Sabtu, Desember 21, 2024

Yuk, bangun kultur media digital dengan konten agama yang baik

Must read

Banyak konten keagamaan yang bisa ditemukan dalam sebaran media digital. Konten itu bisa bersifat positif, namun tak jarang ditemukan konten yang bisa menimbulkan kegaduhan. Padahal di negara yang mempunyai landasan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika mengajarkan untuk saling menghargai apa pun perbedaannya.  

Fenomena tersebut menjadi topik pembahasan dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat di Kabupaten Blora dan sekitarnya pada Senin (12/7/2021). Kegiatan yang dipandu oleh Eka Tura Johan ini merupakan bagian dari program nasional literasi digital dalam mendukung percepatan transformasi digital menuju masyarakat yang cakap digital demi kemajuan bangsa. 

Pada kegiatan ini hadir sejumlah narasumber, yakni: Waryani Fajar (dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), Kholilul Rohman (Ketua Pengasuh Asosiasi Pesantren), Muhim Nailul Ulya (founder Media Perempuan Mengaji), Ahmad Syaifulloh (Wakil Ketua Bidang Akademik STAI Khozinatul Ulum), serta key opinion leader Nindy Gita (public speaker). Masing-masing pemateri menyampaikan tema diskusi beserta kaitannya dengan pilar literasi digital yang meliputi digital culture, digital skill, digital safety, dan digital ethics

Ahmad Syaifulloh mengatakan, transformasi digital memang memudahkan generasi saat ini untuk mengakses berbagai macam informasi, berinteraksi, berdagang, hingga menyampaikan dakwah keagamaan. Dalam konteks ini, masing-masing individu memiliki kepercayaan masing-masing dan punya tokoh panutan yang bisa dicontoh tidak hanya dalam hal ibadah tetapi juga keseharian. 

“Internet dan media digital menyediakan beragam informasi yang di dalamnya tidak hanya info positif tapi juga negatif. Dalam kaitan dengan bermedia digital, peran pemuka agama adalah mencegah timbulnya konflik antar umat beragama, serta mengembalikan umat untuk secara utuh memahami inti dari ajaran agama,” ujar Syaifulloh kepada peserta webinar. 

Dalam memberikan literasi digital, pemuka agama juga diajak untuk membanjiri ruang digital dengan konten positif. Konten positif itu bisa berupa quotes atau kata-kata bijak, konten edukatif, konten yang menghibur, ataupun konten-konten kreatif. 

Selanjutnya Syaifulloh menyatakan, menyebarkan konten positif itu harus diawali dengan niat dan tujuan yang baik, membuat konten positif yang menarik, menjadi pemuka agama yang mampu membagikan informasi positif, menyebarkan konten positif di waktu yang tepat, serta menciptakan budaya literasi digital yang baik. 

“Bercermin dari nasihat Gus Mus (KH Mustofa Bisri), bermedia sosial yang aman itu dengan menata kembali niat kita, tujuan kita saat bermedia digital itu harus jelas. Kemudian berhati-hati dan waspada terhadap informasi, tidak mudah tergiur saat mendapatkan informasi. Tidak tergesa-gesa dalam membaca dan menyebarkan konten, berinteraksi tidak hanya di dunia maya tetapi juga di dunia nyata,” jelasnya.

Sementara itu Kholilul Rohman dalam pemaparannya menyampaikan, budaya bermedia digital itu lebih kepada ikut-ikutan dan memicu orang mengikuti suatu tren atau komunitas tertentu. Hal ini menjadi baik jika yang diikuti juga baik dan memberi kemaslahatan. Namun jika yang diikuti negatif, tentunya akan berpengaruh pada jejak digital kita.

“Saat mengikuti figur tertentu, memberikan respons dengan like atau komentar pada konten merupakan hal normal. Namun harus dicatat ketika ada yang melanggar hukum, hukumannya itu tidak secara digital. Proses hukum yang terjadi itu terjadi secara nyata dan bisa dilacak melalui jejak digital,” ujar Kholilul.

Untuk menumbuhkan nilai positif dalam ruang digital, lanjut Kholilul, sebagai bangsa Indonesia ada baiknya dengan mengadaptasikan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika saat beretika di dunia digital.

“Sebagai content creator, harus berpatokan pada Pancasila. Tidak perlu mempersoalkan Tuhan dan agama, sebab di Indonesia multikultural sudah menjadi ciri masyarakat kita. Oleh sebab itu, saling menghargai kepada sesama warga digital adalah hal kecil yang bisa kita lakukan untuk menjaga lingkungan yang baik dalam bermedia sosial. Menjaga persatuan dengan saling menghormati, bermusyawarah dan menciptakan ruang diskusi yang sehat, serta bersikap adil dalam setiap aktivitas,” pungkasnya.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article