Jumat, November 15, 2024

Mengubah pola pikir menembus pasar digital

Must read

Webinar literasi digital kembali hadir untuk masyarakat Kabupaten Banyumas, Rabu (14/7/2021). Kali ini dengan tema diskusi “Menembus Sekat Usaha Dagang dengan E-Market” yang dipandu oleh entertainer Harry Perdana. 

Literasi digital ini adalah salah satu bagian dari program nasional pemerintah Indonesia untuk menciptakan masyarakat yang cakap digital dalam menghadapi era revolusi 4.0. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) beroleh mandat untuk melaksanakan program ini, serta merumuskan empat pilar esensial dalam literasi digital, yakni digital culture, digital skill, digital ethics, dan digital safety.

Diskusi virtual yang dimulai pukul 09.00 WIB ini diikuti beragam peserta aktif. Selain itu sejumlah narasumber juga hadir memeriahkan acara diskusi. Mereka adalah Diana Belinda (graphologist), Freesca Syafitri (dosen UPN Veteran Jakarta), Jeffry Yohanes Fransisco (Ceo JF Outwear), Ahmad Ibrahim Badry (dosen Universitas Indonesia), dan juga key opinion leader Anunk Aqeela (fashionpreneur).

Diana Belinda dalam paparannya tentang kecakapan digital mengatakan, transformasi digital dan kondisi pandemi Covid-19 telah mengubah kebiasaan-kebiasaan masyarakat pada umumnya. Dalam hal pencarian informasi, masyarakat sekarang mengandalkan internet karena info yang didapatkan lebih cepat dan bervariasi. 

Selain itu, dari sisi ekonomi, kebiasaan masyarakat saat ini sudah beralih dengan belanja online. Teknologi transformasi digital mempermudah aktivitas jual beli melalui e-market dan marketplace. Internet membuat aktivitas menjadi tak terbatas oleh waktu dan kondisi geografis. Biaya operasional lebih terjangkau, komunikasi juga lebih mudah karena ada fitur berlangganan. 

“Pengguna marketplace juga bisa memanfaatkan fitur ‘insight’ untuk memantau performa penjualan dan interaksi dengan konsumen,” jelas Belinda. 

Sebelum masuk e-market, sejumlah kemampuan dasar harus diasah agar penjualan bisa maksimal dan memiliki daya saing. “Yaitu dengan optimasi gambar produk yang menarik dan tepat, kemampuan menuliskan deskripsi produk secara detail dan jujur, serta memasang harga yang masuk akal,” tambah Belinda.

Selain cara belanja yang mudah, metode pembayaran di era digital juga semakin praktis dengan menggunakan e-wallet. Budaya cashless pun saat ini tidak hanya digencarkan dalam hal jual beli, tetapi untuk kebutuhan lainnya. 

E-wallet  memberikan pengalaman pembayaran secara lebih cepat dan praktis karena bisa diakses kapan dan di mana pun, dapat terhindar dari peredaran uang palsu. Rincian transaksi pun lengkap, sehingga mudah untuk melakukan pembukuan, dan tak kalah penting di masa pandemi ini metode cashless membantu menekan penularan virus dan bakteri,” jelas Belinda.

Freesca Syafitri melengkapi materi sebelumnya, mengatakan ada dua tantangan besar bagi UMKM di Indonesia, yakni akses pasar yang belum bisa dimanfaatkan dengan baik, serta kurangnya “branding” dari pelaku usaha sehingga di marketplace lebih banyak varietas produk luar daripada produk lokal. 

“Kuncinya di era transformasi digital masyarakat, khususnya pelaku UMKM untuk mengubah mindset-nya dan harus siap menghadapi perubahan teknologi di ruang tanpa batas ini. Pola pikir baru ini akan mempermudah pelaku usaha memasuki e-market dan marketplace, baik melalui media sosial, website, atau platform lainnya,” jelas Freesca. 

Budaya baru dalam berbelanja, sebut Freesca, pada dasarnya sama dengan kegiatan perdagangan secara konvensional, hanya saja bergeser ke teknologi digital. “Lalu soal branding, merupakan hal utama selain meningkatkan kualitas produk. Branding mempunyai snowball effects, dengan branding yang positif dapat membangun ikatan yang kuat dengan konsumen,” imbuh Freesca.

Sementara itu Jeffry Yohanes Fransisco menyinggung tentang etika digital di e-market. Ia berpendapat bahwa mengucapkan salam dengan sopan saat berinteraksi di e-market merupakan hal penting.

“Selain itu bagi penjual memberikan respons yang sopan juga penting, sebab ini sekaligus menjadi branding yang dapat menciptakan hubungan dengan konsumen. Penjual juga harus jujur dalam menjual produk, dan menyertakan sumber asli foto ketika gambar produk yang dipasang adalah milik orang lain,” jelas Jeffry.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article