Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Taufiqur Rachman mengutip sebuah ayat AlQur’an dari surat Al-Hujurat 11. Maknanya sangat relevan sebagai cermin refleksi di masa perkembangan digital yang pesat saat ini.
Bunyinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok),” tiru Taufiq dalam webinar literasi digital besutan Kementerian Kominfo dan Debindo bagi warga Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Senin (5/7/2021).
Pesan dalam surat itu sebagai cerminan agar dalam hidup menghargai dan menghormati martabat manusia lain. Termasuk dalam konteks ruang digital. “Agar bisa menghargai orang lain salah satunya dengan memiliki kecerdasan emosional terutama di era serba digital sekarang ini,” kata Taufiq dalam webinar yang dipandu moderator Subkhi Abdul itu.
Dalam webinar yang menghadirkan narasumber Novi Widyaningrum (Peneliti Center for Population), Titok Hariyanto (Alterasi), dan Ahmad Syaifulloh (Wakil Ketua I Bidang Akademik STAI Khozinathul Ulum Blora) itu, Taufiq menilai pentingnya menumbuhkan kecerdasan emosional dalam bermedia digital.
“Satu cara menumbuhkan kecerdasan emosional digital salah satunya memiliki empati digital, berupa sikap sportif terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain di dunia digital,” kata Taufiq.
Empati sendiri merupakan karakter positif, kemampuan untuk mengakui, memahami dan berbagi perasaan dengan orang lain yang menyangkut soal cara kita berinteraksi dan merasakan dunia sekitar kita.
“Empati membuat kita sadar atas situasi orang lain, mau mendengar darinya, dan merespon perasaan untuk menunjukkan bahwa kita dapat memahami yang dialami orang lain itu secara tepat,” jelas Taufiq.
Sebagai gambaran pentingnya empati digital ini, karena belakangan ancaman buruk internet seperti pelanggaran hak cipta, kebanalan seksual akibat kontak dengan internet, pencurian identitas, ketersediaan materi-materi laman yang tidak senonoh, dan cyber-bullying atau kekerasan dunia maya kian kerap terjadi.
Implikasi negatif internet lain menyajikan sarana perundungan. Melalui ponsel, pesan teks, posting foto, obrolan, email, instant messenger, blog online, game multiplayer, web jejaring sosial, youtube.
Selain menumbuhkan empati digital, cara untuk menumbuhkan kecerdasan emosional digital menurut Taufiq bisa dilakukan dengan memiliki kesadaran dan manajemen diri. “Ini artinya kita harus mampu menyelaraskan nilai dan kompetensi digital dengan lingkungan digital yang dihadapi masing masing individu,” tegas Taufiq.
Langkah lain untuk menumbuhkan kecerdasan emosional digital, ujar Taufiq, juga bisa dengan memiliki manajemen relasi yang baik. “Dari manajemen relasi itu kita bisa mengelola hubungan di ruang digital melalui persuasi, kerja sama dan manajemen konflik,” kata dia.
Titok Hariyanto dari Alterasi Indonesia mengungkapkan dalam tatanan dunia digital, pengguna perlu memiliki pemahaman digital ethics yakni kemampuan menyadari mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari.
“Bahwa menggunakan media digital itu mestinya diarahkan pada satu niat, sikap, dan perilaku yang etis demi kebaikan bersama,” ujar Titok
Sebagaimana wilayah lain, di Kabupaten Blora, Kementerian Kominfo juga akan menyelenggarakan serangkaian kegiatan Webinar Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital selama periode Mei hingga Desember 2021.
Serial webinar ini bertujuan untuk mendukung percepatan transformasi digital, agar masyarakat makin cakap digital dalam memanfaatkan internet demi menunjang kemajuan bangsa.
Warga masyarakat diundang untuk bergabung sebagai peserta dan akan terus memperoleh materi pelatihan literasi digital dengan cara mendaftar melalui akun media sosial @siberkreasi.