Dosen Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Yanti Dwi Astuti mengungkapkan, sudah setahun lebih penutupan sekolah akibat pandemi Covid-19 diikuti dengan penerapan kebijakan pembelajaran secara online bagi semua jenjang pendidikan.
Kebijakan yang diambil untuk mengurangi risiko penularan virus ini, mau tak mau, juga menuntut berbagai stakeholder pendidikan bersinergi menyukseskan pembelajaran daring dan meninggalkan model konvensional atau tatap muka di kelas.
“Dengan situasi sulit ini, mau tidak mau hanya pembelajaran online yang bisa diefektifkan. Ada beberapa cara yang bisa kita tempuh,” kata Yanti saat berbicara sebagai narasumber webinar literasi digital bertajuk “Pendidikan Online: Transformasi menuju Merdeka Belajar” yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo untuk warga Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Senin (19/7/2021).
Yanti menguraikan, bagi peserta dan pemateri pembelajaran online hal paling mendasar yang perlu disiapkan yakni tempat yang nyaman dan kondusif untuk proses belajar online itu.
“Carilah tempat nyaman, karena ini merupakan salah satu kunci agar belajar bisa tetap fokus. Contohnya yang tidak ramai orang dan gangguan suara lain, serta kita bisa menyiapkan tempat itu seperti dekorasinya atau suasananya sesuai selera untuk menambah semangat dan mood belajar,” tutur Yanti yang juga anggota komunitas Jaringan Pegiat Literasi Digital atau Japelidi itu.
Dalam webinar yang juga menghadirkan narasumber Rita Gani (dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Unisba), Muhamad Mustafid (LPPM UNU Yogyakarta), dan Ali Rohmat (dosen STAI Al Husain) itu, Yanti mengatakan, penyiapan perangkat juga sangat menentukan suksesnya pembelajaran online.
“Persiapkan perangkat yang dibutuhkan, baik itu laptop, smartphone, komputer maupun saklar listrik untuk mengisi daya perangkat agar tidak habis di tengah-tengah kita fokus belajar. Pastikan perangkat itu terhubung dengan jaringan internet yang baik agar dapat mengakses platform pembelajaran daring yang kita butuhkan,” cetus Yanti.
Penyiapan perangkat ini termasuk aplikasi yang akan dipakai. Berbagai aplikasi umum yang kerap digunakan dalam pembelajaran jarak jauh adalah google classroom, rumah belajar, ruangguru, quipper, atau website pribadi milik sekolah.
Lebih lanjut, Yanti menyarankan pula agar peserta pembelajaran online dapat memanajemen waktunya dengan baik. “Atur waktu belajar dengan teratur, kerjakan dengan fokus tugas yang diberikan dan biasakan diri mengerjakan tugas lebih awal atau tidak mepet agar tak menumpuk,” ujarnya.
Adapun di masa pandemi Covid-19 ini, Yanti juga mengingatkan peserta pembelajaran online untuk lebih rajin dalam menjaga kebersihan, termasuk di tempat ia mengikuti pembelajaran.
“Pandemi Covid-19 seperti ini, kebersihan menjadi satu hal yang sangat penting. Biasakan sebelum dan sesudah mengikuti proses belajar itu mencuci tangan dengan sabun dan membersihkan perangkat belajar secara berkala, tetap mengenakan masker jika belajar daring di luar ruangan, dan menjaga jarak kontak dengan orang lain,” kata dia.
Menurut Yanti, tak ada salahnya di masa pembelajaran online ini peserta didik tetap memiliki teman belajar sebagai penyemangat. Meskipun belajar dengan jarak jauh dari pengajar, bukan berarti putus komunikasi dengan guru dan teman belajar. “Peserta didik bisa membuat grup chat khusus untuk membahas tugas yang diberikan, diskusi tetap penting meski tak bertemu muka,” tutur Yanti.
Narasumber lain, Muhamad Mustafid dari LPPM UNU Yogyakarta mengatakan, awal tahun 2021 ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengeluarkan daftar prioritas program Merdeka Belajar untuk dilakukan sepanjang 2021 yang totalnya ada delapan prioritas.
Kedelapan proritas itu mulai dari KIP Kuliah dan KIP Sekolah, digitalisasi sekolah, prestasi dan penguatan karakter, guru penggerak, kurikulum baru, revitalisasi pendidikan vokasi, Kampus Merdeka, dan pemajuan kebudayaan dan bahasa.
“Dari delapan program itu, ada dua program terkait digitalisasi di masa pandemi ini yang perlu kita cermati, yakni soal digitalisasi sekolah dan Kampus Merdeka,” urai Mustafid.
Mustafid menambahkan, digitalisasi sekolah menjadi hal yang perlu ditekankan karena mendorong perlunya penguatan berbagai macam platform digital yang saat ini dimiliki. Baik dari sisi bahan pengajaran dan model pendidikan digital, sekolah membutuhkan akselerasi pendukung agar pembelajaran daring yang saat ini dijalankan makin efektif.
“Sedangkan dari program Kampus Merdeka, kita berharap ada sebuah inisiasi bahwa program itu mampu memberikan dampak di kampus, mampu terkoneksi untuk membantu menyelesaikan persoalan-persoalan riil di masyarakat melalui pemanfaatan teknologi dan inovasi yang dilakukan,” tutur Mustafid.
Untuk mewujudkan Kampus Merdeka, lanjut Mustafid, memang perlu dukungan dan partisipasi pihak di luar kampus, seperti organisasi sosial dan swasta agar terlibat membantu pendidikan tinggi.