Minggu, November 17, 2024

Dakwah digital, pemuka agama perlu adaptasi bikin konten menarik

Must read

Transformasi digital telah mengubah kebiasaan masyarakat dalam menyampaikan informasi dan pesan kepada publik. Sebagai contoh adalah pemanfaatan media sosial sebagai ruang untuk menyampaikan dakwah keagamaan. 

Penerapan media digital dalam kehidupan sosial keagamaan menjadi topik pembahasan dalam webinar  literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI untuk masyarakat Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Senin (19/7/2021). Kegiatan ini sebenarnya merupakan bagian kecil dari upaya pemerintah dalam menciptakan sumber daya manusia yang cakap digital di era revolusi industri 4.0 menuju society 5.0. 

Lebih dalam lagi, literasi digital yang disiapkan pemerintah Indonesia mencakup lingkup digital culture, digital skill, digital ethics, dan digital safety dalam setiap diskusi virtual yang digelar secara serentak ini. 

Diskusi kali ini diikuti oleh 180-an peserta dengan dipandu oleh entertainer Bobby Aulia selama diskusi berlangsung. Empat narasumber hadir membawakan tema diskusi: Muhammad Achadi (CEO Jaring Pasar Nusantara), Annisa Choiriya Muftada (Social Media Communication PT Cipta Manusia Indonesia), Nurul Hajar  Latifah (Aktivis Lintas Iman Klaten), dan Gregorius Kriswanta (Pastor dan Dosen Hukum Gereja). Juga hadir key opinion leader Gloria Vincentia (juara 3 Putri Batik Nusantara 2018). 

Mengawali diskusi, Muhammad Achadi mengatakan, media digital melahirkan ruang sosial baru, termasuk ruang dakwah secara virtual. Jika dulu media digital hanya menjadi pendukung dakwah secara offline, sejak tahun 2000-an dakwah online menjadi jejaring sosial yang menghadirkan formasi sosial baru dan diskursus keagamaan yang baru pula. 

Dakwah secara online dulu belum seaktif sekarang. Dakwah online dulu lebih didominasi oleh forum media komunitas yang membahas kajian dan diskusi tentang keagamaan secara online di media sosial. Hingga pada suatu titik tampil menjadi pesaing organisasi sosial keagamaan yang besar dan mengakar.

“Kemajuan teknologi informasi dan media sosial menjadikan diskursus agama juga meluap. Dari ajaran keagamaan yang mengajarkan kedamaian, hingga ajaran jihad, radikalisme, intoleransi, bahkan terorisme berseliweran di jagad maya. Terutama di media sosial,” ujar Achadi kepada peserta webinar. 

Semakin membanjirnya ajaran keagamaan yang melenceng itu, organisasi sosial keagamaan besar seperti NU dan Muhammadiyah kemudian juga masuk ke platform digital. Keduanya kemudian menjadi penyeimbang ruang digital yang sebelumnya timpang.  

Media siber yang lebih berada pada media sosial, kata Achadi, kemudian menjadi media dakwah yang luar biasa. Sebab wacana keagamaan menjadi semakin masif, pesan-pesan keagamaan dapat didapatkan dengan mudah hingga muncul tokoh-tokoh baru. 

Hal ini yang kemudian menjadi tantangan bagi pemuka agama untuk menghadirkan pesan keagamaan menjadi menarik tanpa kehilangan makna dan kedalaman informasi pengetahuannya. 

“Di era digital orang-orang butuh sesuatu yang pendek dan ringkas. Apalagi kehadiran influencer dianggap punya otoritas dan pengetahuan yang baik sehingga mudah menarik massa. Namun pemuka agama dengan kekuatan keintelektualannya, keteladanannya, lebih banyak yang bertahan jika dibandingkan mereka yang hanya mengandalkan popularitas,” lanjutnya. 

Pada intinya tantangan dakwah di media sosial adalah bagaimana pembuat konten, influencer, dan pemuka agama membuat dakwah keagamaan itu menarik, kontekstual, dan memuat kebhinekaan. 

Di sisi lain, Annisa Choiriya yang menyampaikan pilar digital skill menyampaikan, banyak sekali platform yang bisa dimanfaatkan untuk menyebarkan konten dakwah keagamaan.

“Di tahun 2021 banyak sekali tren media sosial yang akrab digunakan masyarakat yang juga bisa dimanfaatkan untuk menyebarkan konten positif dan pesan keagamaan. Selain konten berupa gambar dan video, aplikasi Zoom hingga Google Meet dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan ceramah keagamaan secara virtual,” jelas Annisa. 

Lebih lanjut Annisa menyatakan, media sosial dapat digunakan untuk memberikan kebermanfaatan bagi orang lain. Bisa melalui konten media sosial yang edukatif, informatif, inspiratif seperti quotes, hingga konten hiburan. 

“Untuk menarik perhatian konten keagamaan dapat disampaikan dengan menambahkan lagu jika itu berupa video, atau menggunakan grafis yang menarik. Dalam menyebarkan konten intinya jangan hanya mengikuti tren saja, tetapi juga tetap memperhatikan dan menghormati orang lain,” jelasnya. 

Ia menyarankan untuk membuat konten positif sekarang dapat diakses dengan mudah menggunakan aplikasi seperti Canva yang memberikan template untuk dikreasikan. Serta alat pendukung lainnya seperti Snapseed dan Lightroom untuk edit foto serta Kinemaster untuk edit konten video.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article