Pandemi Covid-19 menuntut masyarakat menjadi lebih kreatif agar tetap bisa produktif, salah satunya dengan memanfaatkan teknologi digital. Tema diskusi tersebut menjadi pembahasan dalam webinar yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk masyarakat Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Senin (26/7/2021).
Kegiatan tersebut merupakan salah satu bagian dari program nasional literasi digital yang digagas oleh Presiden Joko Widodo dalam mendukung percepatan transformasi digital serta menciptakan talenta digital yang cakap. Literasi digital yang disosialisasikan oleh pemerintah ini meliputi digital culture, digital skill, digital safety, dan digital ethics.
Eka Tura Johan (presenter) yang memandu diskusi virtual hari ini menghadirkan sejumlah narasumber: Seno Adi Nugroho (entrepreneur), Muhammad Yunus Anis (dosen Universitas Sebelas Maret), Isyrokh Fuaidi (dosen IPMAFA Pati), dan Muhammad Fadlullah (entrepreneur). Hadir pula dalam diskusi Arlo Lyla (vokalis LYLA Band) sebagai key opinion leader.
Isyrokh Fuaidi dalam paparannya mengatakan, untuk tetap bisa produktif di masa pandemi, masyarakat hendaknya lebih berorientasi pada tugas dan hasil, melakukan sesuatu yang bermanfaat dan memiliki nilai tambah, tidak menyia-nyiakan kesempatan, dapat mempertimbangkan prioritas serta yang paling penting adalah tidak perlu gengsi atau memikirkan prestise.
“Untuk mendukung produktivitas saat pandemi perlu wawasan literasi digital, karena saat ini segala sektor kehidupan sudah beralih ke digital. Di mana tidak hanya dapat mengoperasikan teknologi tetapi juga memanfaatkannya dengan penuh tanggung jawab serta butuh yang namanya etika sebagai panduan berperilaku,” ujar Isyrokh kepada ratusan peserta diskusi.
Etika di ruang digital sendiri, lanjut Isyrokh, pengguna harus memiliki kesadaran dan memiliki tujuan saat berselancar di internet, memiliki tanggung jawab dan sadar bahwa aktivitas digital memiliki segala konsekuensi, berinternet dengan integritas tinggi yakni dengan berlaku jujur, serta memiliki nilai kebajikan.
Etika bermedia digital itu bagaimana kita berperilaku dengan baik dan menghormati pengguna lain dengan baik. “Dalam berinteraksi di dunia digital harus analitis dan kritis dalam menyikapi informasi, melakukan verifikasi dan evaluasi baik dalam mendistribusikan informasi. Juga berpartisipasi dan berkolaborasi dalam memproduksi dan menyebarkan konten-konten positif,” jelas Isyrokh.
Menyinggung pilar digital safety atau keamanan digital, Muhammad Fadlullah menjelaskan, penetrasi penggunaan internet di Indonesia pada kuartal kedua tahun 2020 mencapai 73,7%. Artinya, sudah banyak penduduk Indonesia yang paham penggunaan teknologi digital.
Itu sebabnya, kecakapan digital perlu diasah karena perkembangan teknologi juga semakin pesat. Selain itu sumber informasi juga tersedia dengan jumlah yang melimpah dan dunia menjadi saling terhubung tanpa kenal batas.
“Tapi di tengah-tengah rimba raya digital, pengguna internet butuh keamanan karena di dunia digital ada banyak sekali tindak kejahatan yang mengancam aktivitas dunia maya kita. Mulai dari hacking, phising, dan penipuan digital, sehingga kita perlu waspada,” jelas Muhammad.
Keamanan digital adalah proses untuk memastikan penggunaan layanan digital baik secara luring dan daring dapat dilakukan secara aman dan nyaman. Penyedia platform digital hanya menyediakan fasilitas untuk membantu mengamankan data, tetapi kontrol utama tetap ada pada masing-masing pengguna.
“Untuk memproteksi perangkat digital kita bisa memasang password, fingerprint authentication sebagai pagar keamanan digital. Sedangkan perlindungan keamanan digital dapat dilakukan dengan mengaktifkan fitur find my device, memasang antivirus, menggunakan back up data, shredder, dan enkripsi full disk,” terangnya.