Kamis, Desember 19, 2024

Strategi penanganan konten hoaks perlu pendekatan substansial

Must read

Upaya menangkal hoaks telah lama diupayakan oleh pemerintah. Mulai dari take down akun hingga penindakan hukum pun sudah dilakukan. Alih-alih membuat jera, sebaliknya hoaks justru terus bertebaran di mana-mana.

”Hoaks adalah berita tidak benar yang dibuat seolah-olah menjadi benar,” kata Waryani Fajar Riyanto pada webinar literasi digital bertajuk ”Strategi Menangkal Konten Hoaks” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Jumat (23/7/2021).

Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu berbicara bersama beberapa narasumber, yakni: Agung Mumpuni (Writer dan Editor), Imam Wahyudi (Direktur Content Creative Indonesia), Farid Mustofa (Dosen Filsafat UGM), Wakil Mbak Jateng 2019 Safira Hasna selaku key opinion leader, dan pemandu acara Dimas Satria.

Waryani menyatakan, meskipun pemerintah telah melakukan berbagai penindakan namun fenomena informasi hoaks masih terus meningkat. Untuk mengetahui efektivitas penanganan informasi hoaks oleh pemerintah, Waryani mencoba menelaah sekaligus memetakannya.

Jika secara individu (personal) dikenal langkah-langkah menghadapi hoaks dengan mengenali, mengelola, dan memutus, maka, kata Waryani, untuk menangani penyebaran hoaks, pemerintah khususnya melalui Kemenkominfo, telah melakukan beberapa upaya.

Menurut Waryani, ada tiga pendekatan yang telah dilakukan pemerintah (institusional) dalam upaya penanganan hoaks. Pertama, legal formal: mengeluarkan kebijakan, menerbitkan UU, membuat lembaga/unit khusus; Kedua, edukasional: literasi digital; Ketiga, sosio-kultural: bekerjasama dengan elemen masyarakat.

”Meski begitu, hasilnya belum signifikan. Produksi dan distribusi informasi hoaks masih terus meningkat. Artinya, upaya penanganan informasi hoaks selama ini masih perlu diperkuat dan ditingkatkan lagi. Di samping itu, diperlukan terobosan baru untuk menemukan cara yang lebih efektif dan substantif (pendekatan substansial),” jelas Waryani.

Dalam perspektif Holistic Human Resource, masih menurut Waryani, kedua pendekatan (personal dan institutional) penanganan informasi hoaks selama ini belum menyentuh pada substansi persoalan yang sesungguhnya.

”Sumber persoalan hoaks ada pada manusianya. Sebab, pembuat, penerima, dan penyebar informasi hoaks adalah manusia (human), bukan perangkat digital otomatis. Sedangkan pikiran, sikap, dan perilaku manusia, sangat ditentukan oleh hatinya (spirit). Hati itulah yang memunculkan niat seseorang membuat dan atau menyebar hoaks,” urai Waryani.

Waryani menambahkan, jika diibaratkan dengan sebuah pohon, maka penanganan hoaks baru menyentuh batang dan daunnya yang ada di atas permukaan tanah. Sementara akar yang berada di bawah tanah belum tersentuh.

”Jadi ada tiga level penangan hoaks. Level pertama (personal) penangkalnya ada anti virus. Level kedua (institusional) diberi vaksin. Dan level ketiga (substansial) harus mampu membunuh virus yang ada di akar,” pungkas Waryani.

Narasumber lain, jurnalis Agung Mumpuni menyatakan, untuk menangkal hoaks, sesungguhnya Kementerian Kominfo telah bekerjasama dengan Facebook, Twitter, hingga Youtube untuk segera menurunkan konten-konten yang bermuatan disinformasi maupun hoaks. Kominfo juga bekerja sama dengan aparat kepolisian yang akan mengambil langkah-langkah tegas jika menemukan hoaks.

Meski begitu, lanjut Agung, hoaks akan tetap ada selama faktor penyebabnya belum tertangani dengan baik. Beberapa faktor penyebab hoaks yakni: jurnalisme lemah tanpa verifikasi, ekonomi lemah mendongkrak penyebaran hoaks, maraknya internet dan medsos.

”Di samping kurangnya literasi, rendahnya pendidikan dan kemunculan media abal-abal juga ikut mendorong terjadinya hoaks,” tegas Agung Mumpuni.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article