Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) menggelar acara webinar literasi digital di Kota Tegal, Jawa Tengah, Senin (14/6/2021). Acara yang dimulai pukul 13.00 WIB ini mengusung topik ”Youth, Creativity and Intelectual Properties”.
Lebih dari 180 peserta mengikuti acara virtual yang dipandu moderator Power Young. Empat narasumber pengisi acara ini, masing-masing; konten kreator Muhammad Adnan, Ismita Saputri dari Kaizen Room, Pemimpin Redaksi Betanews Suwoko, pengamat kebijakan publik digital Razi Sabardi, dan Siska Septiyani selaku key opinion leader.
Ismita Saputri dari Kaizen Room bicara tentang kekayaan intelektual yang kurang dipahami oleh banyak orang. Media digital menjadi ajang plagiasi dan pengabaian karya intelektual. Mestinya pemuda jadi ujung tombak etika berbudaya digital.
Pemuda, atau generasi sekarang menurut Ismita, bisa berperan sebagai penghalang dan perlawanan beredarnya konten negatif. ”Sehari-hari hoaks banyak beredar di ruang digital. Bentuknya bisa bermacam-macam. Jika kita sudah paham hastag, hoaks, dan cyber bully, seharusnya kita bisa mengedukasi lingkungan sekitar,” ujarnya.
Generasi milenial, lanjut Ismita, merupakan sebuah generasi yang paling paham dunia digital. Generasi ini juga paling banyak mendapat kemudahan memanfaatkan limpahan informasi secara online dan real time yang ada di ruang digital.
Kemudian Ismita mencoba membandingkan dengan zaman ketika internet belum ditemukan. ”Zaman dulu, kalau ingin tahu kabar dari keluarga atau saudara, kita harus menunggu surat cinta dari keluarga,” ujarnya.
Namun, kemajuan dan informasi memungkinkan orang yang berada di tempat yang berjauhan bisa berkumpul dalam satu ruangan. ”Kemajuan teknologi mampu menyatukan orang dari tempat yang berbeda-beda untuk berkumpul dalam satu ruangan,” kata Ismita.
Dalam paparannya Ismita juga menyinggung soal banyaknya pelaku UMKM yang merasa tidak perlu memanfaatkan kemajuan teknologi digital. Di antara mereka banyak yang bertahan dengan cara-cara lama dalam melakukan penjualan. Ismita menyebutnya sebagai generasi offline.
”Tetapi, setelah pandemi, kita dipaksa mau tak mau harus bersahabat dengan teknologi. Banyak anggapan bahwa internet adalah sesuatu barang yang mahal. Kemudian, mereka juga tidak menyediakan waktu untuk mempelajari teknologi,” jelas Ismita.
Konten kreator Muhammad Adnan memuji kemajuan penggunaan teknologi digital di Kota Tegal. Perkembangan digital yang sangat luar biasa ini bisa disaksikan lewat konten positif di media sosial berupa info usaha dan perniagaan.
Kalangan anak muda era digital seperti sekarang, kata Adnan, memproduksi konten sudah menjadi suatu kebutuhan yang mendasar. Ia mengilustrasikan pembuatan konten ibaratnya seperti kebutuhan makan.
”Mereka selalu eksis di dunia digital dan di media sosial. Kebutuhan akan membuat konten ini menjadi penting untuk para pemuda dalam segi mengasah kreativitas maupun segi intelektual, utamanya di dunia digital,” tuturnya.
Dari sisi usia, lanjut Adnan, pengguna media sosial di Indonesia lebih didominasi oleh usia muda. Hal ini menjadi modal positif tersendiri dalam pengembangan dunia digital maupun kemajuan pembuatan konten.