Kota raya Tenochtitlán lahir dari air dan dibangun dari air.
Tanggul, jembatan, selokan, kanal: di sepanjang jalan air, dua ribu perahu kano berlayar hilir mudik di antara rumah2 dan alun-alun, kuil, istana, pasar, taman apung, ladang-ladang penuh tanaman.
Penaklukan Meksiko dimulai sebagai perang air, dan pihak yang kalah dalam perang itu kalah segalanya.
Pada 1521, Hernán Cortés mengepung Tenochtitlán, dan pertama yang dilakukannya adalah menghancurkan aqueduct dengan kapak, saluran air dari kayu yang mengalirkan air minum dari Hutan Chapultepec. Bersamaan dengan pembantaian besar-besaran, ketika kota itu jatuh, Cortés memerintahkan kuil-kuil dan istana-istana diruntuhkan dan puingnya dilemparkan ke jalan air.
Spanyol tidak suka air, barang mainan setan, bidaah orang-orang Muslim.
Ditaklukkanya air melahirkan Meksiko City, yang didirikan di atas puing Tenochtitlán. Para insinyur melanjutkan apa yang sudah dimulai tentara penakluk dan, setelah bertahun-tahun, mereka menutup seluruh sistem sirkulasi air dari danau-danau dan sungai-sungai di wilayah itu.
Air membalas dendam, berkali-kali membanjiri kota kolonial itu, yang semakin meyakinkan orang bahwa air adalah sekutu Indian penyembah berhala dan musuh semua orang Kristen yang baik.
Dari satu abad ke berikutnya, dunia kering berperang dengan dunia basah.
Sekarang Meksiko City sekarat kehausan. Dalam upaya mencari air, ia menggali. Semakin dalam galian, semakin ia ambles. Yang tadinya ada air, sekarang debu kering. Yang tadinya sungai, sekarang jalan raya. Yang dulu air mengalir, sekarang lalu lintas kendaraan mengular.
Eduardo Galeano