Pekerjaan yang membuat Gabriel Montadaro melanglang buana. Sejak Januari 2009, pria kelahiran Jakarta 24 September 1973 ini berkarier di Bangkok, menjabat sebagai Direktur Penjualan Consumer Channel Philips Lighting Thailand. (Burhan Abe)
Gabriel bekerja di manca negara, bukan lantaran gaji yang baik dan karier yang bagus, tapi negara tempat ia singgah menawarkan banyak “keajaiban” – alam yang indah dan keunikan budaya, serta memberikan pengalaman baru. Dari sisi profesionalitas bekerja di luar negeri juga banyak tantangannya.
“Memang, bekerja dengan orang asing maupun dengan sesama orang Indonesia ada sisi enak dan tidak enaknya. Tapi ini justru menjadi tantangan, karena kita senantiasa dituntut untuk kelihatan lebih pintar dan hands on supaya bisa mendapatkan respek dari kolega negara tersebut,” ujarnya.
Thailand bukan negara manca pertama yang dipijaknya. Jauh sebelumnya, tepatnya tahun 2003 Gabriel, ketika bekerja untuk Grup Wings, pernah tinggal di Ho Chi Minh City, Vietnam sebagai regional country manager Indochina kelompok usaha asal Surabaya ini.
Tahun 2007, lulusan Sarjana Ilmu Administrasi Bisnis Jurusan Pemasaran dari Philippines School of Business Administration ini bekerja untuk Philips Lighting dan pernah menjadi Manajer Consumer Channel Philips ASEAN & Filipina, sebelum akhirnya “terdampar” di Bangkok.
Bisa ceritakan sehingga Anda sampai ‘terdampar’ di Thailand? Semua ini benar-benar karena pekerjaan yang mengharuskan atau ada alasan pribadi – ada keluarga di Bangkok, misalnya?
Sejak pertama kali meniti karier, 16 tahun lalu, saya sudah bertekad untuk mencari pekerjaan yang bisa memberikan kesempatan kepada saya untuk melanglang buana ke negara lain. Karier pertama saya dimulai di PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia, salah satu anak perusahaan dari Grup Sinar Mas tahun 1993. Pekerjaan pertama saya adalah sebagai export supervisor dengan tugas membuka jalur distribusi di beberapa negara ASEAN.
Tahun 2003 saya mendapat kepercayaan dari Grup Wings untuk membuka pasar Indochina berkedudukan di Ho Chi Minh City, Vietnam sebagai regional country manager Indochina.
Pertengahan 2007 saya join Philips Lighting sebagai consumer channel development manager membawahi enam negara ASEAN, di mana saya juga berkesempatan bertugas di Filipina sebelum dikirim ke Thailand sebagai sales director awal 2009.
Apa yang Anda kerjakan saat ini di perusahaan Anda bekerja? Apa tugas dan tanggung jawabnya?
Di Thailand, saya membawahi consumer channel untuk produk lighting. Consumer channel dibagi menjadi dua yaitu trade retail channel yang mencakup toko listrik, dan modern channel yang meliputi hypermarket, supermarket, cash & carry, department store, dan lain-lain.
Tugas dan tanggung jawab saya selain bertanggung jawab untuk pencapaian target penjualan dan cost control, juga aspek operasional mulai dari recruitment, training, managing distributors dan sales team, coaching, hingga pembuatan tactical trade marketing program.
Apa yang membuat Anda menyukai tinggal di Bangkok? Gaji, pekerjaan yang mengasyikkan, pergaulan, atau ada yang lain?
Kalau ada survei negara mana yang paling enak untuk tinggal, saya yakin Thailand akan masuk top 5 best country to work and live. Penduduknya yang ramah, kekayaan budaya, keanekaragaman objek wisata, surga kuliner, belanja apapun ada. Ini yang menjadikan Thailand sebagai negara paling enak dan seru sebagai tempat tinggal dan bekerja.
Enak mana bekerja di lingkungan orang asing dengan orang Indonesia di negeri sendiri?
Bekerja dengan orang asing maupun dengan sesama orang Indonesia pasti ada sisi enak dan tidak enaknya. Bekerja dengan orang asing justru menjadi tantangan karena kita senantiasa dituntut untuk kelihatan lebih pintar dan hands on supaya bisa mendapatkan respek dari kolega negara tersebut.
Bagaimana cara Anda menikmati hidup di negeri orang? Wilayah mana saja di Thailand yang sudah Anda kunjungi? Berhubungan dengan tugas kantor atau personal? Bagaimana pendapat Anda tentang daerah-daerah tersebut itu? Bisa ceritakan kegiatan sehari-hari di luar urusan pekerjaan? Hang out, party, atau menjalankan hobi yang lain? Ada klub-klub yang menjadi favorit di sana?
Tinggal di negara lain tentunya menawarkan banyak hal hal baru yang bisa dilakukan. Untuk saya pribadi, saya suka melakukan traveling ke berbagai tempat, baik mengunjungi objek wisata maupun perjalanan luar kota menikmati pemandangan alam. Beruntung Thailand mempunyai banyak aneka ragam tempat yang bisa dikunjungi.
Untuk tempat menghilangkan stres, saya suka main ke alam pegunungan, salah satu kota favorit saya adalah Pai, kota kecil di utara Thailand yang sejuk dengan suasana pedesaan, kalau mau mencari suasana perkotaan namun udaranya sejuk, saya biasanya lari ke Chiang Mai yang juga terletak di utara Thailand.
Sesekali kalau sudah bosan pegunungan, maka tempat seru yang harus disambangi adalah berleha-leha melihat pantai atau menginap di pulau dan Thailand jelas salah satu surganya. Pantai-pantai dan pulau-pulau indah tersebar terutama di selatan Thailand mulai dari Pantai Phuket yang terkenal, Pulau Koh Phi Phi yang menjadi tempat shooting film The Beach dengan bintang Leonardo De Caprio, Koh Tapu pulau kecil yang mendadak ngetop sejak menjadi lokasi shooting film James Bond “The Man with Golden Gun” tahun 1974. Pendeknya, ada puluhan pantai indah di Thailand.
Sebagai pecinta sejarah, saya juga hobi menyambangi tempat tempat bersejarah dan untungnya Thailand menawarkan aneka situs eksotik yang penuh sejarah, seperti Ayutthaya merupakan ibukota Thailand di abad ke 13 yang juga salah satu pusat perdagangan Asia saat itu maupun Sukhothai yang merupakan kerajaan Thailand seribu tahun yang lalu.
Di luar tempat wisata pegunungan maupun pantai, ada satu tempat yang juga saya suka adalah kota Khon Kaen yang bisa di tempuh enam jam dengan mobil atau satu jam lewat udara. Selain culinary experience, Khon Kaen juga merupakan pusat situs purbakala. Untuk yang hobi Palaentologi seperti saya, bisa berkunjung ke kota ini untuk melihat situs-situs penggalian dinosaurus maupun berkunjung ke museum purbakala di kota ini.
Kalau malas ke luar kota, kota Bangkok dan sekitarnya juga menawarkan ratusan aktivitas seru. Untuk saya pribadi ada banyak kegiatan di luar kantor yang menarik mulai dari jadi pembicara tamu di beberapa seminar maupun kampus, kegiatan fotografi terutama pemandangan alam dan candi-candi eksotik di Bangkok dan sekitarnya. Baru-baru ini saya juga coba bergabung dalam kegiatan kegiatan sosial di Rotary Club Bangkok.
What about night life?
Ini pertanyaan yang paling sering dilontarkan ke saya dan tidak dimungkiri Bangkok menawarkan segala macam club dan pub dari kelas kaki lima dengan harga bir cuma Rp30.000 sampai bar-bar eksklusif, seperti Sirocco ataupun Long Table yang dengan mudah bisa menghabiskan sejuta perak dalam sekejap.
Saya pribadi kalau ada kunjungan teman dari Jakarta, biasanya saya ajak ke Sirocco, open air bar yang terletak di lantai 64 gedung State Tower memang luar biasa memukau, terutama untuk yang baru pertama ke Bangkok. Club unik lainnya adalah Ben Superclub, ini adalah diskotek dengan bentuk gedung dan interiornya seperti model pesawat antariksa.
Untuk sekadar winding up sambil minum wine, pilihan saya jatuh pada Sky Bar di lantai paling atas Centara Hotel, sambil minum wine bisa melihat kota Bangkok dari dengan sudut nyaris 360 derajat. Tempat asyik lainnya adalah Qbar di Sukhumvit soi 11. Ini pub tempat hang out-nya jurnalis dan social media junkie di mana gosip politik hingga gosip artis paling update berseliweran di sini.
Pendapat Anda dengan orang-orang Thailand dibandingkan Indonesia, secara profesional maupun sehari-hari?
Bekerja dan bergaul dengan orang Thai hampir sama dengan orang Indonesia, mungkin yang sedikit berbeda adalah gaya berbicara mereka yang cendrung sangat halus dan “feminin”. Sangat jarang saya temui orang Thai yang pemarah ataupun berbicara dengan suara lantang.
Secara umum orang Thai juga tidak ngoyo dalam menjalani hidup, bekerja keras namun tetap bisa menikmati hidup.
Perilaku orang Thai secara umum memang banyak dipengaruhi ajaran Buddha yang merupakan agama mayoritas di Thailand. Walaupun agama Buddha dipeluk oleh lebih dari 85% Thai, namun toleransi agama berjalan baik, termasuk perlakukan Thai kepada masyarakat muslim yang banyak berdomisili di selatan Thailand.
Banyaknya aksi teror seperti yang dimuat di media tidak menggambarkan situasi sebenarnya.
Pendapat Anda tentang gadis-gadis Thailand? Bisa dibandingkan dengan wanita Indonesia?
Gadis-gadis Thai terkenal berparas rupawan dan bertutur kata luar biasa halus, tidak salah kalau Thailand juga dikenal sebagai Land of Smile di mana penduduk, terutama gadis-gadisnya terkenal ramah dan suka tersenyum bahkan kepada orang asing sekalipun.
Kelak Anda berencana ‘pulang kampung’ ataukah justru merambah negara-negara lain, mengingat Anda bekerja di perusahaan global?
Sejauh jauhnya burung terbang, suatu hari akan pulang juga, itu pepatah yang pas untuk menggambarkan sikap saya maupun banyak teman profesional Indonesia yang bekerja di luar negeri. Bagaimanapun juga Indonesia adalah “rumah” di mana suatu saat saya juga berkeinginan untuk berkarya dan memberikan kontribusi untuk pembangunan Indonesia.
Sumber: ME Asia No 117, 2011