Minggu, November 17, 2024

Bali under control, siap rebranding

Must read

Oleh Jeffrey Wibisono V., praktisi pariwisata

Insan pariwisata di Bali sedang ngotot berupaya untuk mengembalikan ekonomi bisnis dan rumah tangga mereka bergulir nyata dan produktif. Tonggak yang ditancapkan oleh Pemerintah Provinsi Bali ternyata harus tetap ditempatnya sampai waktu yang belum ditentukan. Dengan menggunakan kalimat “sampai kondisi pandemi di Bali, nasional dan internasional kondusif”, demikian Gubernur Bali Wayan Koster menyampaikan keputusannya dalam keterangan pers pada hari Rabu (26/8) bertempat di Gedung Gajah, Jayasabha, Denpasar, yang dilansir kantor berita Antara.

Di atas permakluman tingkat provinsi ini, sebagai penghadang yang kuat adalah masih tetap diberlakukannya Permenkumham Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Pelarangan Sementara Orang Asing Masuk Wilayah Republik Indonesia.

Jadwal semula untuk membuka Bali bagi international visitors yang telah beredar luas adalah hari baik sesuai kalender Bali yaitu pada Kajeng Keliwon sekaligus hari Sugihan Bali atau 11 September 2020 pada kalender Masehi. 

Saya, sebagai praktisi pariwisata, memperhitungkan membuka Bali dengan status Covid-19 under-control (terkendali) dan masuk ke program recovery adalah proses marketing rebranding suatu destinasi.

Keputusan ini sangat strategis dan “merupakan proses jangka panjang” untuk memulai rebranding, segmenting & targeting, selling, serta positioning. Sehingga menurut saya, “lebih cepat pintunya dibuka akan lebih baik” untuk menentukan action plan.

Mengapa?

Terbukti dan sudah menjadi fakta, dengan dibukanya Bali untuk pengunjung domestik, hasilnya masih jauh dari harapan dan belum membuat pulau tujuan wisata nomer satu ini hidup kembali secara bisnis.

Secara teori, bisa saya jabarkan bahwa aktivitas rebranding pemasaran destinasi wisata diawali dengan memilih target pasar.

Pasar di sini adalah negara-negara yang sudah masuk dalam status persiapan mengijinkan warga negaranya untuk melakukan perjalanan keluar negeri. Sembari memonitor keputusan Kementerian Luar Negeri dalam hal pemberlakuan visa masuk dan tata caranya selama beradaptasi dengan Covid-19.

Deal-deal strategis negara di dalam pemerintahan, seperti biasa, beyond our knowledge dan bisa berubah setiap saat. Maka tugas kita adalah selalu “siap berjaga”.

Namun, kepastian pintu masuk harus kita buka terlebih dahulu sembari mengerjakan PR segmenting dan targeting pangsa pasarSehingga kita tidak bakal gelagapan ketika tamu-tamu hadir kapanpun.

Aktivitas selling guna mendapatkan, menjaga, dan menumbuh-kembangkan target pelanggan sangat memakan waktu, energi. Di sini termasuk juga dana sebagai bagian dari positioning dan.membangun trust (kepercayaan).

Sebagai acuan, secara digital untuk SEO google saja, perlu waktu 3 – 6 bulan untuk produk yang diluncurkan, mulai dikenal publik.

Yakinkah kita saat ini, sudah siap dan terarah menciptakan, menyampaikan, mengkomunikasikan penawaran Bali sebagai destinasi dengan jaminan konsistensi implementasi protokol cleanliness, health, safety and environment (CHSE) serta fungsi kontrolnya?

Mengulas tentang Strategic Destination Marketing, secara teori, banyak sekali pendekatannya. Tetapi saya sebagai praktisi sudah pasti bukanlah ahlinya. Secara praktis saya dapat menyampaikan yang taktis saja mengenai rebranding marketing suatu produk sesuai pengalaman saya.

Kita perlu melakukan pendekatan pada proses adaptasi terhadap perilaku pasar dalam masa pandemi Covid-19 sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki Bali sebagai destinasi pariwisata unggulan. Pada dasarnya strategi pemasaran destinasi harus mengacu pada bottom lines pembangunan destinasi yaitu sustainable tourism development.

Bali sudah memilikinya. Tetapi untuk rebranding adaptasi hidup berdampingan dengan Covid-19 kali ini, Bali dengan bisnis pariwisatanya harus melaksanakan beberapa pendekatan. Kita perlu menekankan penyelarasan antara peluang pasar terhadap Bali yang memiliki daya tarik (market attractiveness) dengan kemampuan ekosistem sumber dayanya (resource capabilities)

Yang saya pikirkan kali ini adalah kita harus berpacu dengan waktu untuk mengatasi krisis ekonomi, sekaligus berupaya secara strategis membangun kembali perekonomian seluruh masyarakat.

Perlu waktu cukup lama untuk bangkit dari keterpurukan yang telah membuat banyak dari kita, terengah-engah bahkan diambang keputus-asa-an. Maka, mari kita sedini mungkin mematangkan proses manajemen strategis rebranding destinasi bagi Bali.

Apakah kita sudah siap dengan pendekatan integrated driven atau pendekatan yang mempertimbangkan sisi pasar dan sumberdaya secara seimbang (balance)?

Yes, di sini Bali sebagai tuan rumah bagi semua visitors domestic dan international termasuk mempertimbangkan kelayakan safety dan comfort dalam hal fasilitas kesehatan, keamanan, ekonomi, sosial, serta kelestarian lingkungan alam. 

Singkat kata, kita harus segera berproses melakukan berbagai pendekatan dengan mempelajari sampai mengimplementasikan  adaptasi terhadap perilaku pasar sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki oleh Bali sebagai destinasi. 

Perlu waktu berapa lama dimulai dari appraisal sampai implementasi untuk membangkitkan Bali For The World?

Bali, 06 September 2020

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article