Di Siracusa, Sicilia, di tahun 300, Santa Lucia menyungkil matanya, atau meminta orang menyungkilnya, demi menolak suami yang kafir. Ia kehilangan mata untuk mendapatkan pintu surga, dan banyak gambar melukiskan santa itu memegang pinggan berisi matanya yang dipersembahkannya kepada Yesus Kristus Tuhan Kita.
Seribu duaratus limapuluh tahun kemudian, di Roma Santo Ignatius Loyola, pendiri Serikat Yesus, menerbitkan latihan rohaninya. Di dalamnya ia menuliskan kesaksian akan ketaatan buta:
“Bapa, ambillah dan terimalah kebebasanku, ingatanku, pemahamanku, dan kehendakku.”
Dan seolah belum cukup:
“Agar tidak ada kesalahan, saya harus selalu percaya bahwa yang saya lihat putih adalah hitam, jika hirarki Gereja menetapkan demikian.”
Eduardo Galeano