Minggu, Oktober 13, 2024

Omnibus law dan intelegensia masyarakat (2)

Must read

Oleh Pitoyo Hartono

Tulisan saya kemarin, mendapat banyak tanggapan. Ada yang setuju dan banyak juga yang tidak. Ada yg menganggap alur pikir saya rasional, ada yang menganggap saya memamerkan kesombongan. Ya nggak apa, perbedaan pendapat itu biasa, selama tidak ditindaklanjuti dengan lemparan batu dan membakar milik umum atau milik orang lain.

Banyak juga yang salah baca. Saya tidak pernah membahas tentang omnibus law, karena seperti yang saya katakan di awal tulisan, saya tidak mengerti tentang hal itu. Saya tidak pernah mengatakan saya setuju atau tidak setuju tentang omnibus law ini. Saya tidak bisa membahas tentang sesuatu yang saya tidak mengerti. Dan guru besar atau bukan, saya tidak mungkin bisa mengerti tentang segala masalah. Di dunia ini lebih banyak saya tidak mengerti daripada yang saya mengerti. 

Dianggap bodoh? Ya, bodoh amat, toh orang-orang itu tidak menggaji saya, dan saya tidak hidup dari APBN.

Yang saya bahas di tulisan saya sebelumnya, adalah kegagalan kita sebagai bangsa untuk naik kelas. Kegagalan sistem pendidikan kita, yang belum bisa merasionalkan banyak orang melalui pendidikan wajib. Ini juga kritik untuk diri saya sendiri sebagai pendidik yang belum bisa berkontribusi pada kewarasan bangsa saya sendiri. Ini juga kritik pada pemerintah sekarang, yang setelah satu periode, tidak menampakkan keberhasilan revolusi mental. Ini PR besar bangsa.

Tentang rendahnya kualitas perkerja. Saya baru membaca, ada buruh pabrik es krim yg berdemo utk menuntut gaji Rp11 juta per bulan. Fair enough, semua orang boleh memberi harga pada jerih payahnya. Tapi sebagai latihan logika, saya akan sedikit menunjukkan apa alternatif pengusaha pabrik es krim ini selain memenuhi tuntutan pekerjanya, memindahkan pabriknya ke tempat lain lalu mengalami hal yang sama beberapa tahun berikut, atau menutup usahanya. 

Saya bisa mengajukan penawaran pada pemilik pabrik ini. Saya akan bekerja di pabrik ini, saya meminta gaja Rp200 juta per bulan. Mereka bisa membayar gaji saya, dengan memecat 20 orang buruh. Saya akan menggunakan pengetahuan saya tentang AI utk mengoptimalkan operasi pabrik itu yang saya yakin akan membawa keuntungan lebih banyak dari tenaga 20 orang pekerja pabrik.

Setelah itu saya akan membangun robotics system dengan AI itu selama 2 tahun. Selama 2 tahun ini saya akan melatih 5-10 orang utk mengoperasikan sistem ini dengan profesional dan pantas utk digaji Rp30 juta per bulan. Setelah jadi, sistem ini akan bisa mengganti 200 orang pekerja. Saya akan bekerja 1 tahun lagi di pabrik itu untuk mengoptimalkan sistem ini. Setelah itu saya akan pindah ke pabrik lain, dan meminta gaji Rp300 juta sebulan, karena saya sudah punya pengalaman dan tahu tentang seluk beluk produksi es krim.

Ini yang akan terjadi, kalau mutu tenaga kerja di Indonesia masih seperti sekarang. Kita akan punya tenaga kerja yang melimpah jumlahnya, tapi tidak lagi relevan. Teknologi membutuhkan skill yang harus dibina dalam waktu yang tidak singkat. 

Di era 4-5 tahun ke depan, ceritanya akan lain dari 10 tahun yg lalu. Waktu itu orang yang di-PHK di suatu pabrik dapat menjadi kasir di toko. Dalam waktu dekat pekerjaan-pekerjaan seperti ini akan hilang dan tergantikan oleh AI dan robot. Akan muncul banyak pekerjaan baru, tapi membutuhkan skill yang tinggi. 

Tidak semua orang bisa “masuk” dalam pekerjaan-pekerjaan baru tersebut. Kalau ini dibiarkan, kita cuma jadi bangsa penonton. Bangsa lain tidak perlu untuk mengeksploitasi kita sekalipun, karena relevan pun kita tidak.

Sekarang cerita di atas mungkin masih dianggap sebagai cerita di awang-awang”. Tapi betulkah begitu? Adakah yg berani menjamin bahwa saya tidak bisa melakukan seperti yang saya tulis di atas? Dan tentunya bukan saya saja yang bisa. Akan muncul penawaran-penawaran seperti ini dari yang lain.

Akhir tulisan saya sama seperti sebelumnya. Revolusi mental dan pendidikan sudah mendesak!

Sumber: FB Pitoyo Hartono

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article