap berbagai risiko tak terduga. Richard Oh, CEO PT Yiho Jakarta Real Estate Development mengungkapkan bahwa Sentosa Park bukanlah rumah biasa.
“Karena kami care about the people, Aesler dan PT Yiho Jakarta Real Estate Development memiliki kesamaan komitmen untuk memberikan suasana hunian yang membuat orang lebih inspiratif dan kreatif. Kami tidak ingin anak-anak tumbuh di dalam sebuah bangunan kosong,” ujarnya.
Lebih jauh Richard menjelaskan beberapa poin penerapan konsep hunian yang diterapkan dalam Sentosa Park seperti desain masterplan yang mengutamakan “Diverse Lifestyle” dengan fitur unggulan “Double Volume Ceiling”.
Langit-langit tinggi yang dipadukan dengan jendela-jendela kaca yang terang, akan meningkatkan kualitas sirkulasi udara di dalam ruangan, serta mengurangi berkembangnya virus/bakteri dan meningkatkan imunitas tubuh dengan sinar matahari yang segar di pagi hari.
Masih dalam kerangka menghadirkan hunian sehat, rumah-rumah di Sentosa Park didesain dengan konsep cross ventilation (ventilasi lintas) dan wind shaft. Ventilasi lintas merupakan system sirkulasi aliran udara lintas yang konstan dari satu jendela ke jendela lain yang berjarak paling jauh dari rumah. Sistem ini tidak hanya menghasilkan aliran udara yang alami, lebih dari itu juga bisa bertindak sebagai pendingin alami yang bisa meminimalisir penggunaan AC di dalam rumah.
Sementara dalam konsep wind shaft, diciptakan pertukaran udara dan panas dari bawah ke lantai atas. Bangunan di Sentosa Park dilengkapi dengan tangga bercelah vertical, yang sekaligus berfungsi seperti terowongan angin. Terowongan tangga ini akan menciptakan sirkulasi aliran udara di rumah sehingga terus menerus terisi oksigen sehat.
Bersama Aesler, PT Yiho Jakarta Real Estate Development mewujudkan konsep outdoor to indoor, yaitu menghadirkan kesan outdoor dalam konsep ruang hunian. Lay out yang dinamis dan adaptif untuk mengakomodasi aktivitas belajar/bekerja bahkan hobi atas gaya hidup baru “work from home” yang timbul di masa pandemi ini. Ruang tamu dan dapur yang kolaboratif tanpa pemisah dinding sebagai “the heart of home, a place to bond together” sehingga penghuni rumah mudah berinteraksi.
Sentosa Park juga menghadirkan sebuah taman yang sangat luas bagi seluruh penghuni yang dilengkapi berbagai fasilitas baik bagi anak-anak hingga manula.
Gaya hidup baru juga diciptakan melalui kelengkapan fasilitas kompleks yang memungkinkan para penghuni tidak lagi harus keluar kawasan hunian untuk memenuhi kebutuhan hidup, bekerja dan rekreasi. Berbagai fasilitas fasiltias yang mendukung aneka aktivitas atau lifestyle membuat kompleks itu lebih mandiri.
“Kami mengharapkan penerapan konsep ini dapat menjawab kebutuhan konsumen yang harus beradaptasi dalam kebiasaan “new normal” seperti sekarang ini dan menjadi trend baru konsep hunian di Indonesia,” ujar Richard.
Dengan harga yang sangat terjangkau, menurut Richard, Sentosa Park adalah pilihan yang sangat masuk akal untuk mendapatkan produk hunian berkualitas di masa new normal ini. Mengutip pernyataan Ketua DPP REI Paulus Totok Lusida, sesungguhnya di waktu stagnan seperti sekarang, adalah saat yang tepat untuk melakukan pembelian produk properti.