Tahun 2020, semakin banyak orang yang menyuarakan kepeduliannya terhadap berbagai isu melalui gerakan digital. Hal ini terbukti dengan jumlah pengguna Change.org yang mencapai lebih dari 16 juta pengguna pada akhir tahun 2020, meningkat 3 juta lebih banyak dari tahun 2019.
Dan lebih pentingnya, terdapat lebih dari 1.1 juta suara yang mencapai kemenangan pada tahun 2020 melalui petisi yang mereka mulai dan dukung.
Tahun 2020 gerakan kampanye digital didominasi oleh isu Omnibus Law (lebih dari 2.3 juta suara), pandemi Covid-19 (lebih dari 1.7 juta suara), dan isu lingkungan, utamanya perubahan iklim (lebih dari 730 ribu suara).
Di kuartal pertama dan kedua 2020, isu mengenai pandemi Covid-19 mengemuka dan banyak petisi muncul dengan permintaan yang berbeda-beda. Sementara di kuartal ketiga dan keempat 2020, sebagian besar publik menyoroti isu mengenai demokrasi, kebebasan berpendapat, dan beberapa produk legislasi yang problematik. Petisi-petisi tentang kedua topik besar itu juga kami kumpulkan dalam laman pergerakan tersendiri, sehingga publik bisa mengakses kampanye-kampanye yang hingga sekarang sudah mengumpulkan jutaan suara itu.
Dari kampanye ini, pengambil keputusan yang palig banyak dipetisi di tahun 2020 adalah DPR dengan lebih dari 2.7 juta suara, Presiden Jokowi dengan lebih dari 2.5 juta suara, dan pihak kepolisian dengan lebih dari 300 ribu suara.
Selain itu, di penghujung tahun 2020 Change.org juga memetakan antusiasme dan partisipasi publik secara khusus pada isu perubahan iklim selama lima tahun terakhir. Petisi terkait lingkungan selalu masuk dalam lima topik terpopuler dari tahun 2015 hingga 2020, dengan 1 dari 3 petisi lingkungan adalah petisi terkait perubahan iklim. Dalam laporan yang berjudul “Laporan Tren Kampanye Perubahan Iklim di Indonesia”, kami memetakan tren dan pembelajaran untuk memulai, mengembangkan, dan memenangkan kampanye terkait perubahan iklim di Indonesia.
Partisipasi dan keterlibatan publik tak hanya dalam menyuarakan gerakan perubahan melalui petisi. Change.org juga bekerja sama dengan organisasi masyarakat sipil untuk memetakan pendapat publik melalui survei daring.
Di awal tahun kami melakukan jajak pendapat tentang penanganan Covid-19, di mana 43% responden merasa pemerintah kurang efektif dalam menangani pandemi Covid-19. Selain itu, bersama Yayasan Cerah Indonesia, kami juga melakukan survei mengenai krisis iklim dan ketahanan pangan dimana 89& responden usia muda merasa khawatir dengan dampak krisis iklim, dan 97% responden menilai dampak krisis iklim sama atau lebih parah dibandingan dampak pandemi Covid-19.
Kami juga meluncurkan hasil survei tentang pendapat anak muda mengenai Pemilihan Kepala Daerah dimana 81% responden mengetahui adanya pilkada di daerah mereka, namun 54% responden tidak tahu siapa calon kepala daerahnya, dan 81% responden tidak tahu rekam calon kepala daerahnya. (Change.org)