Columbus berangkat dari pelabuhan kecil Palos, bukan dari Cadiz seperti rencana, karena kapalnya sesak padat nyaris meledak. Beribu-ribu Yahudi diusir dari tanah nenek moyang mereka dan nenek moyang dari nenek moyang mereka.
Pelayaran Columbus terjadi berkat bantuan Ratu Isabella. Pun pula orang-orang Yahudi.
Dan setelah orang-orang Yahudi, giliran orang-orang Muslim.
Sepuluh tahun Isabella memerangi benteng terakhir Islam di Spanyol. Ketika Granada jatuh dan perang sucinya berakhir, ia melakukan segala upaya menyelamatkan jiwa-jiwa terkutuk yang akan abadi disiksa di neraka. Rasa kasih sayangnya yang sangat dalam membuatnya menawarkan pengampunan dan perpindahan iman.
Mereka menjawab dengan tongkat dan batu. Sampai di situ ia tak punya pilihan: Ia memerintahkan kitab suci Muhammad dibakar di alun-alun kota yang kalah itu, dan ia mengusir orang-orang kafir yang bertahan dengan agama palsu mereka dan tetap berbicara dalam bahasa Arab.
Dekrit pengusiran yang ditandatangani raja yang lain menuntaskan pembersihan itu. Spanyol mengusir untuk selama-lamanya anak-anaknya yang berdarah kotor, Yahudi dan Muslim, dan mengosongkan diri dari pengrajin terhebat, seniman, ilmuwan, petani tercanggihnya, dan bankir dan pedagang paling berpengalamannya.
Sebagai gantinya, Spanyol memperanak-pinakkan pengemis dan serdadu, bangsawan parasit, pendeta fanatik, semua yang berdarah Kristen murni.
Isabella, lahir pada Kamis Suci dan pemuja Perawan Kesedihan, membentuk Inkuisisi Spanyol dan menunjuk Torquemada, Inkuisitor Agung, sebagai penerima pengakuan dosanya.
Surat wasiatnya, penuh dengan gairah mistik, menekankan dipertahankannya kemurnian ras dan kemurnian iman. Kepada para Raja yang akan datang ia memohon dan memerintahkan, “Jangan pernah berhenti berjuang demi keimanan melawan para kafir dan selalu utamakan semua yang terkait Inkuisisi Suci.”
Eduardo Galeano