Sabtu, November 16, 2024

Peluang dan tantangan e-market bagi warga desa

Must read

Kementerian Kominfo bersama Debindo, Kamis (17/6/2021), kembali menggelar webinar literasi digital untuk warga masyarakat di wilayah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Kali ini mengusung topik ”Peluang dan Tantangan e-Market bagi Warga Desa”.

Dimulai pukul 09.00 WIB, webinar yang dipandu entertainer Dannys Citra ini menghadirkan narasumber utama: Imam Wicaksono (CEO Sempulur Craft), Widiasmorojati (business consultant), Muchammad Achadi (CEO Jaring Pasar Nusantara), Anggraini Hermana (praktisi pendidikan), dan Ade Wahyu (jurnalis) sebagai key opinion leader.

Dalam paparannya, Widiasmorojati antara lain menyampaikan bagaimana peluang dan tantangan masyarakat di pedesaan agar mampu menguasai electronic market atau e-Market dalam era digital ini. ”Soal peluang e-Market bagi warga desa ini sebenarnya cukup banyak. Setidaknya, ada lima hal yang bisa dicermati,” ujar Widiasmorojati.

Pertama, produk-produk desa punya peluang yang tak bisa dimungkiri lebih luas akses marketnya. Hal ini disebabkan, desa bisa mengirim apa pun produk, khususnya kebutuhan-kebutuhan pangan karena sumber produksi itu sebagian besar ada di desa. Di desa masih ada lahan pertanian luas, perkebunan, dan lainnya.

Kedua, peluang pemasaran produk-produk desa juga lebih mudah di era ini. Berbagai produk bisa dikirim melalui jasa angkut, tanpa harus diantarkan sendiri. ”Ketiga, adanya peluang menumbuhkan jaringan usaha dari desa itu ke pasar lebih beragam sasaran,” lanjut Widi.

Keempat, pada era digital dan sebaran jaringan internet yang sudah merambah pedesaan, maka peluang yang bisa dipetik adalah kemudahan mendapat informasi usaha dengan lebih cepat, praktis dan efisien melalui gadget yang dimiliki.

Kelima, ada peluang meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari setiap usaha yang dilakukan untuk e-Market. Hanya saja, lanjut Widi, ketika ada peluang tentu ada pula tantangan e-Market bagi warga desa. Antara lain, masih ada infrastruktur digital yang belum memadai. Hal ini antara lain disebabkan oleh kondisi geografis, keberadaan jaringan hingga kemampuan desa setempat.

”Tantangan lain e-Market bisa pula terkait teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang masih terbatas,” tutur Widi. Selain itu, faktor sumber daya manusia, di mana masih banyak warga yang minim literasi digital alias gaptek atau gagap teknologi. ”Tantangan juga bisa berasal dari dalam diri karena mager (malas gerak), malas, dan merasa berada di zona nyaman,” ujarnya.

Dari keseluruhan tantangan e-Market, juga bisa datang karena mindset. Pola pikir atas e-Market ini perlu terbuka, sehingga ada dorongan bagi warga untuk mempersiapkan diri dengan perubahan sesuai tuntutan era digital.

Media digital saat ini bukan sekadar pilihan, tetapi sebuah keharusan. Salah satunya dalam hal memasarkan produk lokal agar dikenal dalam skala yang lebih luas. Kualifikasi untuk memasuki platform digital, masing-masing e-commerce mempunyai kualifikasi yang berbeda.

Pembicara lain, Anggraini Hermana, berpendapat bahwa e-Market itu sendiri memanfaatkan media digital seperti internet untuk menciptakan lingkungan atau tempat untuk mewadahi penjual dan pembeli dalam melakukan proses transaksi yang beragam. ”Mulai dari pemasaran produk, penawaran produk, mengembangkan komunikasi antara penjual dan pembeli hingga terjadi transaksi,” tuturnya.

Oleh sebab itu, Anggraini mendorong pelaku e-Market untuk pandai menangkap peluang pasar dunia digital. ”Dengan cara melihat kebutuhan pasar sasarannya, seperti logistik, sayuran, makanan yang diolah menjadi frozen food,” ujar Anggraini.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article