Webinar literasi digital gelaran Kementerian Kominfo bersama Debindo di Kabupaten Pemalang – Jawa Tengah, Jumat (11/6/2021) menggelar topik ”Peran Pemuda Menyikapi Transformasi Digital”.
Dimulai pukul 13.00 WIB, webinar yang dipandu entertainer Tissa Carolina ini menghadirkan narasumber utama Ismita Saputri (Kaizen Room), Sani Widowati (Princeton Bridge Year Onsite), Siti Aminataz (penulis dan aktivis gerakan perempuan), Dinda Citra Azalia (Social Media Analyst), dan Ade Wahyu (content creator) sebagai key opinion leader.
Seperti diketahui, kegiatan ini merupakan bagian dari Program Literasi Digital Nasional: Indonesia Makin Cakap Digital yang telah dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo pada 20 Mei 2021 lalu.
Saat memberikan presentasi, Ismita Saputri dari Kaizen Room antara lain membeberkan tiga perubahan dalam era digital yang harus dipahami, tak terkecuali oleh pemuda.
”Pertama, semakin mudah mendapatkan informasi secara online dan real time. Kedua, media yang bervariasi dan saling terhubung satu sama lain. Ketiga, kemajuan era digital diharapkan dapat mendatangkan benefit lebih dari hasil pencarian. Seperti misalnya konten yang mudah dibagikan,” katanya.
Namun, ada beberapa hambatan yang menyebabkan perubahan ke arah positif di era digital itu sulit dicapai. ”Yakni jika pengguna tidak mengetahui dan kesulitan menggunakan teknologi. Juga, tidak merasa bahwa teknologi sebagai sesuatu yang penting,” tutur Ismita.
Hambatan juga bisa muncul jika ada anggapan bahwa internet merupakan sesuatu yang mahal. ”Selain itu, jika tidak ada waktu mempelajari teknologi karena padatnya pekerjaan,” lanjutnya.
Menurut Ismita, era digital tidak bisa dipisahkan dengan pemahaman atas digital ethics atau etika digital. ”Etika digital merupakan kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquet) dalam kehidupan sehari hari,” paparnya.
Ismita lantas mengingatkan, menggunakan media digital mesti diarahkan pada suatu niat, sikap, dan perilaku yang etis demi kebaikan bersama. ”Demi meningkatkan kualitas kemanusiaan,” ujarnya.
Ruang lingkup etika digital itu sendiri ada empat. Yakni kesadaran, kebajikan, integritas, dan tanggung jawab. Jika keempat hal menyangkut etika digital itu dipahami benar, akan meredam aksi-aksi tak terpuji di ruang digital. Misalnya, penyebaran hoaks yang dampaknya sangat berbahaya di era digital ini.
”Dampak penyebaran hoaks sangat banyak. Mulai dari memicu perpecahan, ketakutan, menurunkan reputasi, membuat fakta jadi sulit dipercaya, dan bisa juga menyebabkan korban jiwa,” jelas Ismita.
So? Ismita Saputri berharap, di era digital ini publik kian aware mana berita hoaks dan mana yang bukan.
”Jangan mudah terhasut, karena penyebar konten negatif biasanya dilandasi motif ekonomi atau cari uang. Kalau konten negatif itu di dunia politik, tujuan biasanya menjatuhkan lawan politik, mencari kambing hitam dan memecah belah masyarakat,” katanya.
Pembicara lain, Sani Widowati dari Princeton Bridge Year Onsite, memastikan bahwa di era digital peran pemuda bisa dilakukan di semua bidang dan platform yang ada.
”Baik secara langsung di masyarakat maupun melalui media digital,” ujarnya. Menurut Sani, berbagai platform media sosial dapat dimanfaatkan secara positif oleh generasi muda seperti facebook, twitter, blog, tumblr, linkedin, youtube hingga forum diskusi online.
”Awali perubahan sekarang juga dan pahami bahwa teknologi digital bisa mengakses apa saja dan di mana saja, serta bisa menjangkau seluruh dunia. Dunia digital memungkinkan semua bisa diakses kapan saja oleh seluruh warga dunia,” ujar Sani.