Antonio José da Silva, kelahiran Brazilia, tinggal di Lisbon. Boneka-bonekanya membawa tawa ke panggung-panggung pertunjukan Portugis.
Selama sembilan tahun ia tak bisa menggunakan jari-jari tangannya yang koyak rusak di ruang penyiksaan Inquisisi Suci. Tetapi tokoh-tokohnya yang diukir dari kayu, Medea, Don Quijote, Proteus, membuat penonton yang memujanya terhibur bergembira.
Semua itu berakhir cepat. Dan berakhir di kayu sula: ia yang Yahudi dan pelawak, dan yang boneka-bonekanya tak bisa menunjukkan hormat kepada Tahta dan Gereja maupun kepada para penyiksa bertudung kepala, yang dipanggung saling kejar dan mempermalukan diri mereka sendiri.
Dari tempat duduk kehormatan, João V, raja Portugal yang dijuluki Sang Murah Hati, menyaksikan upacara pembakaran penganut bidaah di mana boneka raja dibakar.
Maka Antonio pun harus mengucapkan selamat tinggal kepada dunia, sementara persis di hari yang sama di tahun yang sama, 1730, di seberang lautan, Antonio lain mengucapkan salam jumpa.
Antonio Francisco Lisboa terlahir di Ouro Preto. ia akan dinamakan Aleijadinho si pincang. Ia juga akan kehilangan jari2 tangannya, bukan akibat siksaan tetapi akibat kutukan misterius.
Eduardo Galeano
“Mirrors”
Penerjemah: Wardah Hafidz