Tulisan ini terkait prediksi relasi Amerika Serikat dan Israel pasca Joe Biden terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat ke- 46 menggantikan Donald Trump.
Oleh Jannus TH Siahaan
Mengamati suksesi kepemimpinan Israel menarik buat saya mengingat negara tsb menjadi salah satu yang paling menjadi momok dalam dinamika percaturan politik Timur Tengah dan Iran.
Saat ini PM Israel Benjamin Netanyahu yang diterpa kasus hukum di negaranya justru kembali menguat untuk bertahan sebagai pengendali pemerintahan negara bintang Daud tersebut.
Akankah Netanyahu tetap berkuasa?
Berdasarkan beberapa jajak pendapat besar di Israel, Partai Likud partai pendukung Netanyahu masih menjadi yang terdepan dalam perolehan kursi di parlemen Israel (Knesset), dengan sekitar 30 kursi, kemudian Yesh Atid turun dari 20 kursi menjadi 19, Yamina dari 11 menjadi 10 dan Partai Harapan Baru dari 10 ke rekor terendah hanya meraih delapan kursi.
Meski berada di garda terdepan, nampaknya Netanyahu masih berhadapan dengan peta perolehan suara yang belum aman untuk tetap bertahan menjadi Perdana Menteri.
Partai Gideon Sa’ar, yang pada satu titik tertinggal dari Likud dengan hanya lima kursi, sekarang berada dalam ikatan empat arah di tempat keempat, dengan Joint List, Shas dan Yisrael Beytenu.
Jajak pendapat tersebut memperkirakan enam kursi untuk United Torah Yudaism, masing-masing lima kursi untuk Partai Buruh, Partai Zionis Religius, dan Biru Putih, serta empat kursi untuk Meretz dan Ra’am United Arab. Baik blok pro-Netanyahu dan anti-Netanyahu diperkirakan akan memenangkan 49 kursi, yang masih tidak akan cukup untuk membentuk koalisi, bahkan dengan sepuluh kursi Yamina, yang dapat bergabung dengan kedua belah pihak. Satu-satunya cara untuk membentuk koalisi, menurut jajak pendapat, adalah dengan dukungan Ra’am.
Sayangnya, jajak pendapat terakhir yang dilakukan sebelum pemilihan pada hari Selasa minggu lalu, semuanya menunjukkan kebuntuan politik yang berkelanjutan, karena baik blok anti maupun pro-Netanyahu diperkirakan akan menerima 61 kursi untuk membentuk pemerintahan. Namun, Partai Yamina dari Naftali Bennett, yang saat ini tidak terikat pada salah satu blok tersebut, boleh jadi justru akan bergabung dengan koalisi partai-partai anti-Netanyahu.
Terkait dengan bagaimana kemungkinan sikap politik Presiden Joe Biden maka sejauh ini yang nyata hanya Biden tidak sama dengan Obama, namun Biden juga tidak sama dengan Donald Trump yang sangat mendukung Benjamin Netanyahu (Bibi).
Jadi ke depannya, jika Bibi terpilih kembali sebagai Perdana Menteri Israel, maka Bibi akan berurusan dengan Joe Biden dan Partai Demokrat, yang akan selalu kritis terhadap apa pun rencana kebijakan Netanyahu, termasuk pendekatan keras Israel terhadap Iran.
Jannus TH Siahaan, Doctor of Sociology from Padjadjaran University, Indonesia. Defense and Environment Observer.
Sumber: The Times of Israel