Pada pertengahan pertama abad tujuhbelas, James I dan Charles I, keduanya raja Inggris, Skotlandia, dan Irlandia, mengambil sejumlah langkah untuk melindungi industri Inggris yang masih bayi.
Mereka melarang ekspor wool mentah, mengharuskan pemakaian tekstil lokal termasuk untuk pekaian mewah, dan menutup pintu untuk sebagian besar produk dari Prancis dan Belanda.
Di awal abad delapanbelas, Daniel Defoe, pengarang Robinson Crusoe, menulis beberapa esai tentang ekoomi dan perdagangan.
Di salah satu karyanya yang paling banyak dibaca, Defoe memuji peran proteksionis negara dalam pengembangan industri tekstil Inggris: kalau bukan karena para raja itu, yang memberlakukan pembatasan bea cukai dan pajak yang sangat membantu pengembangan industri tersebut, Inggris akan tetap menjadi pengekspor wol mentah untuk negara-negara lain.
Pertumbuhan industri Inggris membuat Defoe membayangkan dunia masa depan dengan koloni yang maha luas yang tergantung kepada produk Inggris.
Ketika mimpi Defoe akhirnya menjadi kenyataan, kekuatan imperial secara sistematik menghalangi negara-negara lain untuk meniru, dengan mencekik mereka atau dengan kekuatan meriam.
“Ketika sampai di puncak, ia menendang tangganya,” ujar ahli ekonomi Jerman, Friedrich List.
Setelah itu Inggris menciptakan dongeng tentang perdagangan bebas: sekarang, ketika negara-negara miskin tak bisa tidur, negara-negara kaya meninabobokan mereka dengan dongeng tersebut.
Eduardo Galeano
“Mirrors”
Penerjemah: Wardah Hafidz