Minggu, November 17, 2024

Jurus bermedia yang aman, ramah dan saling menghargai

Must read

Sebagai budaya baru, hadirnya media sosial ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi menimbulkan manfaat positif luar biasa, namun di sisi lain low-taste content yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat.

”Faktanya, masyarakat seringkali berlomba menjadi yang tercepat dalam membagi informasi di media sosial. Terkadang tanpa cek dan ricek. Yang viral dianggap sebagai sebuah kebenaran,” ujar Siti Aminataz Zuhriyah pada webinar literasi digital suguhan Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, 21 Juni lalu.

Selain aktivis perempuan Soloraya itu, diskusi virtual yang dipandu moderator Fikri Hadil ini juga menghadirkan narasumber Citra Rosalyn Anwar (dosen Universitas Negeri Makassar), Titok Hariyanto (Alterasi Indonesia), Saeroni (Kepala Pusat Studi UNU Yogyakarta), dan Suci Patia selaku key opinion leader.

Dalam webinar yang bertema ”Saling Menghargai Netizen dari Berbagai Latar Belakang Budaya di Dunia Digital” itu, Zuhriyah juga bicara soal perbedaan latar belakang budaya dan bahasa netizen Indonesia. 

”Perbedaan budaya dan bahasa semestinya menjadi kunci untuk saling menghargai dan menghormati budaya yang ada secara bijak. Bijak dalam hal ini adalah mampu menghargai perbedaan dalam bermedia digital,” tegas Zuhriyah.

Sebagai aktivis perempuan, Zuhriyah tak lupa mengungkap masih banyaknya media yang tidak ramah terhadap perempuan. Perempuan masih sering menjadi korban kekerasan (bullying), pelecehan (harassement) dan diusili (troll).

Bagi Zuhriyah, penting untuk saling menghormati segala bentuk perbedaan dengan adab dan etika yang baik di media sosial. Menghormati budaya lain, membanggakan satu sama lain dan mengagungkan budaya sendiri tanpa harus menjatuhkan budaya yang lain. 

”Jangan lupa menghargai dan menghormati hak karya intelektual orang lain dan tidak sembarangan menuliskan komentar, karena jarimu adalah harimaumu,” tandas Zuhriyah.

Lantas, bagaimana bermedia yang aman namun tetap ramah dan menghargai? Zuhriyah memberikan tips sebagai berikut: Share with care, harus mengetahui apa yang bisa dibagikan dan tidak; Critical Thinking, jangan mudah percaya dengan semua yang ada di internet serta coba berpikir kritis dahulu sebelum membagikan suatu informasi; Protect your secret, lindungi privasi. 

”Jadilah netizen yang baik hati dengan tidak menghakimi seseorang; dan jadilah netizen yang berani, segera melaporkan jika menemukan konten negatif,” pungkas Zuhriyah.

Sementara narasumber dari Alterasi Indonesia Titok Hariyanto menyatakan, era digital membuat semua orang bisa menjadi sumber berita. Namun, media sosial mestinya bisa jadi alat untuk meluaskan toleransi dan perbedaan pandangan politik, gaya hidup maupun keyakinan agama.

”Media sosial juga harus menjadi alat untuk membangun kebersamaan dan memajukan bangsa dan negara,” tegas Titok. 

Sebagaimana wilayah lain, di Kabupaten Grobogan, Kementerian Kominfo juga akan menyelenggarakan serangkaian kegiatan Webinar Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital selama periode Mei hingga Desember 2021. Serial webinar ini bertujuan mendukung percepatan transformasi digital agar masyarakat makin cakap digital dalam memanfaatkan internet demi menunjang kemajuan bangsa.

Warga masyarakat diundang untuk bergabung sebagai peserta webinar dan akan terus memperoleh materi pelatihan literasi digital dengan cara mendaftar melalui akun media sosial @siberkreasi.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article